“Aku menyiapkan hadiah spesial untukmu ...,” shen mendekat perlahan dengan wajah yang serius, “Kau akan menyukainya.”
Sky terpaku, wajah indah Shen di bawah sinar rembulan itu sangat mempesona. Lekuk tubuhnya memabukkan seolah semua lelaki akan gila di hadapannya. Sky terbius, Shen menanggalkan pakaiannya dengan pelan, ditambah beberapa liukan tubuhnya menimbulkan sensasi aneh di dada Sky. Angin yang bertiup lembut menggoyangkan tangkai bunga lily dan peony yang sedang membeku menyaksikan perbuatan dua manusia di kebun bunga tepi danau tersebut. Shen mendekat tanpa penghalang, Sky menerima dirinya dengan penuh perasaan. “Kau yakin, sayang?” Sky memastikan. “Aku menginginkanmu, Sky.” Balas Shen dengan parau. “Kalau tak menunggumu siap, aku sudah menginginkanmu sejak lama.” “Aku mencintaimu, Sky. Aku sangat mencintaimu.” Bisik Shen di telinga Sky dengan lembut. Gairah Sky memuncak. Ia mengikuti arah hatinya saat itu juga. Keraguannya ditutupi kabut tebal, hingga tak tampak siapa pun yang akan membawanya kembali. Mereka memadu kasih di taman bunga Lily dan Peony, kebun belakang istana keluarga Andromeda yang indah meliar bersama gerakan dua sejoli yang sedang di mabuk asmara itu. Saling menyatu, membelai dan menikmati malam yang semakin larut untuk tidak dibiarkan terbuang dingin tanpa kehangatan sentuhan yang intim. Sensasi yang lama ditahan dan tertumpah. Hanya ada penyaluran hasrat cinta tanpa penghakiman, mereka berdua, dan rembulan yang menjadi saksi bisu hingga pergumulan itu menuju puncak dan menyisakan aroma bunga. “Aku akan mengumumkannya besok.” Ucap Sky tatkala pergumulan mereka selesai. Mereka sudah kembali rapi dan rebah berpelukan menikmati sisa malam yang semakin larut. “Aku percaya kamu.” Tiba-tiba ponsel Sky berdering dan menampilkan wajah Orlando. Ternyata sudah sejak tadi ia menghubungi, namun Sky tak tahu. Orlando segera menyuruh mereka kembali ke acara karena Judy membuat kehebohan. Dengan segera Sky bangkit, Shen tak langsung, ia menunggu Sky pergi lebih dulu agar orang-orang tak memergoki mereka bersama. Ia sedikit menebak kelakuan Judy. Biarlah ia mulai membuat drama, sementara Sky sudah masuk dalam genggamannya. Ia bertaruh, Sky cinta mati saat ini. “Keluarga Andromeda dan keluarga Bussara telah sepakat akan melangsungkan pernikahan anak-anak lebih cepat dari rencana awal.” Judy terjeda, “Ah, sepertinya semua orang terkejut, ya tuhan! Ini pertanda kalau Ruby dan Sky memang ditakdirkan untuk berjodoh!” Semua orang tertawa mendengar celetukan Judy. Sky yang baru saja tiba terpaku. Judy membuat pengumuman di hadapan semua orang dengan melanggar janjinya kepada Sky. “Awalnya kami ingin menggelar secara privat saja, tapi karena semua orang berbahagia, kami membuka undangan ini untuk umum.” Tanpa merasa bersalah Judy mengarahkan supaya Ruby dan Sky masuk ke tengah aula untuk ikut mendampinginya. Tentu saja Sky tak mau, hanya ayahnya memaksa dan sedikit mendorong tubuhnya untuk sampai di hadapan Judy. “Kami akan berusaha sebisa mungkin, dan ya, dukungan dari keluarga Bussara telah mengokohkan posisi kami di mata dunia bahwa keluarga Andromeda telah berinovasi lewat hubungan yang penuh cinta dan motivasi.” Semua orang bertepuk tangan. Ruby mendekati Sky dan menggandengnya dengan paksa. Berulang kali di tepis pun ia tak lagi peduli. Sky akan menjadi miliknya selamanya dan tak ada yang bisa merebutnya termasuk Shen. Bahkan jika harus menunjukkan belang sekalipun, ia mampu, sekalipun dibenci oleh Sky. “Hentikan drama kalian, Ruby!” Sky membentak pelan. “Supaya Shen menang?” Ruby menantang, “Kalian tak akan pernah bisa bersama!” “Kau tak akan pernah mendapatkan cintaku!” “Tak apa. Asal ragamu adalah milikku,” Ruby tersenyum licik, “kau mau hadiah?” Sebelum Sky membalas, Ruby telah lebih gesit menciumnya di hadapan tamu yang langsung disambut sorak dan tawa seluruhnya. Sky hendak lepas, namun Ruby memaksa dan mengunci tubuhnya dengan kuat. “Owww!! Tampaknya calon pengantin wanita tak mau bersabar lagi, hahah ...” Judy ikut