Share

Menerima Paket

Author: Yani Artan
last update Last Updated: 2022-08-10 15:08:40

"Iya saya sendiri. Maaf saya gak merasa memesan makanan. Mungkin Bapak salah orang atau salah alamat." jawabku.

Mbak Indah yang ada di sampingku tampak berpikir."Iya, Pak. Coba dilihat lagi alamatnya."

Pak Kurir menunjukkan alamat yang dia maksud padaku dan Mbak Indah, memang benar itu alamat rumahku namanya juga sama dengan namaku jadi tak mungkin sebuah kebetulan. Apa mungkin suamiku yang memesan makanan itu untukku. Apa dia menyesal dengan kejadian tadi pagi sehingga dia berinisiatif memberikan aku sesuatu.

"Ini udah dibayar, Mbak. Gak apa-apa ambil aja. Mungkin ada seseorang yang sengaja mengirimkan makanan ini untuk Mbak," ucap Kurir itu.

"Iya, Pak. Saya terima paketnya ya. Barangkali memang suami saya yang sudah memesannya, terima kasih," jawabku sambil tersenyum.

Mbak Indah tersenyum menggodaku."Ternyata Bagas bisa romantis juga ya, Kinan. Mungkin dia mengirimkan makanan itu sebagai ucapan permintaan maafnya padamu."

Aku merasa senang karena setidaknya Mas Bagas mengakui kesalahannya. Dia bahkan melakukan sesuatu yang tak pernah kupikirkan sebelumnya. Dia bisa bersikap romantis setelah sekian lama dingin padaku.

Kubuka paket itu dan isinya ada dua dus yang gambar luarnya sama. Kotak yang satu berisi martabak manis dan yang satunya lagi martabak telur. Dua-duanya makanan kesukaanku dan Caca.

"Wah enak banget ini, Kinan. Merknya juga H*land pasti enak." ucap Mbak Indah dengan mata berbinar.

"Bentar ya, Mbak. Aku ambilin piring. Nanti Mbak makan di rumah sama Nada," sahutku.

"Apa nanti Bagas gak bakalan nanyain? Gak usah deh nanti dia marah tau kamu berbagi makanan sama aku." jawab Mbak Indah.

"Gak apa-apa, Mbak. Banyak ini gak bakalan habis aku makan sama Caca," jawabku seraya memindahkan beberapa kue itu ke piring.

Kuserahkan piring itu ke Mbak Indah. Dia menerimanya dengan senang hati lalu pamit kembali ke rumahnya karena Nada mencarinya.

Saat asyik menyuapi Caca martabak manis, ponselku berdering. Kulihat nama di layar dan ternyata Mas Rangga yang menghubungiku lagi. Kenapa lagi dia, batinku.

*******

Ponselku terus berdering. Kuhentikan sejenak menyuapi Caca. Kuangkat telepon dari Mas Rangga.

"Halo, ada apa lagi, Mas?" tanyaku pada Mas Rangga di seberang sana.

"Kinan, paket makanannya udah kamu terima? Gimana enak, 'kan?" ucap Mas Rangga di seberang sana.

Aku terhenyak, ternyata yang mengirim makanan itu adalah Mas Rangga bukan suamiku. Kenapa aku bisa berpikir bahwa Mas Bagaslah pengirimnya. Tak mungkin dia akan secepat itu berubah. Bodohnya aku ....

"Halo Kinan? Kamu masih disitu, 'kan?" tanya Mas Rangga lagi.

"I-iya, Mas. Aku masih di sini. Jadi kamu yang mengirim makanan itu buatku? Tapi untuk apa, Mas?" tanyaku polos dan terbata.

"Iya aku sengaja mengirimnya buat kamu. Maaf jika tak mengabarimu dulu dan membuat bingung. Aku cuma ingin berbagi hal kecil denganmu," jawabnya.

"Terima kasih, Mas. Sebenarnya kamu gak perlu repot-repot karena aku merasa gak enak sendiri," ucapku.

"Gak apa-apa, Kinan. Kamu harus terbiasa menerima sesuatu dariku. Yaudah, selamat menikmati, semoga kamu suka ya," sahutnya lagi lalu menutup teleponnya.

