Home / Romansa / Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif / Senja tak selamanya meninggalkan kesedihan

Share

Senja tak selamanya meninggalkan kesedihan

Author: Nath_e
last update Huling Na-update: 2025-07-25 17:17:56

"Cukup!! Hentikan!”

Laura berteriak dan itu cukup untuk menghentikan suara-suara yang berisik.

Hening menggantung panjang. Pernikahan Laura, hancur. Di depan semua orang.

Laura memejamkan mata. Ia membuka veil-nya perlahan, lalu menarik cincin di jari manisnya dan meletakkannya di altar. Dengan langkah pasti, ia meninggalkan altar. Tak peduli dengan teriakan Dave yang memohon.

Laura tidak ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia pergi begitu saja. Tak ingin menanggapi atau bicara. Hatinya sudah sakit, sangat sakit.

“Dave Carter!” suara lantang dengan amarah terdengar menggema.

Seorang wanita muda muncul dengan gaun mahal, bermake up tebal, berjalan lurus ke altar. Tatapannya begitu tajam, Laura menghentikan langkahnya, ia mengernyit.

“Sarah?”

Laura mengenalnya, itu pemilik butik ternama di Paris sekaligus teman kuliahnya. Sarah berjalan melewati Laura dengan tatapan sinis seolah tidak mengenalnya sama sekali.

Semua mata kembali menoleh. Dave membulatkan mata dan wajahnya terlihat pucat. “Oh tidak, apalagi ini?!”

Wanita itu berhenti tepat di depan altar, menatap Dave dengan perasaan luka dan jijik

“Berapa banyak wanita yang sudah kau hancurkan demi kesenangan brengsekmu? Aku hamil anakmu, dan kau pernah bersumpah akan menikahiku begitu aku lepas dari ayahku!” Sarah berkata lantang, perasaannya campur aduk.

“Sarah, apa yang kau lakukan disini?!” Balas Dave setengah berbisik.

“Aku hanya menuntut hakku!” Jawab Sarah sebelum keduanya terlibat perdebatan sengit.

Kepala Laura berdenyut kencang, keluarganya benar-benar dipermalukan hari ini. Entah harus bersyukur atau bersedih yang jelas Laura, lega. Ia kembali berjalan meninggalkan taman yang sedianya menjadi saksi perjalanan baru dalam hidup Laura.

Tamu-tamu undangan kembali gempar. Ibu Dave menutup mulutnya, sementara sang Ayah hanya bisa menggeleng dengan wajah penuh malu.

Richard Hartwell, ayah Laura, tampak seperti dihantam petir. Ia berdiri dengan rahang mengeras, memandangi Dave dengan mata memerah.

“Ini ... ini sangat memalukan,” gumamnya. “Keluarga kita dijadikan panggung skandal.”

Maria Delacroix, ibunya Laura, berusaha menopang Richard yang nyaris terjatuh saat berjalan pergi meninggalkan lokasi.

Air mata Richard Hartwell terlanjur jatuh. “Aku tak percaya … aku hampir menyerahkan putri ku pada ... monster.”

Megan, adik tiri Laura, yang sedari tadi tak percaya dengan drama ini, berdiri kaku. Tapi akhirnya bergerak mengucap kata.

“Jadi ... selama ini dia dan … mereka hanya bermain dengan taruhan Laura? Sadis.”

Richard Hartwell kembali ke dalam rumah mewahnya untuk menenangkan diri. Sungguh ia tak menyangka harapannya pupus. Pernikahan, merger perusahaan, dan perbaikan ekonomi keluarganya yang sudah didepan mata hancur seketika.

Tatapan bahagia itu berganti dengan luka dan kehancuran. Richard Hartwell menggenggam tangan Maria erat.

“Apa yang akan kita lakukan sekarang Maria?”

******

Laura duduk di tepi sofa ruang pengantin.

Gaun putihnya yang indah telah berubah menjadi beban berat. Tangannya masih menggenggam buket yang tadi ia bawa saat berjalan menuju altar. Kelopak bunganya mulai layu, seperti hatinya.

Clara, duduk menemaninya. Ia terlihat khawatir. Matanya tak lepas dari Laura yang terus menunduk.

“Kau akan baik-baik saja, sayang,” Clara menggenggam tangannya. “Ada aku disini.”

Laura terisak, suaranya lirih, nyaris seperti gumaman.

“Aku tak menyangka ini akan terjadi di hari pernikahanku. Aku … dijadikan taruhan itu sangat … menjijikkan.”

Clara memeluk Laura dari samping, membiarkannya menangis di bahunya.

“Setidaknya sekarang kamu bebas, sejak awal Dave memang brengsek. Kita tahu itu bukan?” bisik Clara.

“Yeah, setidaknya kau beruntung tidak menikah dengan pria penabur benih itu.” Clara mencoba menghibur dan itu sukses membuat Laura tertawa.

“Kau benar sekali.”

Laura menyeka air matanya. Kembali duduk di depan kaca rias dan membersihkan make upnya. Clara membantunya, mengurai rambut Laura sambil bercerita bagaimana reaksi orang tua Dave yang sangat terkejut.

