Share

Bab 6

Author: empat2887
last update Last Updated: 2023-06-03 14:15:38

Mas Hamdan sudah bener-bener membenci istrinya, sampai-sampai ia tidak membantu istrinya tersebut. Bagitu terserah saja, Mas Hamdan mau membantu Susi ataupun tidak. Karena yang terpenting bagiku, Susi harus tetap mempertanggung jawabkan perbuatannya.

"Sekarang aku minta, supaya kamu segera membawa anakku berobat. Sebab aku tidak mau, jika anakku sampai terjadi apa-apa dikemudian hari." Aku meminta, supaya Susi segera membawa anakku berobat.

"Iya, Mira, tunggu aku akan mencari uangnya dulu!" Susi berkata sambil berdiri dan hendak pergi.

"Ok, aku tunggu seperempat jam, jika sampai seperempat jam kamu belum datang juga. Aku akan laporkan semua ini ke pihak yang berwajib," ancamku.

Aku sengaja mengancamnya, supaya dia mempunyai efek jera. Karena semua perbuatan akan ada konsekuensinya.

"Iya, Mira, tapi aku minta waktu setengah jam ya! Karena mencari uangnya pun tidak gampang," pinta Susi.

"Bukannya kamu itu orang kaya ya, Sus? Kok harus mencari uangnya dulu," tanyaku meledek.

"Yang Kaya itu suamiku, aku mana punya uang, kalau dia tidak mau membantuku." Susi menjawab dengan nada suara lesu.

Mungkin juga ia merasa menyesal dengan semua ini.

"Karena aku masih mau berbaik hati padamu, aku beri kamu waktu setengah jam. Tapi jika sampai waktu yang telah ditentukan kamu tidak datang, maka kamu bersiap-siaplah karena polisi akan mencarimu." Aku mengingatkannya lagi, supaya ia tidak ingkar janji.

"Iya, Mira," sahutnya sambil berlalu pergi dari rumahku.

Susi pergi tanpa mengucapkan pamit atau salam kepada kami sang pemilik rumah, serta orang yang ada di sini termasuk suaminya sendiri. Setelah Susi tidak ada, aku pun masuk ke kamarku untuk bersiap-siap barangkali nanti Susi datang. Sedangkan Mas Hamdan sedang berbincang dengan Bapak.

Setengah jam kemudian, Susi pun menepati janjinya. Setelah itu kami pun pergi menuju rumah sakit, dengan menggunakan mobil bak Mas Hamdan. Rumah sakit yang kami tuju berada di kecamatan, jarak dari rumah orang tuaku sekitar satu jam perjalanan, dengan menggunakan kendaraan.

Sesampainya di rumah sakit, Azka pun diperiksa oleh dokter. Bahkan kepala Azka pun di scan, sebab takut terjadi sesuatu di kepalanya. Tetapi alhamdulillah semuanya baik-baik saja, hanya luka sobek yang ada di keningnya saja.

*****

"Mira, kamu kok tega sekali sih kepada temanmu!" ujar Mbak Nina, saat aku membeli kopi untuk Bapak.

"Apa maksud kamu, Mbak?" tanyaku.

"Itu kemarin, kamu tega sekali kepada Susi. Kamu menyuruh Susi untuk berhutang, padahal itu buat pengobatan anakmu." Mbak Nina menerangkan maksud dari ucapannya tersebut.

Ternyata Mbak Nina berkata seperti itu, dikarenakan masalah aku meminta pertanggung jawaban dari Susi kemarin. Entah apa yang dibicarakan Susi diluaran sana, sehingga Mbak Nina pun berkata seperti itu.

"Mbak, memangnya Susi kemarin bilang apa sama kamu? Kok sepertinya Mbak menyalahkan aku sih?" tanyaku heran.

"Susi bilang kalau kamu meminta dia, supaya membawa anak kamu ke rumah sakit. Padahal kejadian kemarin semuanya itu bukanlah kesalah Susi, tetapi salah anak kamu sendiri yang terpeleset hingga Kapentok ujung lantai. Jadi kenapa mesti meminta Susi yang bertanggung jawab, seharusnya kamu dong sebagai Ibunya? Atau kamu memang sengaja melakukan semua itu demi uang? Malu aku mempunyai sepupu seperti kamu, makanya aku malas jika harus menganggap kamu sebagai keluargaku." Mbak Nina menjawab panjang lebar, ia juga menceritakan apa yang ia dengar dari Susi tersebut.

Rupanya Susi beralibi, kalau Azka celaka itu bukan karena kesalahannya, yang mendorong anakku tersebut sampai terjatuh. Tetapi ia menuding, kalau kecelakan tersebut karena anakku terpeleset. Hingga Mbak Nina menganggap aku ingin memanfaatkan uang Susi.

Ternyata pintar sekali Susi berdalih, hingga mengambing hitamkan orang lain. Aku juga heran kepada orang-orang, yang memiliki sifat seperti Mbak Nina. Mereka gampang sekali terhasut, oleh omongan orang yang tidak bertanggung jawab seperti Susi itu.

