Share

Bab 2 

Author: Belinda
Aldrian melanggar janjinya dan minum alkohol lagi. Dinilai dari suaranya, dia jelas sudah sedikit mabuk. Namun, Aldrian ternyata juga bisa berseru seperti itu?

Dalam kesan Kyna terhadap Aldrian, saat SMA, Aldrian adalah sang juara umum yang dingin. Dia bukan hanya serius saat mengerjakan soal, tetapi juga mengabaikan gadis-gadis yang suka menawarinya air di lapangan olahraga.

Setelah menjadi suaminya, Aldrian bersikap sangat sopan. Emosinya begitu stabil hingga bisa dibilang tak beremosi. Dia tidak pernah tersenyum ataupun marah, hanya selalu bersikap acuh tak acuh. Hingga ketika tidak sengaja menyentuh jari-jarinya sesekali, Kyna merasa tubuhnya juga terasa dingin.

Kamera menyorot wajah semua orang dalam video. Kyna melihat sosok Aldrian yang agak mabuk, tetapi matanya berbinar. Dia mengangkat gelasnya dan tersenyum lebar ke arah kamera. "Selamat datang kembali ke rumah, Nara."

Ternyata Aldrian juga bisa tersenyum, bersikap antusias, dan memberi nama panggilan kepada seorang gadis. Hanya saja, dia tidak akan pernah tersenyum ataupun bersikap antusias pada Kyna, apalagi memberinya nama panggilannya.

"Nyonya sudah bangun?" Terdengar suara Sani dari luar pintu.

Setiap hari, jadwal Kyna sangat teratur. Berhubung Kyna belum keluar dari kamar, Sani khawatir Kyna mungkin membutuhkan bantuannya. Bagaimanapun juga, kakinya Kyna memang bermasalah.

Kyna meletakkan ponselnya dan menyahut dengan suara yang terdengar serak dan tercekat, "Sudah. Aku akan keluar sekarang juga."

Sani membuatkan pangsit kuah, tetapi Kyna hanya makan sesuap.

"Nyonya mau makan apa untuk siang dan malam hari?" tanya Sani sambil memberinya segelas susu.

"Terserah. A ..." Kyna awalnya ingin menjawab "apa saja yang Tuan suka" seperti biasa, tetapi tiba-tiba diam.

Namun, Sani mengerti. Bagaimanapun juga, Kyna selalu memberi jawaban yang sama setiap hari. Dia segera berujar, "Tuan bilang, dia nggak akan pulang untuk makan malam hari ini. Dia mau hadiri acara bisnis."

Kyna mengangguk.

Aldrian tentu saja tidak akan pulang untuk makan malam. Melalui postingan di media sosial, Kyna tahu bahwa Anara telah membuat daftar siapa yang akan mentraktir semua orang selama seminggu ke depan dan apa yang ingin dia makan.

[ Hubungan yang terjalin di masa kuliah memang paling tulus. Aku ini si manis yang dimanjakan begitu banyak kakak! ]

Kyna biasanya belajar bahasa asing selama dua jam di siang hari, lalu mempelajari teori seni untuk beberapa jam. Jika tidak menyibukkan diri, bagaimana dia bisa menghabiskan waktu yang panjang ini? Tidak mungkin dia menghabiskan seluruh hidupnya untuk menunggu kepulangan seseorang, 'kan?

Kyna pernah menunggu sebelumnya .... Perasaan menunggu itu terlalu menyakitkan.

Namun, jadwal Kyna hari ini berbeda dengan sebelumnya. Tawaran ini mungkin merupakan bagian dari penerimaan siswa baru gelombang terakhir. Dia perlu mengonfirmasinya sesegera mungkin. Jadi, hal pertama yang dia lakukan hari ini adalah membayar biaya konfirmasi ke pihak kampus.

Ketika masuk notifikasi tentang pemotongan uang dari rekening banknya, Kyna menghela napas lega. Hari perpisahannya dengan Aldrian terasa selangkah lebih dekat lagi.

Malam harinya, Kyna berganti pakaian dan bersiap untuk keluar rumah.