tergelak. Sementara di sudut paling jauh, mata dan hati Shen menangis. Ia hendak jatuh menyaksikan semuanya. Apa yang barusan ia perbuat? Ia baru saja percaya dan memberikan hadiah paling berharga dari dirinya untuk Sky. Ia malah diberi kejutan Sky akan menikah esoknya dengan gadis lain. Apa yang akan ia perbuat, entahlah, melihat tatapan Sky di bola matanya menggambarkan pilu, ia tahu Sky terpaksa, dan tak ada yang bisa menolongnya keluar. “Dari caramu meratapi mereka,” seorang pria asing di dekatnya menunjuk panggung, “Bisa ditebak kau adalah cinta terlarang dari Sky Andromeda.” Shen mendelik, tapi tak kuasa membalas sindiran tajam si pria. Siapa dia? Dia mengenakan pakaian hitam di seluruh tubuhnya seolah berduka, bukan bahagia. “Orang kaya memang begitu, secantik apapun dirimu, akan kalah dengan yang punya kekuasaan.” Pria itu kembali mengamati sekujur tubuh Shen dengan bersiul ringan. Cantik. Selera Sky Andromeda memang tidak biasa. “Kau siapa? Kau tahu apa soal Sky?” akhirnya Shen membalas dengan hati yang panas. “Hanya orang yang tak tertarik dengan acara semacam ini. Bukannya kau sama?” “Jangan sok tahu!” Shen membentak. “Jatuh cinta memang tak pernah bermutu. Seperti kau yang kelihatan menyedihkan.” Shen mengepalkan tangan dan ingin melemparinya sesuatu, namun ketika ia fokus, lelaki itu sudah lenyap entah ke mana. Ia menghilang di balik kerumunan orang-orang yang mulai menyebar karena pengumuman utama sudah selesai. Shen pun mengambil langkah untuk pergi, ia takut tak bisa menahan diri dan menjadi perhatian umum. Ia tak sadar melangkah lebih jauh ke dalam tempat mereka bercinta tadi. Tubuhnya rubuh, air matanya setenang air danau yang beriak oleh angin malam. Mengalir, tanpa ekspresi, hanya dikuasai oleh keputus-asaan mendalam tentang cinta seindah negeri dongeng yang kini tinggal khayalan. “Sky dengan Ruby? Hahahah ...” Shen tertawa dalam tangisnya. “Menikah? Tidak mungkin. Kau sudah berjanji padaku Sky ...” Setelahnya ia sesenggukan memeluk diri sendiri di atas tanah yang dingin dan lembab. Ia mencoba sadar, sekian detik ia mengakuinya hanya sekedar mimpi. Sedetik kemudian ia menyadari bahwa kenyataan begitu pahit.“Aku menyiapkan hadiah spesial untukmu ...,” shen mendekat perlahan dengan wajah yang serius, “Kau akan menyukainya.” Sky terpaku, wajah indah Shen di bawah sinar rembulan itu sangat mempesona. Lekuk tubuhnya memabukkan seolah semua lelaki akan gila di hadapannya. Sky terbius, Shen menanggalkan pakaiannya dengan pelan, ditambah beberapa liukan tubuhnya menimbulkan sensasi aneh di dada Sky. Angin yang bertiup lembut menggoyangkan tangkai bunga lily dan peony yang sedang membeku menyaksikan perbuatan dua manusia di kebun bunga tepi danau tersebut. Shen mendekat tanpa penghalang, Sky menerima dirinya dengan penuh perasaan.“Kau yakin, sayang?” Sky memastikan.“Aku menginginkanmu, Sky.” Balas Shen dengan parau.“Kalau tak menunggumu siap, aku sudah menginginkanmu sejak lama.”“Aku mencintaimu, Sky. Aku sangat mencintaimu.” Bisik Shen di telinga Sky dengan lembut. Gairah Sky memuncak. Ia mengikuti arah hatinya saat itu juga. Keraguannya ditutupi ka
Baru saja Emily dan Ruby siap merencanakan sesuatu, mereka mendapat kabar dari Judy bahwa mereka semua harus segera pulang secepatnya setelah rapat terhadap akuisisi hotel selesai. Pengangkatan CEO baru harus digelar lusa karena kondisi perusahaan sedang rumit. Hanya sedikit akal-akalan, Judy ingin melancarkan sedikit aksi untuk mendukung hubungan pertunangan anaknya supaya diperkuat publik. Sementara Sky sedang lengah, ia akan mencuri kesempatan mengeratkan ikatan dengan keluarga Bussara. Saat itu Shen merajuk. Sejak Emily mengatainya kain lap, ia menjauhkan diri dari mereka, termasuk Sky. Ia bahkan semakin meradang saat Sky tak mempertanyakan gadis itu ke mana setelah makan malam. Semua berjalan seakan baik saja untuk mereka, tidak untuk Shen. Merasa ada yang salah, Sky mengajaknya bicara setelah persiapan untuk pulang. Ia mengajak Shen ke kamarnya dan bicara perlahan. “Apa kau masih marah?” Sky mencoba meraih tangan Shen, namun ditepis. “Tidak.” Jawab Shen. Tapi Sky ters