"Maaf, Mbak, kalau Mbak tidak melihat sendiri kejadiannya. Mending Mbak jangan langsung percaya seratus persen sama omongan orang itu. Mbak harus mencari tahu dulu, dari sumber terpercaya yang lain, biar nggak salah paham, yang nantinya bisa menimbulkan huru-hara." Aku meminta Mbak Nina, supaya ia jangan langsung percaya begitu saja dengan omongan orang lain.

"Kamu jangan malah menutupi semua kesalahan kamu, Mira. Kalau memang kamu salah, ya kamu harus mengaku salah, jangan maunya benar terus." Mbak Nina malah menyalahkanku, ia tidak mau mempercayai ucapan yang aku ucapkan.

"Ya sudah terserah Mbak saja, yang penting aku sudah memberitahu Mbak," kataku mengakhiri perdebatan.

Aku tidak mau berdebat terlalu panjang dengan Mbak Nina, makanya lebih baik aku yang mengakhirinya. Karena berurusan dengan Mbak Nina, sama dengan berurusan dengan anak kecil, yang susah diberi masukan.

"Mbak, kopi serenteng berapa harganya?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Lima belas ribu," sahutnya.

Aku pun memberikan uang satu lembar nominal lima puluh ribu rupiah kepada Mbak Nina. Kemusian ia pun menerimanya, tetapi Mbak Nina malah bertanya yang bukan-bukan, tentang uang yang aku berikan tersebut.

"Mira, uang ini bukan hasil dari menipu orang 'kan?" tanyanya, dengan nada mengejek.

"Mbak, kok ngomongnya begitu sih? Ini uang hasil kerja keras aku sama suamiku ya, bukan uang hasil menipu. Lagian juga mana pernah, aku menipu orang untuk mendapatkan uang?" Aku menyahut, serta aku bertanya balik kepada Kakak sepupuku tersebut.

"Ya barang kali saja kamu sedang kepepet keuangan, lalu kamu menuduh orang melukai anakmu, setelah itu kamu meminta uang darinya." Mbak Nina berkata dengan mulut yang begitu lemes, ia juga bahkan menuduhku yang bukan-bukan.

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 55

    "Alhamdulillah, Bu. Aku tidak pernah memberikan foto apapun, walaupun ia pernah memintanya. Beruntung Allah masih melindungiku," sahut Bi Minah."Alhamdulillah kalau begitu," ucapku.Aku terus memberikan arahan kepada Bi Minah, supaya tidak terulang lagi. Aku memberitahu bagaimana trik penipu tersebut, serta memberi sedikit ilmu, bagaimana caranya melihat itu akun asli ataupun bukan. Bi Minah sampai manggut-manggut, saat mendengarkan celotehanku."Bu, jadi Ibu mau ngerjain orang ini?" tanya Bi Minah."Insya Allah Bi, nanti bersama Mas Arsya," sahutku."Iya, Bu, bikin dia kapok ya, Bu," ujar Bi Minah.Ia memintaku, supaya membuat kapok si penipu. Mungkin karena Bi Minah merasa kesal dan juga sakit hati, telah ditipu oleh pria yang dikiranya akan menjadi teman hidupnya tersebut."Iya, Bi, doain supaya berhasil ya, Bi. Nanti kalau berhasil kan lumayan, uang Bibi bisa kembali. Daripada uangnya dipakai buat makan si penipu, mending diberikan kepada orang tua dan adik-adik Bibi," ungkapku.

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 54

    "Mas, kamu setuju nggak kalau aku mau ngerjain penipu itu?" tanyaku meminta izin pada Mas Arsya, sambil berharap agar Mas Arsya mengizinkan aksiku."Maksud kamu, kamu mau ngerjain penipu yang menipu Bi Minah, Dek?" Mas Arsya bertanya balik kepadaku, menanyakan maksudku tersebut."Iya, Mas, kamu setuju nggak? Pokoknya harus sampai uang Bi Minah bisa kembali.Soalnya aku gemes banget, saat mendengar cerita Bi Minah tadi. Aku juga sering sekali melihat, kalau di facebook banyak sekali korban penipuan seperti Bi Minah. Makanya aku berinisiatif untuk mengerjai orang tersebut. Kira-kita kamu mau izinin aku nggak, Mas?" Aku bertanya lagi, sembari menegaskan apa yang menjadi rencanaku. Aku ingin segera tau, Mas Arsya mau mengizinkan aku atau tidak tentang apa yang akan dilakukan oleh aku nanti. Karena prinsipku, aku tidak akan mengerjakan sesuatu apapun tanpa seizin suamiku. Apalagi ini masalah yang bersangkutan dengan uang dan juga laki-laki."Kira-kira kalau kamu mengerjai mereka, kamu ak