Sani pun bertanya dengan terkejut, "Nyonya mau ke mana?"

Kyna hampir tidak pernah keluar rumah tanpa ditemani Aldrian.

"Oh, teman kuliahku lagi manggung di sini dan ajak aku ketemuan," jawab Kyna.

Sebenarnya, dia berencana untuk menginap di hotel dekat lokasi ujian. Besok pagi, dia akan menjalani tes kemampuan bahasa asing. Dia takut terjebak macet dan terlambat menghadiri ujian.

Terakhir kali Kyna mengikuti ujian itu adalah beberapa bulan yang lalu, tetapi dia tidak mencapai skor yang diinginkan. Hanya saja, batas waktu pengajuan aplikasi studi ke luar negeri sudah tiba. Jadi, dia terlebih dahulu mengajukan permintaan itu.

Berhubung tidak menyangka dirinya akan diterima, Kyna baru menjadwalkan ujian ulang pada besok pagi. Untungnya, pihak kampus memperbolehkan penyerahan hasil tes kemampuan bahasa asing belakangan.

"Tapi ...." Sani melirik kakinya dan bertanya, "Gimana kalau aku temani Nyonya?"

"Nggak usah. Ini acara kumpul-kumpul teman dekat. Orang lainnya nggak akan nyaman kalau ada tambahan orang," sahut Kyna dengan tenang.

"Kalau begitu, aku akan beri tahu Tuan." Sani benar-benar mengkhawatirkan Kyna dan tidak sanggup bertanggung jawab jika terjadi sesuatu.

"Nggak perlu. Biarkan saja dia hadiri acara sosialnya dengan tenang. Jangan ganggu dia. Aku akan telepon dia setelah acaranya selesai, lalu suruh dia jemput aku."

Seusai berbicara, Kyna meraih tasnya dan berjalan keluar.

Mengingat cedera kaki Kyna, Aldrian membeli sebuah apartemen satu lantai yang besar sebagai rumah mereka. Setelah keluar rumah, Kyna pun naik lift ke bawah.

Begitu melangkah ke bawah sinar matahari, Kyna secara naluriah menunduk dan membungkuk. Dia juga memakai topi dan menaikkan kerahnya.

Sejak menjadi pincang, Kyna yang selalu tampil percaya diri dan bersemangat di atas panggung telah lenyap. Kyna yang pincang pun kehilangan keberanian untuk muncul di depan umum.

Sani selalu menyuruh Kyna untuk mengajak Aldrian apabila ingin keluar. Aldrian juga selalu mengatakan bahwa Kyna sebaiknya tinggal di rumah jika bukan keluar dengan ditemaninya. Namun, mereka berdua tidak tahu bahwa Kyna paling takut keluar bersama Aldrian. Itu lebih menakutkan daripada keluar sendirian.

Sebab, semua orang yang melihat mereka seperti sedang berpikir kenapa pria seunggul itu bisa memiliki istri yang pincang.

Kyna memanggil taksi dan melaju menuju hotel. Di dalam taksi, dia diam-diam memandangi pemandangan jalan di luar jendela. Tiba-tiba, dia melihat mobil Aldrian terparkir di suatu tempat.

"Tunggu, tolong berhenti sebentar," ucapnya dengan terburu-buru kepada sopir.

Mobil Aldrian terparkir di depan sebuah restoran. Kemarin, salah satu teman masa kecil Aldrian yang mentraktir. Hari ini baru giliran Aldrian. Itulah yang ditulis Anara di platform media sosial.

Kyna keluar dari taksi tanpa sadar. Setibanya di restoran, dia langsung berkata, "Sudah ada reservasi tempat atas nama Aldrian."

Dia juga menyebut empat digit terakhir nomor telepon Aldrian.

Kemudian, pelayan itu mengantar Kyna ke depan pintu sebuah ruang privat. "Di sini tempatnya."

"Terima kasih," ucap Kyna kepada pelayan itu.

