Share

Part 4

last update Last Updated: 2025-12-01 16:51:11

Selama beberapa detik Zelena terpejam dan menunggu. Tapi tidak terjadi apa-apa. Dengan takut-takut dibukanya mata.

Jeandra tetap berdiri di hadapannya, masih dengan wajah dan tatapan yang sama dinginnya. Lelaki itu tidak menamparnya seperti yang Zelena pikirkan. Selama tiga tahun menikah, Jeandra memang tidak pernah melakukan kekerasan fisik. Pikirannya tadi hanya bentuk ketakutan Zelena saja.

“Pulang sekarang.” Jeandra mendesis dingin lalu langsung menarik tangan Zelena tanpa memberinya waktu untuk bertanya atau membela diri.

Zelena kewalahan mengikuti langkah Jeandra yang cepat.

Begitu mereka melewati ruang makan, keluarga Jeandra yang tadi sibuk membicarakan Zelena mendadak diam. Mereka memandang dengan tatapan heran serta puas.

Jeandra tidak menoleh. Tidak berpamitan. Ia terus menarik Zelena keluar, membuka pintu rumah itu, dan memasukkannya ke mobil.

Jeandra masuk ke kursi pengemudi dengan wajah datarnya kemudian menyalakan mesin tanpa berkata apa-apa.

Mobil melaju meninggalkan rumah orang tua Jeandra.

Pada awalnya Zelena hanya duduk diam di sebelah Jeandra. Setelah beberapa menit berlalu, dengan suara serak ia akhirnya memberanikan diri untuk bicara.

“Je, acara tadi belum selesai. Kenapa kita pulang? Aku takut semakin dianggap nggak sopan.”

“Aku sudah cukup malu duduk di sana,” ujar Jeandra tanpa memandang. “Aku nggak sanggup melihat tatapan orang-orang yang menganggapku sebagai suami yang nggak bisa mengajari istrinya tata krama.”

“Maaf, Je, aku nggak berniat bikin kamu malu. Tapi tadi aku benar-benar mual dan nggak tahan mau muntah.”

“Berniat atau nggak, hasilnya tetap sama. Kamu muntah di depan semua orang. Di sana ada orang tuaku, tanteku, omku, sepupuku, semua keluarga besar. Aku nggak tahu mau naruh muka di mana.”

“Dari awal aku udah bilang, aku sakit, Je. Aku nggak pura-pura.”

“Semua perempuan pernah sakit, tapi nggak semuanya drama kayak kamu.”

Zelena memilih mengakhiri perdebatan itu. Tidak ada gunanya berbicara lagi. Setiap kata yang keluar hanya akan membuat Jeandra semakin marah.

Mobil yang dikendarai Jeandra melaju membelah jalan raya. Dan kepala Zelena semakin berdenyut.

Tiba-tiba ponsel Jeandra berbunyi. Nada deringnya memecah keheningan.

Jeandra bergerak cepat mengangkat panggilan itu. Ia berbicara dengan seseorang di seberang telepon. Sedangkan Zelena yang tidak ingin menguping memalingkan wajah ke arah jendela, memandangi lampu-lampu kota di luar sana.

Setelah selesai menerima telepon, Jeandra menepikan mobil dan berhenti di jalan yang sunyi.

“Kamu turun di sini,” suruhnya tiba-tiba, membuat Zelena terperanjat.

“A-apa?”

“Turun.” Diucapkan dengan datar tapi ada perintah tidak terbantah di dalamnya.

“Aku nggak mungkin turun di sini. Aku lagi sakit dan tempat ini jauh dari rumah,” balas Zelena tidak mau.

“Zelena, aku bilang turun.”

Melihat tidak ada tanda-tanda Zelena akan bergerak, Jeandra membuka sabuk pengaman lalu keluar dari mobil, berjalan mengitarinya, dan membuka pintu sisi penumpang.

Dengan cepat Jeandra melepaskan sabuk pengaman dari tubuh Zelena sebagai isyarat agar keluar dari mobilnya.

Zelena terpaksa meninggalkan tempat duduknya. “Kamu mau ke mana?” tanyanya.

Zelena yakin Jeandra mendengar tapi tidak menggubris.

Jeandra masuk ke mobil kemudian melaju kencang meninggalkan Zelena di pinggir jalan yang sepi.

Zelena termangu berdetik-detik lamanya dengan satu pikiran di kepala. Telepon tadi adalah dari Valerie yang meminta Jeandra untuk datang.

Tanpa direncana air matanya jatuh menuruni kedua sisi pipinya. Sikap Jeandra malam ini kian menegaskan pada Zelena bahwa dirinya bukan siapa-siapa.

