Home / Romansa / Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif / Pelarian yang berakhir menyebalkan

Share

Pelarian yang berakhir menyebalkan

Author: Nath_e
last update Last Updated: 2025-07-14 13:12:03

BRAKK!

Laura memecahkan vas bunga besar dengan itu menghantam lantai marmer.

“Siapa di sana?!” teriak seorang penjaga.

Langkah kaki terburu mendekat.

Laura memutar badan cepat, menyelinap ke balik sofa dan merayap melewati sisi lain ruangan. Saat dua penjaga masuk dan memeriksa area tempat vas pecah, Laura lari secepat kilat keluar rumah.

Udara malam langsung menyerbu wajahnya.

Laura tidak berhenti. Kaki telanjangnya menjejak tanah dingin saat ia menyelinap melewati pagar samping kebun. Di kejauhan, ada jalan setapak kecil yang tampak mengarah ke daerah pemukiman.

Tapi baru beberapa meter berlari, terdengar suara keras dari walkie-talkie di pos penjaga.

“Nona muda kabur! Semua unit ke perimeter selatan!”

Laura menahan napas, lalu berlari sekuat tenaga.

Ia tak tahu kemana, tapi Laura tahu satu hal—ia takkan kembali. Tidak tanpa perlawanan.

Sementara itu, di sebuah ruangan. Layar besar di ruang kontrol berpendar, menampilkan berbagai sudut rumah mewah Brian.

Salah satunya menampilkan sosok Laura yang sedang merayap di balik pagar kebun belakang, nafasnya terengah-engah, wajahnya cemas tapi penuh tekad.

Brian berdiri di tengah ruangan gelap itu, tangan di saku celana. Setelan hitam yang rapi masih membalut tubuhnya. Matanya tidak berkedip, fokus penuh pada layar.

“Dia lari, Tuan,” ujar Asisten Pribadinya, Lucas, sambil menekan tombol di perangkat komunikasi. “Perlu saya aktifkan pengejaran? Semua unit perimeter siap digerakkan.”

Brian diam. Lalu mengangkat satu tangan.

“Tidak.”

Lucas menoleh, bingung. “Tuan?”

Brian masih menatap layar, melihat bagaimana Laura menerobos pagar kecil dan menyelinap ke jalan setapak. Cahaya remang-remang dari lampu taman menyorot wajahnya sesaat sebelum ia menghilang di balik bayang-bayang.

Ia tersenyum kecil penuh siasat.

“Biarkan dia pergi.”

Lucas menegang. “Tapi …,”

Lucas tak melanjutkan kalimatnya, ia menunggu penjelasan.

Brian melangkah mendekat ke layar, lalu menyentuhnya pelan, tepat di tempat wajah Laura terakhir terlihat.

“Laura bukan gadis biasa. Dia bukan boneka yang bisa aku genggam begitu saja. Dia menantangku ... dan itu menarik.”

Ia berbalik, sorot matanya tajam namun penuh perhitungan.

“Aku ingin tahu apa yang akan dia lakukan di luar sana. Apakah dia mencoba melupakan semuanya... atau justru kembali karena rasa ingin tahunya lebih besar daripada rasa takut.”

Lucas mengangguk pelan, masih setengah bingung. “Jadi... tidak ada pengejaran sama sekali?”

Brian tersenyum. Tapi senyumnya bukan senyum ramah—melainkan senyum dari seseorang yang tahu dia tetap mengendalikan permainan, bahkan ketika lawannya merasa sudah bebas.

“Tidak perlu. Karena seberapa jauh pun dia lari, dia tetap milikku. Dan cepat atau lambat ... dia akan kembali.”

*****

Deru taksi yang melambat di depan rumah besar keluarganya membuat Laura menghela napas lega. Keringat dingin masih menetes di pelipisnya—pelarian dari rumah Brian barusan bukan hal sepele. Disekap orang tak dikenal dan berhasil lolos itu sebuah keajaiban. Dalam pikirannya hanya satu setelah ini … lapor polisi!

Laura membuka pintu taksi buru-buru, membayar dengan uang receh yang sempat ia curi dan sembunyikan di dalam bra sport-nya. Kakinya nyaris gemetar saat menapaki jalan masuk ke rumah.

“Rumah! Home sweet home.” Laura menarik nafas dalam-dalam, berhenti sejenak merasakan euforia kebebasan.

Tapi detak jantungnya justru berhenti sejenak saat melihat seseorang berdiri di bawah cahaya lampu gantung depan pintu.

“Dave,”

Dave berdiri dengan seulas senyum–Laura yakin itu palsu. Ia mengenakan jas abu-abu yang disesuaikan sempurna dengan buket mawar merah darah sebesar boneka beruang di tangannya.