Sebenarnya, Kyna tidak tahu untuk apa dirinya datang ke tempat ini. Ketika masih berada di rumah, dia tidak berhenti terdorong untuk melakukan tindakan impulsif. Namun, setelah benar-benar berdiri di tempat ini, dia bahkan tidak punya keberanian untuk membuka pintu.

Dari dalam, terdengar suara percakapan orang-orang.

"Aku nggak bisa pulang kemalaman, juga nggak boleh minum-minum lagi. Waktu pulang dalam keadaan mabuk semalam, istriku sangat marah," ujar salah satu teman masa kecil Aldrian.

"Apa kamu masih bisa disebut kakakku? Dulu kamu pernah janji, nggak peduli apa pun yang terjadi, aku akan selalu jadi prioritasmu. Sekarang, kamu begitu takut sama istrimu? Memang tetap Kak Aldri yang adalah teman sejati."

Yang berbicara adalah Anara. Suaranya terdengar lembut dan manja. Ternyata kepribadian Anara seperti ini. Jadi, Aldrian menyukai gadis dengan kepribadian seperti ini?

Sayangnya, kepribadian Kyna benar-benar tidak seperti itu. Dia bahkan tidak mampu bersandiwara menjadi orang seperti itu.

Di dalam ruang privat, teman masa kecil Aldrian melanjutkan, "Memangnya aku bisa dibandingkan sama Aldri? Kyna mana berani tegur dia?"

"Oh iya." Anara berbicara lagi, "Aldri, dengar-dengar, istrimu pincang? Kenapa?"

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Anara.

Hati Kyna pun menegang.

Kemudian, teman-teman Aldrian mulai berbicara.

"Aldri, kami benar-benar kasihan sama kamu. Kamu punya uang, tampan, dan sukses. Kamu bisa menikahi siapa saja, tapi kenapa kamu nikah sama orang pincang?"

"Aldri, jujur saja, kamu itu cowok paling unggul di antara kami. Sekarang, kamu sudah nikah sama Kyna. Tapi entah itu rapat, acara sosial, konferensi pers, atau acara apa pun yang harus bawa istri, dia juga nggak bisa dibawa keluar. Memangnya kamu nggak merasa rugi?"

Ternyata begitu ....

Aldrian selalu mengatakan bahwa Kyna tidak perlu terlibat dalam urusannya. Kyna hanya perlu tinggal di rumah dan menunggu Aldrian menghasilkan uang untuknya.

Keluarga Kyna memuji habis-habisan Aldrian yang seperti ini. Semua orang mengatakan bahwa dia sangat bahagia. Akan tetapi, alasannya ternyata karena Aldrian merasa malu untuk menunjukkannya di depan umum ....

Suara getir Aldrian menggema dari dalam ruang privat. "Dia sudah selamatkan nyawaku. Aku berutang budi padanya."

"Kamu sudah beri dia begitu banyak uang, itu sudah cukup untuk balas budi!"

"Benar! Dulu, kamu seharusnya kasih uang ke dia dan langsung putus hubungan sama dia. Buat apa kamu korbankan kebahagiaanmu seumur hidup?"

"Menurutku, sebaiknya kamu pertimbangkan baik-baik. Dengan berdoa tulus setiap hari, kamu mungkin masih bisa diberkati dengan keberuntungan. Tapi, apa gunanya kamu nikahi orang seperti itu?"

"Makanya, apa yang bisa dia lakukan untukmu? Dia nggak bisa dibawa keluar untuk hadiri acara sosial, bahkan juga nggak bisa bawa secangkir air dengan baik di rumah. Aldri, ayo minum air .... Begini, begini, atau begini?"

Dalam seketika, tawa pun meledak di ruang privat itu. Sambil tertawa terbahak-bahak, Anara bertanya, "Aldri, apa benar istrimu jalannya begitu?"

Kyna yang menguping di dekat pintu pun merasa darahnya mendidih. Rasa marah dan malu membuatnya kehilangan kendali. Kemudian, dia membuka pintu ruang privat itu.