Yang dicintai Jeandra hanya Valerie, bukan Zelena.

Angin malam yang dingin menerpa kulit Zelena. Perempuan itu memeluk dirinya sendiri. Ia membawa tubuh lemahnya menyusuri trotoar. Lampu-lampu kota memantul di genangan air hujan sore tadi, membuat jalan tampak licin dan basah. Mobil Jeandra sudah lama menghilang, menyisakan rasa perih yang semakin tebal di dada.

Ia masih tidak percaya suaminya sendiri tega menurunkan dirinya yang sedang sakit di pinggir jalan seperti ini.

“Aku juga butuh kamu, Je. Bukan hanya dia.” Zelena menggumam sembari menghapus air mata yang terus berjatuhan dengan punggung tangannya.

Zelena bahkan sangat yakin cintanya pada Jeandra jauh lebih besar dari cinta yang diberikan Valerie. Tapi entah mengapa Jeandra tidak pernah mau melihatnya.

Ia mengelus perutnya yang kini terasa menusuk. “Aduh,” rintihnya.

Pandangannya sedikit berkunang. Kepalanya semakin berat dan tubuhnya dingin. Ia berada di situ hampir lima belas menit, tapi tidak ada satu pun taksi yang berhenti.

Dan ojek online? Tidak ada yang menerima order.

“Tolong aku,” bisiknya pada diri sendiri. Tapi ia tahu, tidak ada yang mendengarnya.

Ia mencoba melangkah, tapi pandangannya malah memburam. Jalan yang awalnya terlihat lurus kini berputar, memanjang, lalu meredup. Ia sempat meraih tiang lampu, namun tangannya terpeleset.

Tubuhnya jatuh.

Seluruhnya gelap.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   Part 6

    Zelena tidak tahu berapa lama dirinya tidak sadar. Yang ia tahu, saat membuka mata ia sudah berada di rumah sakit. Lagi.Sekujur tubuhnya terasa remuk. Kepalanya begitu berat. Lalu perutnya melilit dan menusuk-nusuk.Ia lantas teringat kondisinya yang sedang berbadan dua. Dengan refleks tangannya turun menyentuh perut. "Anakku gimana?" tanyanya panik.Tidak ada apa pun yang menjawab. Hanya senyap. Dan rasa nyeri yang terus menusuk membuatnya semakin cemas.Jantung Zelena berdetak sangat cepat. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, mencari siapa pun. Kamar itu kosong. Napasnya mulai memburu. Ditekannya bel darurat yang ada di samping bed dengan tangan gemetar.Perawat datang dalam hitungan detik."Sus, anak saya, Sus. Anak saya!""Ibu, Ibu tenang dulu. Ada apa?""Anak saya ...." Zelena mengusap perutnya. "Tolong … tolong periksa. Anak saya … saya hamil. Saya … saya kecelakaan ....""Baik, Bu. Tenang dulu ya. Saya panggilkan dokter.""Jangan tinggalin saya." Zelena memohon sambil terus ter

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   Part 5

    Samar-samar Zelena mendengar suara-suara. Awalnya lirih, lalu semakin jelas. Suara langkah kaki, dan percakapan percakapan yang tidak bisa ia pahami. Perlahan, kesadarannya mulai kembali.Ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya, terutama di kepala. Matanya terasa berat, namun ia berusaha membukanya. Cahaya putih yang menyilaukan langsung menyambutnya. Zelena mengerjap-ngerjapkan mata, mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.Ia berada di sebuah ruangan serba putih. Bau obat-obatan langsung menusuk hidungnya. Zelena menyadari, ia berada di rumah sakit.Seorang wanita berjas putih mendekat. Wajahnya tampak ramah dan penuh perhatian. “Syukurlah Ibu sudah sadar,” ucapnya.Zelena mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Jeandra, makan malam, jalanan sepi, dan kemudian gelap. Air mata kembali menggenang di pelupuk matanya. Jeandra meninggalkannya.“Siapa yang membawa saya ke sini, Dok?” tanyanya dengan suara bergetar.Dokter wanita itu tersenyum tipis. “Tadi ada laki-laki