"Hai, sayang. Kau baru pulang?” katanya dengan senyum sok manis.

Laura menatap sinis padanya dan berjalan melenggang melewati Dave. “Kau bahkan tidak bertanya darimana aku semalam.” Ucapnya pelan sambil berlalu.

"Laura, dengarkan aku dulu. Aku minta maaf soal … kemarin. Aku akui kalau aku … melupakan hari istimewa kita. Dan … itu salah.” Dave menarik tangan Laura, menahannya penuh harap.

“Lupakan, Dave. Hubungan kita sudah berakhir. Aku lelah, sebaiknya kau pergi.” Laura berusaha menepis cengkraman tangan Dave tapi lelaki tampan itu bersikukuh tak ingin melepas.

“Laura, beri aku kesempatan. Ini bukan tentang bisnis atau hal lainnya. Ini tentang kita … aku janji akan berubah dan lebih memperhatikan dirimu.” jurus pamungkas dikeluarkan Dave dengan sorot mata memohon.

Laura diam membeku, matanya langsung menatap buket bunga. Bukan karena sikap Dave yang romantis. Tapi karena ia tahu ada sesuatu dibalik sikap manisnya. Untuk Laura, setiap kelopak mawar bisa jadi simbol jebakan.

Laura sudah sangat hafal dengan sikap Dave.

"Aku tidak ingin menikah denganmu, Dave … dan itu tidak bisa ditawar lagi.”

Suara Laura dingin, tapi gemetar di ujung.

Dave melangkah maju hendak menyahut, tapi pintu terbuka dari dalam.

Ibu tiri Laura–Maria–berdiri dengan gaun rumah satin warna marun dan raut wajah yang tenang. Seperti sedang menyambut tamu penting.

"Oh, Dave sayang, kau datang! Ayo masuklah dulu." ia berganti menatap Laura, senyumnya berubah kaku.

"Kita harus bicara, Laura.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Nanochip dan dilema

    "Nanochips!” Brian membulatkan mata birunya, menoleh cepat pada Dominic. “Nanochips ... kau menanamkannya pada Laura bukan?” Ryu Jin dan Cassandra ikut menoleh, raut wajah kedua wanita itu bak mendapat pencerahan. “Benar, kenapa kita tidak memikirkan hal ini. Dom, kau melakukannya bukan?” Cassandra menimpali “Aku …,” Dominic bingung menjawab. “Kalau dia memilikinya kita bisa menemukan posisi Laura! Bukankah terintegrasi dengan sistem mu? Artinya kita bisa melacaknya dengan bantuan satelit." Ryu Jin yang biasanya datar mendadak girang. Dominic berdehem kecil, ia mengusap tengkuknya, masih bingung hendak memulai darimana. “Tentang itu … aku,” Dominic melirik ke arah Brian yang menunggunya. Ia menarik nafas panjang, sudah menduga pertanyaan ini akan muncul. “Aku tidak pernah menanamkan nano chip pada para petinggi atau pasangan mereka termasuk Laura, termasuk kalian." Brian bertanya, “Kenapa? Bukankah setiap pengikutmu akan tertanam chip itu untuk mengontrol mereka, termasuk aku

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Semangat yang memudar

    Seminggu berlalu dan pencarian Laura masih terus dilakukan. Hari demi hari rasanya seperti neraka bagi Brian. Setiap hari Brian hanya berputar di lingkaran gelap yang sama, laporan tanpa hasil, jejak samar, dan kabar buruk yang belum bisa dipastikan kebenarannya.Setiap penemuan mayat tanpa identitas membuat darah Brian berdesir. Ia takut bakal menemukan Laura di kamar jenasah.Lucas datang dengan wajah muram, membawa kantong plastik bening. Ia menaruhnya di atas meja. Di dalamnya terdapat kalung berlian milik Laura—masih dengan GPS aktif—bersama pakaian dan perhiasan lain yang tampak kotor dan berdebu.“Kami menemukannya di pinggiran jalan hutan pinus, sekitar dua kilometer dari batas wilayah,” ucap Lucas pelan.Brian menatap benda-benda itu lama sekali, matanya merah berair. Bibirnya bergetar tanpa suara. “Hanya ini?! Lalu Laura?!” tanyanya serak sambil menggenggam kalung Laura.Lucas menunduk penuh penyesalan. “Maaf, Tuan.”Brian memjamkan matanya, menahan emosi yang nyaris tumpah

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Terjebak antara cinta dan ketidakwarasan