Dan tadi dia bilang aku harus terbiasa menerima sesuatu darinya. Apa maksud dari pria itu sebenarnya?

Aku merasa malu menerima pemberiannya begitu saja. Takut jika Mas Rangga punya maksud buruk terhadapku. Tapi setelah aku pikir, mana mungkin dia mempunyai maksud buruk sedangkan aku tidak pernah menyakitinya.

Aku memilih tak banyak berpikir lagi dan memakan makanan pemberian Mas Rangga. Menurutku tak baik jika menolak rejeki apalagi aku memang sudah sangat jarang membeli jajanan karena uang belanja yang memang sangat terbatas. Jangankan untuk jajan, bisa untuk makan sebulan saja sudah bersyukur.

****

Sore hari seperti biasa, aku mengajak Caca bermain di depan rumah dengan Ibu-Ibu lain yang juga memiliki balita.

Suasana sore di kampung ini memang ramai. Banyak anak kecil bermain atau sekedar jajan di luar. Beberapa Ibu-Ibu juga kulihat bergerombol membahas apa saja yang menurut mereka menarik.

Caca sudah mulai belajar berjalan, jadi aku harus mengikutinya takut jika dia terjatuh. Bocah itu memang sedang aktif-aktifnya.

Dari jauh kulihat Mas Rangga baru pulang dari kerja, dia masih memakai sepatu dan tas yang terselempang di bahunya.

Aku dengar sekarang dia sudah membuka usaha interior sendiri meskipun masih baru. Sebelumnya, dia masih kerja ikut dengan orang lain. Pantas saja Mbak Risa sekarang semakin sombong.

Sudah jadi pembicaraan orang-orang di kampung bagaimana sikap Mbak Risa dan keluarganya yang selalu tinggi hati. Di sini memang Mas Rangga masih tinggal bersama dengan Mertuanya.

Motor Mas Rangga semakin mendekat, saat melewatiku dia tersenyum manis sekali namun tak berani menyapa karena ada banyak Ibu-Ibu di sini.

Refleks aku membalas senyuman manis pria itu. Saat aku amati, Mas Rangga terlihat benar-benar tampan. Itulah kenapa istrinya selalu cemburu buta kepadanya.

Entah kenapa hatiku merasa lebih baik setelah melihat senyuman Mas Rangga. Apakah aku mulai menyukainya, entahlah ....

Setiap Mas Rangga berbicara dengan perempuan lain yang masih tetangga bisa dipastikan Mbak Risa akan terus mengawasi, tidak melepaskan pandangannya walau sekejap saja.

Jika Mas Rangga keluar dan lama kembali, maka perempuan itu akan bingung mencarinya ke sana ke sini. Kadang dia sibuk menelpon suaminya itu agar segera kembali ke rumah.

Tak lama terdengar suara motor Mas Bagas. Caca melihat ke arah Ayahnya itu. Ia tersenyum bahagia dan berlari kecil ke Mas Bagas. Meskipun kerap kali dibentak dan dimarahi, tak membuat bocah kecil itu kapok mendekati Ayahnya.

Caca mengarahkan tangannya ke Mas Bagas, putriku ingin digendong oleh Ayahnya. Tangan Mas Bagas menepis tangan kecil itu dan dia berlalu masuk ke dalam.

Caca menangis menjerit memanggil Ayahnya, tubuhnya berontak saat aku mencoba mengangkatnya. Aku tak ingin dia mendapat bentakan lagi dari Mas Bagas.

Kubawa bocah itu ke kamar dan kuberikan mainan. Setelah beberapa saat aku bujuk, akhirnya dia bisa tenang kembali dan bermain dengan mainan yang tadi kuberi.

Sakit hatiku melihat perlakuan Mas Bagas ke putrinya sendiri. Lelaki itu selalu memasang wajah muramnya di depan kami. Tak pernah dia memberikan senyum tulusnya untuk anak istrinya.

