Share

Pesta Kejutan

Putri hanya bisa menelan ludah, saat permintaan tolongnya ditolak mentah-mentah oleh sang suami. Niat hati Putri minta tolong, agar mempersingkat waktu, karena belanjaannya cukup banyak. 

Tapi ternyata Yuda malah mengeluarkan kata-kata yang cukup menyayat hati. Tanpa banyak bicara lagi, terpaksa Putri memindahkan barang belanjaan sendiri ke bagasi. 

"Bisa cepat sedikit nggak sih? Masukin barang segitu saja lelet, nggak tahu aku udah ngantuk apa?" Seru Yuda sambil melirik Putri dari spion tengah. 

Ya Salam, tadi kalau dia mau membantu memindahkan belanjaan, pasti sudah selesai. Ini orang benar-benar bikin geregetan sekali. 

Putri tak menyahut, dia tetap memindahkan barang dengan santai. Tak peduli Yuda yang sudah gelisah menunggu, salah sendiri dimintai pertolongan tidak mau. 

Brak! 

Putri menutup kembali pintu bagasi dengan cukup keras, kemudian dia segera naik ke dalam mobil. 

"Lama!" Ketus Yuda yang kemudian langsung menancap gas, padahal Putri belum siap, hampir saja wanita yang masih mengenakan pakaian pengantin itu tersungkur karena sabuk pengaman belum dikenakan. 

Wanita yang belum genap satu hari menyandang nama, menjadi Nyonya Alvaro itu hanya bisa menghela nafas panjang. Percuma juga jika protes, yang ada malah makin dimarahi. 

Rupanya pasar tersebut cukup dekat dengan apartemen milik Yuda, sementara hunian Yuda berada di unit nomor 123 yang terletak di lantai tiga. 

Apartemen yang cukup besar dan mewah, karena rumah keluarga Yuda sendiri juga tergolong rumah mewah. 

"Mas, apartemennya ada dilantai berapa?" Tanya Putri, karena saat baru masuk tadi terlihat gedung tersebut menjulang tinggi. Dia khawatir jika terletak di lantai atas, bakalan capek bolak-balik membawa belanjaannya. 

"Lantai tiga, kenapa?"

Putri menganggukan kepala, "Mmm, tidak papa. Mau minta tolong bawakan belanjaan." Ucapnya seraya memaksakan seulas senyum, walaupun sebenarnya dalam hati begitu takut. 

Yuda tak menyahut, dia langsung keluar begitu saja. Hal itu pun membuat Putri menghela nafas panjang. Disaat Putri tengah menunduk menahan tangis tiba-tiba terdengar ada suara berisik di belakang. 

Seperti suara berisik kantong belanjaan yang tengah diambil seseorang, sontak Putri menoleh ke arah sumber suara. 

Netranya terbelalak kalau mendapati Yuda tengah mengambil kantong belanjaan tersebut, "Kenapa cuma liatin? Ayo kita bawa bareng-bareng biar sekali jalan. Apa mau di mobil saja?"

Kedua sudut bibir Putri terangkat, dia pun menggeleng cepat dan langsung keluar untuk membantu sang suami membawa kantong belanjaan. 

Setelah kedua tangan Putri maupun Yuda sudah berisi kantong belanja, Yuda mengunci mobil lewat kunci yang ada di tangannya. "Ayo." Ajaknya sambil memimpin langkah. 

Suara Yuda kali ini kembali melembutkan, tidak mengintimidasi seperti tadi saat di pasar. Putri semakin dibuat pusing dengan sikap Yuda yang selalu berubah-ubah. 

Sebentar baik, sebentar jahat. Tadi kaya majikan yang memerintah kacungnya, sekarang seperti raja yang tengah memanjakan permaisurinya. 

"Oh, Tuhan. Kenapa suamiku nggak jelas begini sih? Kadang bikin terbang melayang, kadang bikin aku ingin menghilang saja."

Putri bermonolog sambil berjalan menyusul Yuda yang sudah cukup jauh di depannya. Ketika tiba di pintu utama apartemen, Yuda menghentikan langkahnya. 

"Berat? Mau aku bawakan semuanya saja?"

"Ah?" Putri sedikit melongo dengan pertanyaan tersebut. "Ti-tidak, ini bisa kok." Tolak nya secara halus. 

Melihat Yuda yang sudah membawa banyak kantong belanjaan, sementara Putri hanya membawa dua kantong. Masa iya mau diberikan pada Yuda semua? 