“Hai, Shen!” Ruby berdiri di samping Sky dengan gandengan yang sama sejak siang. Ia tak bisa menyembunyikan raut wajah. Sky sudah menepis berulang kali, ia sadar dan melepas tangan Ruby dengan kasar.Ia mengulurkan tangan kepada Shen dengan suasana yang aneh. Sekali-sekali ia melirik sekitar, publik akan kejam menggoreng informasi soal siapa saja untuk mendapatkan sensasi. Sekali lagi ia teringat perkataan Judy, reputasi keluarga adalah segalanya. “Kau tidak akan menggandeng wanita lain di depanku kan, Sky?” Ruby berpura-pura tidak peka terhadap keadaan. “Kita sudah bertunangan, meski kau membawa masa lalumu, tidak baik terus bersamaan, apalagi di depan seluruh orang.”“Masa lalu?” Shen hendak membalas, tapi ditahan oleh Sky.“Shen juga keluargaku. Kau tak berhak berkomentar.” Balas Sky. Rasanya Ruby akan mengumpat dan histeris. Ia diabaikan secara langsung di hadapan gadis yang ia benci. Dalam hati Shen apakah ada yang tahu, bahwa diakui sebagai keluarga bukan suara
Esoknya Shen terbangun di pelukan Sky. Entah kapan lelaki itu pulang dan menemaninya sepanjang malam. Ia tersenyum, ketika mata Sky terpejam ia terlihat tampan. Shen menyentuh hidung dan bibirnya bergantian. Ia masih merasakan kecupan hangat Sky sebelum ia pergi. Wanita mana yang tidak menggila mendapatkan Sky? Tampan, kaya, dan royal. Ia meratukan Shen meski mulutnya tak selalu mengaku. Di dekatnya, perbedaan sosial itu tak pernah ada, ia mengenal Sky lebih dari siapa pun.“Kapan kau pulang?” bisik Shen pelan.Sky tersenyum. Rupanya ia hanya pura-pura memejamkan mata menunggu Shen bangun. Ia terjaga sepanjang malam ditemani beberapa botol alkohol sebelum membaringkan diri di samping Shen.“Kau tidak berbuat macam-macam, kan?” wajah Shen membulat. Ia baru sadar sesuatu. Semalam, ketika ia kabur lewat jendela, ia ingin menemui Sky. Anton berada di rumah sendirian dan menyeretnya ke gedung teater. Seluruh istana Andromeda sangat sepi, hanya beberapa pengawal yang berjaga di depan ger
‘Cinta Adalah Tragedi’ Cinta tanpa peduli konsekuensi, adalah norma paling tragis dan egois. Bohong jika ia mengatakan tak tergiur dengan harta, justru jika Sky tak terlahir di keluarga Andromeda yang kaya raya, ia tak akan pernah bertemu dan mencintainya. “Kalau saja ayah masih ada, apa aku tetap menjadi pembantu?”Kali ini isakan Shen terdengar lirih seperti mengharap orang-orang mengerti. Hanya Sky dan ibunya yang ia punya, seharusnya mereka berpihak padanya, kan? Kalau bukan mereka, lalu siapa lagi?Hari ini Susiana mengurungnya di dalam kamar sebelum pergi. Sebelum beranjak, ia hendak memastikan Shen tak akan bisa keluar dari sana sebelum semua usai.Sejak acara dimulai mata Sky tak pernah tenang. Ia mencari di setiap sudut tentang keberadaan Shenina. Apa yang mereka perbincangkan terakhir kali dengan mamanya pun ia tak pernah tahu.Sejak hari di mana ia menemukan Shen pingsan pada malam itu, Susiana hanya berusaha menjauhkan tubuhnya, memilih memapah Shen sendiri.
Sebelum Ruby berhasil menyisakan beberapa tarikan nafas, Judy datang dengan wajah berang. Ia sudah menduga ada keributan yang dilatarbelakangi keberadaan Shen. Sementara Ruby memilih mundur, amarahnya ingin meledak sampai ingin membanting sesuatu, namun ia tahan.“Sky!!!” teriak Judy lebih histeris. “Apa yang kalian lakukan di sini?!”“Mama jangan salah paham ...”Plakk!!! Shenina memegangi pipinya yang panas terkena tamparan Judy. Rasanya menjalar sampai ke ulu hati saking pedihnya.“Lihat bajumu!” Judy mendekat menarik kerah kemeja Shen. “Kau menggoda Sky dengan tubuhmu yang kotor itu?”“Mama!” Sky menepis tangan mamanya itu dengan kasar. “Jangan pernah berkata seperti itu kepada Shen!” Shenina memegangi pipinya yang panas terkena tamparan Judy. Rasanya menjalar sampe ke ulu hati saking pedihnya.“Lihat bajumu!” Judy mendekat menarik kerah kemeja Shen. “Kau menggoda Sky dengan tubuhmu yang kotor itu?”“Mama!” Sky menepis tangan mamanya itu dengan kasar. “Ja