“Ngomong-ngomong, siapa Brian? Kenapa dia datang dan bagaimana kau mengenalnya? Apa kau membayarnya untuk membatalkan pernikahan ini?” Cecar Clara yang sangat penasaran dengan sosok Brian.

Laura menghentikan usapan toner di wajahnya. Ia menarik nafas dalam sebelum menjawab.

“Aku bertemu dengannya kemarin, secara tidak sengaja dan dia … membawaku ke rumahnya.”

“Oh my … apa yang aku lewatkan honey? Kenapa kau tidak memberitahukannya padaku?”

“Aku tidak sempat dan tidak menduga juga dia datang.” Jawab Laura pelan. Untuk sesaat ia berpikir.

“Oh, astaga … apa ini artinya dia bersungguh-sungguh saat mengatakan hal itu?” Lanjutnya mengingat peringatan Brian.

“Apa? Bersungguh-sungguh tentang apa?” clara semakin penasaran.

Laura menarik nafas panjang, “menikahiku … dia ingin aku jadi miliknya.”

“Woah … itu sangat … luar biasa! Dia gentleman sejati. Go get him!”

Laura mendesah, memutar bahunya dan menatap Clara yang justru kegirangan. “aku tidak mengenalnya! Aku bahkan baru bertemu dengannya dan aku juga tidak tahu siapa dia. Itu, masalahnya!”

Clara tercengang, “hm … ini agak rumit.”

Pintu terbuka lebar tanpa ketukan terlebih dulu membuat kedua wanita itu terkejut. Apalagi sederet wanita dan pria tiba-tiba saja masuk dan mengambil gaun-gaun serta peralatan yang ada di kamar termasuk furniture dan alat make up.

“Hei, apa yang kalian lakukan! Ini tidak sopan!” Clara protes dan menahan para pria yang memaksa keduanya untuk berdiri dan melepaskan gaun yang mereka kenakan.

“Ada apa ini? Apakah Dave yang menyuruh kalian?” seru Laura tak suka.

Seorang lelaki berjas hitam mendekat, wajahnya tampan, mirip pangeran dari negeri Arab.

“Maaf nona, tapi tuan Brian meminta kami membersihkan semuanya. Anda akan melangsungkan pernikahan dalam satu jam.”

“Apa?!”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Nanochip dan dilema

    "Nanochips!” Brian membulatkan mata birunya, menoleh cepat pada Dominic. “Nanochips ... kau menanamkannya pada Laura bukan?” Ryu Jin dan Cassandra ikut menoleh, raut wajah kedua wanita itu bak mendapat pencerahan. “Benar, kenapa kita tidak memikirkan hal ini. Dom, kau melakukannya bukan?” Cassandra menimpali “Aku …,” Dominic bingung menjawab. “Kalau dia memilikinya kita bisa menemukan posisi Laura! Bukankah terintegrasi dengan sistem mu? Artinya kita bisa melacaknya dengan bantuan satelit." Ryu Jin yang biasanya datar mendadak girang. Dominic berdehem kecil, ia mengusap tengkuknya, masih bingung hendak memulai darimana. “Tentang itu … aku,” Dominic melirik ke arah Brian yang menunggunya. Ia menarik nafas panjang, sudah menduga pertanyaan ini akan muncul. “Aku tidak pernah menanamkan nano chip pada para petinggi atau pasangan mereka termasuk Laura, termasuk kalian." Brian bertanya, “Kenapa? Bukankah setiap pengikutmu akan tertanam chip itu untuk mengontrol mereka, termasuk aku

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Semangat yang memudar

    Seminggu berlalu dan pencarian Laura masih terus dilakukan. Hari demi hari rasanya seperti neraka bagi Brian. Setiap hari Brian hanya berputar di lingkaran gelap yang sama, laporan tanpa hasil, jejak samar, dan kabar buruk yang belum bisa dipastikan kebenarannya.Setiap penemuan mayat tanpa identitas membuat darah Brian berdesir. Ia takut bakal menemukan Laura di kamar jenasah.Lucas datang dengan wajah muram, membawa kantong plastik bening. Ia menaruhnya di atas meja. Di dalamnya terdapat kalung berlian milik Laura—masih dengan GPS aktif—bersama pakaian dan perhiasan lain yang tampak kotor dan berdebu.“Kami menemukannya di pinggiran jalan hutan pinus, sekitar dua kilometer dari batas wilayah,” ucap Lucas pelan.Brian menatap benda-benda itu lama sekali, matanya merah berair. Bibirnya bergetar tanpa suara. “Hanya ini?! Lalu Laura?!” tanyanya serak sambil menggenggam kalung Laura.Lucas menunduk penuh penyesalan. “Maaf, Tuan.”Brian memjamkan matanya, menahan emosi yang nyaris tumpah

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Terjebak antara cinta dan ketidakwarasan