Yuda mau membantu membawa saja sudah beruntung banget, mengingat tadi saat di pasar, dengan terang-terangan Yuda menolaknya. 

"Oke."

Pasangan pengantin baru itu pun melanjutkan langkahnya untuk masuk. 

Dor! Dor! Dor! 

Saat baru memasuki area lobi, tiba-tiba terdengar suara seperti petasan. Tapi itu bukan petasan, melainkan party popper untuk menyambut mereka berdua. 

Jika Yuda saja terkejut, apalagi dengan Putri yang baru kali ini menginjakkan kaki di tempat tersebut. Mereka mengedarkan pandangan, ternyata para penghuni apartemen mengadakan pesta penyambutan untuk pengantin baru. 

Kabar Yuda yang akan menikah memang sudah terdengar di telinga para tetangganya itu. Tapi karena mendengar Yuda hanya mengadakan pernikahan sederhana, ditambah lagi mereka tidak diundang. 

Jadi ada yang berinisiatif untuk membuat pesta penyambutan. Padahal tadi pagi saat Yuda akan pergi suasana masih biasa saja, tidak ada yang mencurigakan. 

Lobi tersebut dihias cukup meriah, ada sisi tembok yang diberi hiasan khas pengantin modern. Sepertinya area tersebut sengaja disiapkan untuk sesi foto-foto. 

Hal yang bikin mengejutkan lagi, para tetangga Yuda itu memakai pakaian yang sangat rapih, layaknya mau menghadiri acara pernikahan sungguhan. 

"Surprise!" Teriak mereka secara kompak. Tentu saja hal itu membuat pasangan pengantin baru itu speechless. Mana mereka tengah membawa kantong belanjaan lagi. 

Salah satu dari mereka mendekat. "Selamat Mas Yuda atas pernikahannya." Ucap Pria yang mengenakan setelan tuxedo berwarna silver, seraya mengulurkan tangan. 

Baik Yuda maupun Putri celingukan, mereka bingung mau meletakkan kantong belanjaan dimana terlebih dahulu. Tapi tiba-tiba dari luar muncul petugas kebersihan yang membawa troley. 

"Silahkan taruh barang bawaannya disini Tuan, akan saya bawa ke ruang penitipan barang terlebih dahulu. Nanti kalian bisa hubungi lewat interkom, jika sudah berada di unit."

Petugas kebersihan tersebut berucap dengan sangat sopan dan sambil tersenyum. "Mengingat pria di depan Yuda tengah menunggu uluran tangannya, Yuda dan Putri mengangguk patuh. 

Mereka segera meletakkan semua kantong belanjaan ke dalam trolli tersebut. " Terima kasih ya, Mas Dani." Ucap Yuda yang sepertinya sudah begitu mengenal semua orang disana. 

Putri pun turut mengucapkan terima kasih, hanya saja tanpa menyebutkan nama. Nanti dikira sok kenal sok dekat lagi, walaupun di dada petugas kebersihan tersebut terpasang nametag. 

Kini Yuda beralih pada pria berpenampilan rapih di hadapannya itu. "Terima kasih banyak Mr.Ben." Sahutnya seraya menyambut uluran tangan yang diabaikan cukup lama itu. 

Mereka berdua kemudian saling berpelukan, tapi tak lama. Hanya sebagai ungkapan turut berbahagia. 

"Sayang, kenalin. Ini Mr.Ben, tetangga kita yang tadinya pemilik seluruh gedung apartemen ini." Ucap Yuda mengenalkan pria yang ada di hadapannya itu. 

Putri terbelalak, jadi sebelum unit-unit apartemen tersebut lalu terjual. Mr. Ben lah pemiliknya, bersama dengan tim management. 

"Selamat atas gelar barunya Nyonya Alvaro, semoga betah tinggal disini." Ucap Mr. Ben sambil mengulurkan tangannya. 

Tak pikir panjang, Putri segera menyambutnya. "Terima kasih, Mr. Ben."

Orang-orang memanggil beliau mister, karena Mr. Ben merupakan keturunan Inggris, hal itu terlihat jelas dari raut wajahnya yang bule. 

Para wanita yang sudah tidak sabar untuk mengucapkan selamat, segera mendekat dan menarik Putri. Mereka ingin mengenal lebih dekat wanita yang berhasil menaklukkan pria yang terkenal dingin terhadap wanita itu. 

"Eh!" Putri terkejut karena para wanita menariknya cukup keras. 

**** 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status