    “Jangan pernah berpikir Brian akan datang untuk menyelamatkan dirimu, Laura. Aku tidak suka wanita pembangkang jadi sebaiknya kau menjaga dirimu baik-baik atau kau … akan menerima akibatnya.”Peringatan Rafael Ortega sedikit menciutkan nyali Laura. Ia bertanya dalam hati benarkah Brian tidak akan menemukannya, lalu bagaimana nasibnya dan bayi dalam kandungannya di masa depan?“Kau salah besar Rafael … dia pasti akan menemukanku.” Balas Laura meski ia tak yakin dengan kalimatnya itu.Rafael menatap Laura takam, dengan jarak hanya sejengkal, Laura bisa merasakan beratnya tarikan nafas mantan koleganya itu.Rafael Ortega tersenyum sinis, ia sedikit menjauhkan tubuhnya dan membuka laci bagian atas nakas disamping ranjang.“Benarkah itu? Jangan membuatku tertawa Laura.”Rafael mengambil kotak beludru hitam dari dalam laci. Di dalamnya, terdapat sebuah cincin berkilau, cincin pernikahan.Laura terbelalak saat Rafael meraih tangannya dengan kasar. Jemarinya yang dingin memaksa membuka gengga

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Obsesi Sang dokter radiologi

    Laura terbangun perlahan, kelopak matanya terasa berat. Kepalanya berdenyut, mulutnya kering, dan perutnya terasa aneh. Butuh beberapa saat sebelum ia sadar dirinya tidak lagi berada di balkon restoran Paris.Yang pertama menyambut pandangannya adalah langit-langit tinggi dengan dinding batu berwarna gelap. Lampu gantung kristal berkilau pucat, memantulkan cahaya remang.Ruangan itu luas, tetapi sunyi, nyaris terlalu sempurna—seperti sebuah vila kuno yang dipugar untuk menyimpan rahasia.Laura terhenyak. Gaun malam yang dipakainya sudah berganti dengan gaun satin putih polos. Potongannya sederhana tapi mengekspos jelas bagian atas tubuhnya.Semua perhiasan yang dikenakan mulai dari cincin, kalung, gelang, bahkan anting kecil pemberian Brian—hilang. Seolah setiap penanda dirinya sudah dilucuti. Laura panik karena dalam kalung itu terdapat penanda GPS untuk melacak keberadaannya.Ia meraba perutnya dengan gemetar, memastikan bayinya masih ada. “Dimana ini … apa yang terjadi sebenarnya?

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Penculikan yang sempurna

    Malam hari di kota Paris menyimpan daya magisnya sendiri. Menara Eiffel berkilau dengan ribuan cahaya, sementara musik akordeon jalanan mengalun lembut dari kejauhan. Di balkon restoran bergaya klasik, Laura bersandar pada kursi, kedua tangannya mengusap perutnya yang masih datar. Senyum kecil muncul di wajahnya—ia merasakan kebahagiaan.Brian menatapnya penuh kasih. “Kau ingin sesuatu lagi? Dessert, mungkin?” tanyanya.Laura menggigit bibir, matanya berputar seolah berpikir keras. “Sebenarnya ada …” ujarnya ragu.“Apapun untukmu,” sahut Brian cepat.Laura menarik napas dalam-dalam. “Aku ingin sup ramen pedas dengan kaldu tulang sapi dan taburan rumput laut… seperti yang pernah aku makan di Tokyo dulu.”Brian terdiam. Ramen? Di Paris? Malam-malam begini? Ia tahu itu hampir mustahil—bahkan restoran Jepang yang tersisa di distrik ini sudah tutup. Tapi melihat tatapan penuh minat Laura membuatnya tak bisa menolak permintaan itu.“Baiklah.” Brian meraih tangan Laura dan mengecupnya. “A

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Nasehat dari Ryu Jin

    "Biarkan dia menenangkan diri, adik kecil!” “Lepaskan,” desis Brian, ia menatap kesal pada Ryu Jin yang menahannya. “Dia sedang marah. Aku harus—” “Justru karena dia marah, kau sebaiknya tidak mengejarnya sekarang,” potong Ryu Jin tenang. “Kau hanya akan menambah keruh suasana.. Biarkan aku bicara dengannya dulu.” Ryu Jin balas menatap Brian. “Ryu benar, Brian. Ikuti kata Ryu, dia sangat ahli menenangkan hati wanita.” Dominic yang datang bersama Ryu Jin ikut bicara. “Tapi…,” Tatapan tajam Ryu Jin yang tajam seolah hendak membunuh Brian dengan katananya dalam sedetik. Ia mengalah dan membiarkan wanita cantik itu berjalan tenang menyusul Laura. Ryu Jin menemukan Laura tengah duduk di bangku taman di bagian atas gedung rumah sakit. Matanya terlihat basah, menyadari Ryu Jin mendekat Laura mengusap pipinya dari jejak airmata. “Udara di sini memang lebih segar daripada di dalam,” Ryu Jin seolah bicara pada dirinya sendiri. Ia menarik nafas panjang dan menutup matanya, m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status