Ruangan itu dipenuhi tawa riuh. Salah satu teman masa kecil Aldrian yang bernama William sedang memegang segelas air dan berjalan tertatih-tatih secara dramatis. Dia juga meninggikan suaranya dan berujar, "Aldri, ayo minum air. Aldri, ah ... aku jatuh. Aldri, peluk ...."

Kyna menatap Aldrian dan berharap suaminya, yang juga merupakan orang yang paling dicintainya itu bisa membelanya di saat seperti ini.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 100 

    Ucapan itu tidak sepenuhnya salah ...."Aku cuma kasih kamu uang untuk ....""Apa bedanya?" Sebelum Kyna sempat mengatakan "untuk biaya tutormu", Aldrian sudah menyela. Kemudian, 10 ribu itu kembali ke sakunya. Ketika berjalan pergi melewati Kyna, Aldrian meninggalkan sebuah kalimat. "Aku belum merosot sampai ke tahap serendah itu!"Inilah yang Aldrian maksud dengan Kyna pernah menanyakan pelajaran kepadanya. Aldrian mungkin hanya mengingat samar hal itu, juga telah melupakan semua sebab dan akibatnya.Hanya Kyna yang ingat, di tahun-tahun yang membingungkan namun penuh tekad itu, mereka telah menyaksikan momen-momen paling memalukan satu sama lain. Namun, itu semua adalah kenangan masa muda yang suram. Jadi, memang sebaiknya dilupakan saja ...."Kyna ...." panggil Inggrid untuk membuyarkan lamunannya. "Kamu .... Apa dia tahu?" tanya Inggrid dengan suara rendah.Kyna melirik punggung Aldrian yang sedang memasak di dapur, lalu menggeleng pelan, dan berbisik, "Nenek, aku belum mau ka

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 99

    Kyna pun tercengang. Dia tidak tahu situasi keluarga Aldrian ternyata seperti ini.Aldrian sangat keras kepala dan tidak mengambil uang itu.Kyna mendengarnya berkata dengan dingin, "Nggak usah. Mulai sekarang, aku nggak akan pernah terima uangmu lagi!" Kemudian, Aldrian pun berbalik untuk pergi.Orang di dalam mobil itu keluar dan mengejarnya. "Oke. Kalau hebat, jangan pernah pulang untuk minta uang! Aku mau tahu gimana kamu bisa bertahan hidup!" Sinar dari matahari terbenam hari itu sangat cerah. Dengan bermandikan cahaya keemasan, Aldrian tertawa menantang dan menyahut tanpa menoleh, "Jangan khawatir. Meski dipelihara sugar mommy, aku juga nggak akan pulang ke rumahmu!" Omongan seperti apa itu! Kyna yang masih adalah seorang murid SMA pun sepenuhnya tercengang. Namun, dia juga sudah sering mendengar kata-kata seperti itu. Ketika memarahinya, Amelia juga sering berkata bahwa membesarkannya hanya membuang-buang uang. Amelia bahkan menyuruhnya untuk menjual diri ....Setiap kali Ame

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 98 

    Aldrian bisa memasak, tetapi itu tidak berarti dia bisa memasak di luar ruangan. Menyalakan api merupakan rintangan terbesarnya. Dia berjuang mati-matian, hingga wajahnya hitam dan kotor. Akan tetapi, dia tetap tidak berhasil menyalakan api. Di sisi lain, Kyna berbeda. Semasa kecil, dia selalu kembali ke desa saat liburan. Dia pernah membuat api unggun, memanjat pohon, dan mengumpulkan telur burung bersama anak-anak lain. Sebagai seseorang dari kelompok kelas sebelah, dia tidak tega melihat Aldrian lanjut berkutat sendiri. Dia pun mengosongkan tungku itu, lalu mulai menyalakan api.Melihat api yang berkobar, Aldrian tertegun sejenak. Mungkin menyadari penampilannya yang berantakan, dia bahkan tidak berterima kasih pada Kyna. Namun, setelah itu, dia tidak bertemu kesulitan lagi. Dinilai dari penampilannya saat memasak, dia terlihat seperti orang yang melakukan pekerjaan rumah.Itulah satu-satunya momen Kyna pernah makan masakan Aldrian. Orang-orang dari kelompok Aldrian tergolong cuku

