Share

Bab 18

Ibu menelan ludah. Jika biasanya ibu langsung meletuskan bom molotopnya saat beliau marah, kini mulut ibu tampak kelu terkunci.

"Jadi gimana, Bu? Ibu mau tetep jaga toko itu atau enggak?" tanya Ranti lagi.

Ibu yang masih bimbang memutuskan makin terlihat cemas sebab terus saja didesak oleh Ranti.

"Ya udah," ucap beliau akhirnya dengan mata mengerling tajam.

"Ya udah apa?"

"Ibu yang jaga," jawabnya ketus sambil sekuat tenaga ibu menahan agar mulutnya itu tak lagi memaki Ranti.

Ranti menjebikan bibir sedikit.

"Bagus kalau gitu, lagian kan kata Ibu, Ibu gak biasa hanya diam di rumah, jadi biar Ibu tetap ada kegiatan Ibu bisa jagain toko kami."

Ibu terlihat makin murka. Tapi lagi-lagi ia tak bisa apa-apa selain menahan diri agak tak terjadi perdebatan lagi dengan Ranti.

Aku cekikikan dalam hati.

Yakin deh nih pasti ibu lagi mikir gimana caranya terbiasa bersikap manis pada kami, agar ibu bisa merebut hati Ranti dan memperbaiki namanya di depan kami.

Wah wah benar apa kata ayah mertua, ua
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status