Saat aku memgambil air wudhu karena terdengar adzan maghrib berkumandang, kulihat suamiku itu makan sesuatu yang dibawanya saat pulang kerja. Jangankan menawariku, menoleh pun tidak. Seakan-akan aku ini tidak ada di hadapannya.

Aku tersenyum miris. Bagaimana mungkin lelaki seperti dia mempunyai pikiran mengirimi istrinya paket makanan.

"Tega sekali kamu, Mas," batinku.

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Ending

    "Yaelah ... kayak cewek aja sih pake curhat-curhatan segala!" cibir Rangga."Emang cewe doang yang butuh didengar, aku juga dong," sahut Dewa.Lia datang membawa teh hangat dan cemilan untuk Lala dan Dewa. Gadis itu lalu mempersilakan tamunya untuk mencicipinya."Silakan, seadanya saja ...."ucap Lia.Dewa memperhatikan adik Rangga itu, matanya tak berkedip melihat Lia yang polos namun tetep terlihat kecantikannya."Rangga, itu adik kamu bukan?" tanya Dewa berbisik."Iya, kenapa emang?" tanya Rangga balik."Kayaknya aku bakalan sering main ke rumah ibumu nanti deh, Ga." celetuk Dewa."Eh, gak ada ya, jangan coba-coba deketin adikku atau kamu akan berurusan sama kakaknya," balas Rangga seraya menunjuk dirinya."Yeay ... emang kamu gak mau punya ipar ganteng dan mapan kayak aku, Ga?" komentar Dewa."Udah deh, jangan becanda," jawab Rangga.Lia lalu pamit ke depan menemani Andika yang sedang bermain di luar, Dewa minta ijin Rangga untuk sekedar mengobrol bersama Lia di depan.Tinggal Lala

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Hadiah Istimewa

    Kinan membuka map itu dan melihat apa isi di dalamnya. Ternyata di dalam map itu ada sertifikat rumah atas nama Kinan. Diam-diam Bu Niken dan suaminya telah membeli rumah Bu Nilam dan mengalihkan namanya atas nama Kinan.Kinan menyeka sudut matanya yang basah, rasa haru menyeruak di dada."Bu, Pak ... saya gak tahu harus bagaimana lagi untuk mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada kalian. Begitu banyak yang sudah kalian berikan untukku," ucap Kinan dengan mata berkaca-kaca."Tak perlu begitu, Kinan. Kami juga orangtuamu jadi wajar kan kalau kami ingin memberikan sesuatu kepada putri kami," ucap Bu Niken dengan senyum lembutnya.Kinan lantas memeluk wanita yang telah melahirkan suaminya itu dengan perasaan bahagia. Bu Niken membalas pelukan menantunya dengan erat.Kinan lantas memeluk wanita yang telah melahirkan suaminya itu dengan perasaan bahagia. Bu Niken membalas pelukan menantunya dengan erat."Cukup dampingi Radit dan jadikan dia raja di hatimu, maka dia akan memperlakukan

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Hadiah dari Mertua

    "Bagaimana mungkin, Mas? Andika belum punya kekuatan hukum karena dia anak di bawah umur. Lalu bagaimana kalau aku menikah dengan Dion nanti, sementara dia tak ingin tinggal bareng ibuku?" tanya Risa tak terima.Bu Lina dan Lia menggelengkan kepala tak percaya dengan penuturan Risa. Sementara Bu Yuni menatap tajam putrinya."Apa kamu bilang? Dan kamu lebih memilih Dion daripada Ibumu sendiri, hah?!" tanya Bu Yuni dengan mendelikkan matanya."Sudahlah, Bu. Aku tak mau nantinya Dion seperti Mas Rangga, pergi meninggalkanku karena sikap Ibu," jawab Risa datar."Hei, ibu bahkan belum tahu bagaimana dan siapa Dion, apa pekerjaannya, sudah mapankah dia hingga berani menikahi putriku?" seru Bu Yuni."Tak penting, Bu. Yang penting anak dalam kandunganku memiliki seorang ayah," jawab Risa kekeh.Bu Lina dan Lia merasa heran dengan perdebatan anak dan ibu itu. Sebegitu tak berharganya kah seorang Rangga di mata mereka hingga di depannya mereka berdebat tentang seorang laki-laki lain tanpa ada r