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 97

    "Oke." Aldrian terdengar cukup senang. Suasana hatinya yang bagus ini tetap bertahan hingga mereka tiba di rumah Inggrid.Pada saat ini, Inggrid sedang menyiapkan makan siang. Di atas meja, ada semangkuk bubur, sepiring acar, dan sepiring sayuran hijau. Melihat Kyna dan Aldrian datang, dia merasa terkejut sekaligus sedikit malu, lalu segera membersihkan mangkuk itu."Kenapa kalian datang di jam segini? Sudah makan? Aku akan pergi masak!" Kyna menatap hidangan sederhana di atas meja. Itu sama sekali tak bisa dibandingkan dengan makanan mewah yang selalu disiapkan Inggrid setiap kali dia datang. "Nenek, kenapa kamu cuma makan ini?" Inggrid segera menyimpan bubur dan acar itu. "Ini sisa sarapan pagi ini. Kan sayang kalau dibuang. Jadi, aku lanjut makan siang ini. Aku biasanya nggak makan seperti ini." Kyna tidak percaya. Dia menatap neneknya dengan tampang cemberut."Sudah, jangan cemberut lagi. Nenek akan masakkan sesuatu yang lezat. Tunggu sebentar, ya!"Seusai berbicara, Inggrid mem

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 96

    "Benar, Bu. Ini rumah yang lokasinya paling strategis di area ini. Selain itu, rumah ini juga tepat di tepi danau. Saat cuaca hangat, akan ada angsa yang terbang kemari. Pemandangannya sangat indah," tambah agen penjual itu.Aldrian menuntun Kyna ke teras supaya dia bisa menikmati pemandangan dari rumah.Udara dari danau yang berkabut menerpa Kyna. Dia menarik napas dalam-dalam. Udaranya dipenuhi aroma pepohonan dan rerumputan yang menyenangkan."Gimana? Suka nggak?" tanya Aldrian sambil menggenggam tangan Kyna.Kyna menunduk dan melirik tangannya yang bertautan dengan tangan Aldrian. Baiklah, berhubung rumah ini sangat sesuai dengan seleranya, dia akan bersabar!Kyna pun mengangguk.Aldrian makin puas dan berujar, "Aku juga rasa rumah ini lumayan bagus. Setelah renovasinya selesai, kita juga bisa pindah kemari kalau mau. Soal pernikahan Robert ... kita lihat saja nanti." Kyna berdiri di teras sambil berpikir bagaimana dia bisa membagi halaman di lantai dasar untuk dijadikan tempat be

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 95

    Aldrian kembali mengendarai mobilnya, tetapi dia tetap tidak menuju ke rumah nenek.“Aku bawa kamu lihat rumah,” ucap Aldrian dengan nada rendah. “Semalam aku bawa kartu identitasmu juga karena beli rumah buat kamu.”Kening Kyna berkerut. “Beli rumah?”“Bukannya orang tuamu mau beli rumah nikah untuk Robert?” ucap Aldrian.“Apa mereka mencarimu lagi?” tanya Kyna dengan hati-hati.Aldrian tidak berbicara. Diam berarti mengiakan.“Masalah kapan? Kenapa aku nggak tahu?”Aldrian melirik Kyna sekilas, malah terlihat senyuman di dalam tatapannya. “Kamu begitu galak. Apa mungkin mereka berani kasih tahu kamu?”Kyna tidak tahu kenapa Aldrian bisa menunjukkan ekspresi tersenyum seperti ini. Hanya saja, Kyna merasa marah. Anggota keluarganya selalu menjadi beban hidupnya saja! Alhasil, selamanya Kyna tidak bisa mengangkat kepalanya di hadapan Aldrian!“Aldrian, bisa nggak kamu jangan kasih rumah terus? Biasanya orang lain cuma kasih uang, kenapa kamu malah kasih rumah? Langsung dikasih begitu di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status