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   Part 4

    Selama beberapa detik Zelena terpejam dan menunggu. Tapi tidak terjadi apa-apa. Dengan takut-takut dibukanya mata. Jeandra tetap berdiri di hadapannya, masih dengan wajah dan tatapan yang sama dinginnya. Lelaki itu tidak menamparnya seperti yang Zelena pikirkan. Selama tiga tahun menikah, Jeandra memang tidak pernah melakukan kekerasan fisik. Pikirannya tadi hanya bentuk ketakutan Zelena saja. “Pulang sekarang.” Jeandra mendesis dingin lalu langsung menarik tangan Zelena tanpa memberinya waktu untuk bertanya atau membela diri. Zelena kewalahan mengikuti langkah Jeandra yang cepat. Begitu mereka melewati ruang makan, keluarga Jeandra yang tadi sibuk membicarakan Zelena mendadak diam. Mereka memandang dengan tatapan heran serta puas. Jeandra tidak menoleh. Tidak berpamitan. Ia terus menarik Zelena keluar, membuka pintu rumah itu, dan memasukkannya ke mobil. Jeandra masuk ke kursi pengemudi dengan wajah datarnya kemudian menyalakan mesin tanpa berkata apa-apa. Mobil m

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   Part 3

    Sepeninggal Jeandra, Zelena hanya bisa berbaring lemah di tempat tidur. Demamnya tidak kunjung reda. Tubuhnya panas seperti dibakar, tetapi tangannya dingin dan gemetar. Setiap kali ia mencoba berdiri ia kembali jatuh ke tempat tidur.Ia sudah meminum sisa obat penurun panas yang ditemukannya di laci, tetapi tidak banyak membantu.Melihat jam sudah menunjukkan pukul enam sore, Zelena memaksakan diri untuk bangun.Dengan sisa tenaga yang ada, Zelena berjalan terhuyung ke kamar mandi sambil berpegangan pada dinding. Ia membasuh wajahnya dengan air dingin, yang langsung membuatnya menggigil semakin hebat.Saat Zelena keluar dari kamar mandi, Jeandra sudah berdiri di depannya. Lelaki itu baru saja pulang.“Ada acara makan malam keluarga malam ini,” beritahunya datar.“Aku nggak bisa ikut, Je, aku masih sakit,” tolak Zelena lemah.Penolakan itu membuat Jeandra menunjukkan sedikit ketidaksenangannya.“Jangan cari masalah. Kamu udah cukup buruk di mata keluargaku. Kalau kamu nggak ikut, mere

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   Part 2

    Setelah mendapatkan kepuasan dari Zelena, dengan cepat Jeandra menarik diri.Jangan pernah berharap ada adegan mencium kening dan mengucapkan kata-kata mesra. Semua itu hanya terjadi dalam angan-angan Zelena, karena kini setelah menaikkan celananya Jeandra berguling ke samping lalu memeluk guling dengan tubuh membelakangi istrinya. Seolah-olah Zelena tidak pernah ada. Seolah tubuhnya tadi bukanlah tubuh wanita yang ia nikahi. Dan memang bagi Jeandra Zelena tidak lebih dari sekadar objek pelepasan hasrat serta tukang bersih-bersih di rumahnya.Zelena yang masih berbaring tanpa sehelai benang pun, menggigil karena demam yang terus memburuk. Ia memandang punggung lebar Jeandra yang saat ini tertidur dengan lelap. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuhnya."Je ...," panggilnya. "Aku sakit. Bisa beliin obat?"Jeandra tidak bergerak. Tidurnya terlalu pulas.Zelena menelan ludah yang rasanya pahit. Ia mengumpulkan sedikit tenaga, menggeser badan mendekati punggung Jeandra. Telapak tangannya

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   Part 1

    "Je, hari ini hari ulang tahun pernikahan kita. Aku mau kita makan malam bersama untuk merayakannya. Nanti malam kamu bisa cepat pulang?" kata Zelena pada suaminya yang baru keluar dari kamar mandi."Aku sibuk. Nggak ada waktu," jawab Jeandra sambil mengenakan pakaian.Jawaban Jeandra membuat Zelena kecewa. Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan mereka yang ketiga. Hari yang sangat berarti baginya. Ia ingin sedikit saja merayakannya. Tidak perlu ada acara besar-besaran. Cukup dengan makan malam berdua di rumah."Untuk hari ini saja tolong luangkan waktumu sedikit," pinta Zelena yang belum menyerah."Udah kubilang hari ini aku sibuk. Berhentilah melakukan hal-hal yang nggak berguna," jawab Jeandra dengan wajah datarnya, seperti biasa. Lalu lelaki itu pergi meninggalkan Zelena.Zelena hanya bisa menghela napas. Ia sudah terbiasa dengan sikap yang ditunjukkan Jeandra. Selain sikapnya yang dingin, lelaki itu juga hanya berbicara seperlunya. Sedangkan pada orang lain sikap Jeandra beg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status