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Kedatangan Bu Yuni

    "Loh, sayang banget, Mbak. Apa karena sedang hamil ya jadi gitu? Tapi beneran loh, Mbak ... mumpung ada gratisan, uenak pula," Bu Abdul kembali menawari Risa."Saya kan udah bilang gak berselera, Bu!" ucap Risa dengan wajah ditekuk.Karena merasa tak tahan saat melihat semua orang mengucapkan selamat kepada Kinan dan Radit, apalagi melihat Kinan yang selalu tersenyum bahagia membuat Risa pergi dari tempat itu dengan rasa dongkol.Ini merupakan kejutan buat Risa. Di saat dia mengira Kinan akan menderita karena gagal menikah, justru Kinan kini bahahia dengan sebuah kejutan istimewa.****Risa pulang ke rumah dengan rasa panas di hati. Ketika sampai, dia melihat ibunya-Bu Yuni- sudah duduk di ruang tamu bersama Bu Lina dan Lia "Oh, sudah sampai, Bu. Kirain besok mau ke sininya," ucap Risa kepada ibunya."Iyalah, setelah mendengar ceritamu waktu kamu telepon kemarin hati Ibu langsung panas aja," jawab Bu Yuni.Setelah itu dia beralih menatap Bu Lina dan bertanya kepadanya."Jadi selama i

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Akhirnya Sah

    Radit duduk di samping Ayahnya. Pak Penghulu mengambil tempat di depan Radit bersama wakilnya.Paklik dari Radit kemudian memberi sambutan untuk tamu yang sudah hadir. Setelah mengucapkan salam dan basa-basi kecil, dia mengungkapkan tujuannya datang ke rumah Kinan bersama keluarga."Saya rasa Bapak/Ibu sekalian tahu apa maksud kami datang ke sini ya ... karena ada Pak Penghulu bersama kami. Benar kami ingin menikahkan putra kami Radit Mahesa bersama Kinan Wulandari yang tempo hari sempat tertunda karena suatu hal." tutur Paklik Radit.Suasana kembali riuh saat Paklik dari Radit memperjelas maksud dan tujuannya."Dan untuk mempersingkat waktu, kami ingin segera memulai acara akadnya, silakan, Pak bisa dimulai ...." Paklil Radit mempersilakan.Kinan yang ada di dalam akhirnya disuruh keluar oleh adiknya, Dinda."Mbak, udah ditungguin, cepetan keluar," ucap Dinda."Eh, bentar Mbak. Ganti baju, gih. Ini ada kebaya cantik dan kerudungnya," ucap MuA itu bergegas."Bu Niken dan keluarganya

  • Dihina Suami Setelah Aku Melahirkan   Acara di Rumah Kinan

    Hari itu Bu Rina meminta bantuan Ranti dan Dinda serta beberapa tetangga lainnya. Pak Abdul dan istrinya juga secara khusus diminta bantuannya.Sementara ada orang suruhan Bu Niken yang membantu Kinan agar tampak lebih cantik."Kenapa aku mesti dirias seperti ini, Mbak?" tanya Kinan heran."Ini atas perintah Bu Niken. Dia ingin mengunjungimu dan dia tak ingin melihatmu pucat seperti ini." ucap perempuan itu.Kinan pun akhirnya menurut dan membiarkan dirinya dirias oleh orang suruhan Bu Niken."Aku juga bawain baju yang cantik buat Mbak Kinan. Setelah ini Mbak ganti baju juga ya," ucap perempuan itu.Kinan mengangguk kecil, sebenarnya dia ingin menolak untuk berhias apalagi jika dia mengingat Radit masih terbaring lemah. Tapi karena semua atas permintaan Bu Niken, maka Kinan tak dapat menolaknya.Sementara Bu Rina dengan wajah sumringah, membersihkan rumahnya dengan bantuan Ranti, seolah akan ada acara di rumahnya. Dinda lebih memilih untuk menjaga Caca."Bu, ini bunga pesanan Ibu, say

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status