Share

Bab 12

"Maaf, Non. Mbok tadi udah berusaha ngelarang masuk," tutur Mbok Rum. Wajahnya tertunduk menyiratkan penyesalan.

"Enggak apa-apa, Mbok." Aku berusaha membuat suasana seolah baik-baik saja.

Mbok Rum berjalan ke dapur meninggalkanku yang masih terpaku menatap Mas Fahri.

"Nay, Mas mohon pulang, ya. Maafkan aku. Aku yakin kita bisa melewati ini bersama-sama."

Aku membuang muka. Berusaha menyembunyikan netra yang mulai berkabut.

"Nay." Mas Fahri semakin mendekat kemudian berniat memegang tanganku.

"Nay, tanganmu berdarah," pekik Mas Fahri panik.

Segera kutepis tangannya.

"Luka ini tidak ada apa-apanya dibanding lukaku di dalam sini." Aku menepuk-nepuk dada cukup keras. Berharap himpitan batu yang begitu menyesakkan itu berkurang.

Butiran-butiran yang tadi sebisa mungkin kutahan, akhirnya mengalir juga. Sakit, hatiku sungguh masih teramat sakit.

Brukk

Tiba-tiba Mas Fahri berlutut, memegang kedua kakiku.

"Mas mohon maafin aku, Nay. Kalau kamu menyuruhnya bersujud di kakimu agar kamu bersed
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status