    “Jangan pernah berpikir Brian akan datang untuk menyelamatkan dirimu, Laura. Aku tidak suka wanita pembangkang jadi sebaiknya kau menjaga dirimu baik-baik atau kau … akan menerima akibatnya.”Peringatan Rafael Ortega sedikit menciutkan nyali Laura. Ia bertanya dalam hati benarkah Brian tidak akan menemukannya, lalu bagaimana nasibnya dan bayi dalam kandungannya di masa depan?“Kau salah besar Rafael … dia pasti akan menemukanku.” Balas Laura meski ia tak yakin dengan kalimatnya itu.Rafael menatap Laura takam, dengan jarak hanya sejengkal, Laura bisa merasakan beratnya tarikan nafas mantan koleganya itu.Rafael Ortega tersenyum sinis, ia sedikit menjauhkan tubuhnya dan membuka laci bagian atas nakas disamping ranjang.“Benarkah itu? Jangan membuatku tertawa Laura.”Rafael mengambil kotak beludru hitam dari dalam laci. Di dalamnya, terdapat sebuah cincin berkilau, cincin pernikahan.Laura terbelalak saat Rafael meraih tangannya dengan kasar. Jemarinya yang dingin memaksa membuka gengga

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Obsesi Sang dokter radiologi

    Laura terbangun perlahan, kelopak matanya terasa berat. Kepalanya berdenyut, mulutnya kering, dan perutnya terasa aneh. Butuh beberapa saat sebelum ia sadar dirinya tidak lagi berada di balkon restoran Paris.Yang pertama menyambut pandangannya adalah langit-langit tinggi dengan dinding batu berwarna gelap. Lampu gantung kristal berkilau pucat, memantulkan cahaya remang.Ruangan itu luas, tetapi sunyi, nyaris terlalu sempurna—seperti sebuah vila kuno yang dipugar untuk menyimpan rahasia.Laura terhenyak. Gaun malam yang dipakainya sudah berganti dengan gaun satin putih polos. Potongannya sederhana tapi mengekspos jelas bagian atas tubuhnya.Semua perhiasan yang dikenakan mulai dari cincin, kalung, gelang, bahkan anting kecil pemberian Brian—hilang. Seolah setiap penanda dirinya sudah dilucuti. Laura panik karena dalam kalung itu terdapat penanda GPS untuk melacak keberadaannya.Ia meraba perutnya dengan gemetar, memastikan bayinya masih ada. “Dimana ini … apa yang terjadi sebenarnya?

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Penculikan yang sempurna

    Malam hari di kota Paris menyimpan daya magisnya sendiri. Menara Eiffel berkilau dengan ribuan cahaya, sementara musik akordeon jalanan mengalun lembut dari kejauhan. Di balkon restoran bergaya klasik, Laura bersandar pada kursi, kedua tangannya mengusap perutnya yang masih datar. Senyum kecil muncul di wajahnya—ia merasakan kebahagiaan.Brian menatapnya penuh kasih. “Kau ingin sesuatu lagi? Dessert, mungkin?” tanyanya.Laura menggigit bibir, matanya berputar seolah berpikir keras. “Sebenarnya ada …” ujarnya ragu.“Apapun untukmu,” sahut Brian cepat.Laura menarik napas dalam-dalam. “Aku ingin sup ramen pedas dengan kaldu tulang sapi dan taburan rumput laut… seperti yang pernah aku makan di Tokyo dulu.”Brian terdiam. Ramen? Di Paris? Malam-malam begini? Ia tahu itu hampir mustahil—bahkan restoran Jepang yang tersisa di distrik ini sudah tutup. Tapi melihat tatapan penuh minat Laura membuatnya tak bisa menolak permintaan itu.“Baiklah.” Brian meraih tangan Laura dan mengecupnya. “A

  • Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif    Nasehat dari Ryu Jin

    "Biarkan dia menenangkan diri, adik kecil!” “Lepaskan,” desis Brian, ia menatap kesal pada Ryu Jin yang menahannya. “Dia sedang marah. Aku harus—” “Justru karena dia marah, kau sebaiknya tidak mengejarnya sekarang,” potong Ryu Jin tenang. “Kau hanya akan menambah keruh suasana.. Biarkan aku bicara dengannya dulu.” Ryu Jin balas menatap Brian. “Ryu benar, Brian. Ikuti kata Ryu, dia sangat ahli menenangkan hati wanita.” Dominic yang datang bersama Ryu Jin ikut bicara. “Tapi…,” Tatapan tajam Ryu Jin yang tajam seolah hendak membunuh Brian dengan katananya dalam sedetik. Ia mengalah dan membiarkan wanita cantik itu berjalan tenang menyusul Laura. Ryu Jin menemukan Laura tengah duduk di bangku taman di bagian atas gedung rumah sakit. Matanya terlihat basah, menyadari Ryu Jin mendekat Laura mengusap pipinya dari jejak airmata. “Udara di sini memang lebih segar daripada di dalam,” Ryu Jin seolah bicara pada dirinya sendiri. Ia menarik nafas panjang dan menutup matanya, m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status