Share

Part 4

Hari ini tak seperti biasanya, dihitungan ketiga Dito tak menunggu Rose didepan pintu kelas Rose. Ada apa gerangan pun Rose tidak mengetahuinya. Raut wajah yang tadinya tersenyum ibarat musim semi di Korea berubah menjadi musim gugur paling gugur setelah matanya melihat ke arah pintu kelas yang ia harapakan seseorang dengan tersenyum menunggunya tak ada kali ini.

“kenapa hari ini Dito ga menungguku di depan kelas?, apakah dia sedang marah?” 

“ya sudahlah mungkin ada sesuatu yang sangat penting”

Dan ternyata lagi-lagi aku salah berspekulasi terhadapnya. Masih ada yang lebih penting, dan seharusya aku tak perlu seegois ini. Aku harus bisa lebih pengertian terhadapnya bahkan jika bisa aku harus sering membuatnya tersenyum dibandingkan dia yang membuatku tersenyum. Di mulai dari dia lah aku harus belajar membalas budi yang paling baik diantara balas budi yang baik yang pernah aku lakukan. 

“eh!” seru Felly menjegat Rose.

“iya kak?” sahut Rose

Felly mendecih “sebenarnya aku muak lihat wajahmu yang seolah-olah tersenyum seperti taman bunga”

“tapi aku terpaksa, demi membahas hal bodoh untuk orang bodoh seperti dirimu, apapun itu sebelum aku bertindak lebih jauh dari pada kemarin, lebih baik mundur secara perlahan, eits engga dong akan semakin baik lagi jika mundurnya cepat.” Seru Felly dan langsung pergi meninggalkan Rose. Namun tak sampai melangkah Rose menyengir seolah menantang Felly.

“hahaha” ketawa tipis Rose

“bagaimana bisa semua dilakukan dengan cepat, sedangkan kami membangun hubungan dengan proses yang amat panjang?”

“sepertinya kakak tak terlalu pintar memahami, akan ku perjelas lebih baik mencari yang benar-benar dari hati dari pada adanya keterpaksaan!, ga nyamanloh”

“lebih tepatnya segimana pun kakak berusaha aku yakin yang namanya mencuri akan tetap salah. Iya nikmat hasilnya tapi hanya sementara, dalam menikmatinya pun tidak nyaman karena adanya unsur kejahatan.” Tegas Rose dan melanjutkan langkahnya. Semenjak saat itu kini menurutnya sudah tak bisa lagi ia membiarkan wanita-wanita seperti Felly mendekati Dito, walaupun benar Dito cinta mati tapi ada kalanya semua bisa berubah secara tiba-tiba. Jadi Rose memutuskan untuk berhati-hati sama wanita seperti Felly.

Setiba Rose di depan gerbang sekolah dan berpapasan dengan Dito yang sedang memegang buku Ekonomi. Rose langsung memasang senyum indahnya dengan Dito.

“cha-...” 

“kak Dito!!!” seru wanita yang berlari mendekati Dito dan langsung memeluknya erat yang mengalihkan pandangan Dito dan Rose. Dito sendiri juga terkejut dengan tiba-tiba dari kejauhan wanita meneriaki namanya lalu memeluknya seperti lama tak berjumpa. Melihat adegan itu melunturkan senyum Rose dan menjadikan wajahnya datar tak berekspresi. Namun yang lebih mengejutkan adalah suara ledekan Felly dari samping Rose.

“wah ternyata pacar kamu sangat populer juga Rose, semoga dia ga mencurinya dari mu!” seru Felly berkata sambil tersenyum lalu pergi. 

“wah... lebih kaget lagi dia yang berbicara bukan makhluk halus!” sahut Rose dengan nada kesal. Kemudian Rose mendekati Dito yang sedang berbincang dengan wanita asing itu.

“Rose!” seru Dito, seolah ingin menjelaskan apa yang terjadi padanya.

“Dito!” balas Rose dengan senyumnya dan juga tersenyum pada wanita itu. 