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 53

    "Aku baru ngebangunin Bi Minah, Mas. Dia kesiangan, gara-gara main handphone," jawabku."Lho kok bisa, Bi Minah kesiangan karena main handphone?" Mas Arsya bertanya lagi kepadaku, tentang alasan Bi Minah kesiangan.Aku pun menjelaskan kepadanya, kenapa Bi Minah sampai kesiangan. Setelah itu Mas Arsya baru faham, setelah aku menjelaskannya."Bilangin sama Bi Minah, hati-hati berkenalan di media sosial. Karena tidak semua yang memakai media sosial itu profil asli," saran Mas Arsya."Iya, Mas, nanti aku bilangin," sahutkuSetelah itu kami pun makan bersama, selesai makan mereka bersiap untuk berangkat. Kedua anakku pun berangkat diantar Ayahnya, sebab Mas Arsya berangkat pagi. Biar nanti aku tinggal menjemput saja.Selesai mengantar anak serta suamiku, aku kembali masuk ke dalam. Aku langsung ke dapur untuk menyampaikan saran dari suamiku. Sampai ke dapur, aku melihat Bi Minah sedang mencuci bekas makan dan masak tadi. Kemudian aku menghampirinya dan bertanya sedikit, tentang perkenalan

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 52

    "Lupa apa lagi, Dek?" tanya Mas Arsya."Tunggu sebentar, aku akan segera kembali," kataku lagi, sambil membuka pintu mobil.Setelah itu aku pun segera turun dan kembali ke tempat Mbak Nina berada."Mira, kok kamu balik lagi?" tanya Mbak Nina."Iya, Mbak, aku ada yang kelupaan," sahutku.Aku pun segera membuka tas salempang dan merogohnya, kemudian aku segera memberikan dua amplop, yang telah aku siapkan tersebut untuk Uak dan juga Kakak sepupuku. "Ini Uak, Mbak, lumayan untuk tambah-tambah beli temen nasi. Maaf tadi lupa, saking senangnya melihat Mbak Nina sudah ada perubahan," ungkapku, sambil memberikan amplop ke tangan masing-masing."Ya ampun, Mira, aku kira kamu kembali karena ada apa? Ternyata kamu mau berbagi rezeki terhadap kami. Terima kasih ya, Mira, semoga keluargamu ditambahkan lagi rezekinya yang lebih berlimpah lagi." Mbak Nina mendoakanku."Sama-sama, Mbak. Semoga kita semua digampangkan dalam perihal mencari tezeki," sahutku lagi.Setelah itu aku kembali berpamitan ke

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 51

    "Mi-Mira, kamu datang menemuiku? Pasti kamu datang karena mau menertawakan aku ya, sebab sekarang hidup aku sudah hancur begini." Mbak Nina menudingku, kalau aku datang karena mau meledaknya, tetapi ia tetap tidak mau menoleh ke arahku."Mbak, kok kamu ngomongnya seperti itu sih? Aku sama sekali nggak punya pikiran seperti itu, Mbak. Justru aku merasa prihatin melihat dan mendengar Mbak seperti ini," kataku lagi.Setelah mendengar perkataanku barusan, Mbak Nina langsung menoleh kearahku. Kemudian ia menghambur kepelukanku sambil menangis. Aku pun membalas pelukannya, sambil mengusap rambutnya yang berantakan."Mira, maafin aku ya. Mungkin semua ini terjadi karena dulu aku selalu menyakitimu. Ini mungkin karma buatku, Mira. Maafkan aku," ucapnya sambil tersedu."Iya, Mbak, aku sudah memaafkan semuanya kok. Mbak jangan selalu menyalahkan diri sendiri, Mbak juga jangan menyiksa diri sendiri seperti ini. Mbak harus bangkit, tunjukkan sama mantan suami Mbak, kalau Mbak itu wanita yang kuat

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 50

    "Ya ampun, kamu lupa padaku, Mira? Padahal dulu kita sebangku lho, waktu kita sekolah menengah dan berada di kelas lima belas." Ia menerangkan, kalau kami pernah sebangku di kelas lima belas.Calon pengantinnya Mas Hamdan memberitahuku, kalau ternyata dia adalah teman sebangku aku sewaktu di kelas lima belas. Apa benar dia ini Lia, kok wajahnya beda banget ya? Apa karena dia memakai make up, sehingga aku tidak dapat mengenalinya? Tapi kalau bukan Lia, lalu siapa lagi? Karena waktu itu aku hanya sebangku dengan dia."Apa benar kamu itu Lia?" tanyaku."Iya, Mira aku ini Lia. Apa kamu tidak lagi mengenaliku?" tanya wanita itu yang ternyata adalah Lia. "Bukan begitu, Lia. Kamu sekarang beda banget tau, makanya aku tidak mengenali kamu. Maaf ya, bukan maksud aku sombong atau bagaimana? Cuma kamu sekarang perfect banget tau," kataku.Aku langsung memeluknya, saat aku tahu kalau itu adakah Lia. Ternyata Lia tidak melupakan aku, atau mungkin juga wajahku yang tidak banyak perubahan. Tetapi L

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status