“Dito, aku mau ngabari kamu tadi, tapi aku ga lihat kamu di kantin” lanjut Rose dan suatu kebetulan saat itu juga Ayah Rose menjemputnya jadi untuk hari ini Rose tidak pulang bareng Dito.

“Rose-...”

“ah... Dito hari ini aku pulang sama papa, aku duluan yah!” sambung Rose dan memaksakan diri untuk tersenyum.

Kali ini aku tak tahu bagaimana menceritakan tentangmu!, terkejut pasti iya. Tapi aku akan berusaha untuk mendewasakan perasaan yang biasa kau manjakan seperti anak kecil.

Siapa wanita itu?, Ada hubungan apa dia dengan Dito?, Mengapa wanita itu terlihat sangat dekat dengan Dito? Semua pertanyaaan itu menghantui pikiran Rose. Les tambahan yang diikuti Rose hari ini pun kacau. 

    “seharusnya aku ga seegois ini dengan perasaanku, terlebih lagi yang pasti aku bukan satu satunya manusia yang pernah hadir dan membuat kenangan indah bersamanya. Tadipun aku melihat Dito berusaha menjelaskan namun aku terburu dibakar cemburu. Rose jangan seperti itu!, itu akan terus membebani buat kelnjutan hubunganmu dengan Dito!” gunggam Rose dalam hati.

Untuk hari pertama Rose mengikuti kelas bahasa Korea Rose sudah menampilkan kesan buruk bagi teman maupun gurunya. Bagaimna tidak dihari pertama Rose sudah tidak memperhatikan pelajaran dasar. Pikirannya dipenuhi oleh Dito.

“eh anak baru!” seru Eren teman barunya itu.

“woy anak baru!” teriak Eren lagi tapi kali ini di telinga Rose dan tentu saja itu membuat gendang telinganya hampir pecah.

“APA” sontak Rose membalasnya dengan teriakan dan menjadi perhatian satu kelas. Rasa malu pun di terjang Rose si anak baru yang memiliki kesan buruk dihari pertamanya.

***

Terkadang ada saatnya takdir terluang kembali. Bisa saja dengan cara yang berbeda. Namun, kali ini aku harap tak akan ada pengulangan takdir untuk kisah asmaraku. Kembalinya masa laluku tidak menjanjikan kembalinya kisahku.

Dito dengan tingkat emosinya yang paling tinggi ditambah Rose yang pergi dengan mimik wajah yang kecewa berusaha ia tahan. Ternyata wanita yang tiba-tiba memeluknya itu adalah cinta pertamanya Dito namun bertepuk sebelah tangan. 

“eh kak!, cewe cantik tadi siapa? Teman?, sayang sekali hanya sekedar teman!” seru gadis berambut merah itu.

“pacarku!” cetus Dito

“Wow, keren sekali, gimana bisa kakak dapat gadis secantik dia,senyumnya juga indah seperti taman bunga” sahut gadis berambut merah tadi.

“iya indah, sebab itulah aku berusaha tetap menjaga taman bunga yang indah itu” jawab Dito

“tapi, karena kamu!. Dia pasti saat ini salah paham denganku!” lanjut Dito lagi.

“tapi senyumnya tadi tidak terlihat tulus!” sahut Gadis itu lagi.

“shuttt...” Dito menutup mulut gadis berambut merah itu dan mengingatkan gadis berambut merah itu dengan kenangan masa lalunya bersama Dito.

Saat itu Dito yang sedang lari dari kejaran penculik anak ditarik oleh gadis berambut merah itu ke dalam gubuk yang ternyata isinya penuh dengan tikus dan dengan spontan saat itu Dito menutup mulut gadis itu agar tidak teriak. Namun ternyata, gadis itu tak takut sama sekali.

“apaan sih, tahu tidak tangan kakak bau terasi!” keluh gadis itu

Terkadang aku menyadari betapa beruntungnya aku memilikimu, menjadikanmu pilihanku. Dan aku akan berusaha menjaga tamanmu karena tamanmu adalah tamanku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status