Share

Bab 3

Penulis: Belinda
Namun, pertunjukan yang berlebihan itu justru membuat semua orang di dalam ruang privat tertawa makin keras. Anara yang duduk di sebelah Aldrian tertawa terbahak-bahak hingga bersandar di bahu Aldrian.

Sementara itu, Aldrian tetap diam membisu ....

William berbalik sambil tersenyum. "Aldri, benar begi ...."

Sebelum sempat menyelesaikan pertanyaannya, William melihat Kyna berdiri di ambang pintu dan senyumnya membeku. "Kak ... Kak Kyna ...."

Semua orang menoleh ke arah pintu dan tercengang.

Anara mengangkat kepalanya dari bahu Aldrian, lalu tersenyum dan berkata, "Oh, ini istri Aldri yang legendaris itu? Halo! Masuklah, aku teman baik Aldri."

Kyna menatap semua orang di ruang privat itu dengan hati yang terasa dingin.

Aldrian akhirnya berdiri dan berjalan ke arahnya. "Kyna, kok kamu ada di sini? Mereka cuma bercanda, jangan dimasukkan ke hati."

Kyna menatap Aldrian dan merasa pria itu benar-benar asing, bahkan lebih asing dari sebelumnya. Jadi, ketika orang lain mengejek istrinya, dia ternyata berpihak pada mereka?

"Benar, Kak Kyna .... Maaf, aku cuma bercanda. Jangan marah, ya." William meminta maaf sambil meletakkan gelasnya.

"Kyna." Aldrian berjalan ke hadapan Kyna, lalu berniat merangkulnya.

Namun, Kyna tiba-tiba teringat Anara yang tertawa dan bersandar di bahu Aldrian, juga teringat bagaimana dia memuaskan diri dengan tangannya di kamar mandi dan menyerukan nama "Nara" ketika mencapai klimaks.

Dalam seketika, Kyna langsung merasa tangan Aldrian benar-benar kotor dan segera menghindar.

"Kyna." Aldrian menatap tangannya yang kosong dengan terkejut, lalu menghela napas. "Aku gantikan mereka minta maaf. Jangan marah, ya? Aku akan belikan kamu hadiah setelah pulang nanti. Beli saja apa pun yang kamu mau."

Anara memelototi William dengan ekspresi jenaka dan berseru, "Kenapa kamu masih nggak minta maaf setelah buat istrinya Aldrian marah? Kamu kira semua orang seperti aku yang begitu cuek, ceroboh, nggak peka, dan bisa diajak bercanda seenaknya?"

Kyna mencibir dalam hati. Ucapan Anara benar-benar munafik. Namun, sangat jelas bahwa sekelompok pria ini tidak mengerti. Mereka justru sangat senang mendengarnya.

William pun protes setelah dipelototi, "Aku sudah minta maaf! Aku juga nggak tahu Kak Kyna akan tiba-tiba datang. Aku benar-benar cuma bercanda."

"Sebuah candaan baru bisa dianggap sebagai candaan kalau orang yang diolok-olok menganggapnya lucu," ujar Kyna dengan tangan gemetar. Dia nyaris telah mengerahkan seluruh keberaniannya.

Kyna memang pincang dan tidak cukup baik untuk Aldrian. Kesadaran ini telah menghantuinya seperti kutukan selama lima tahun terakhir. Bahkan tatapan penuh tanda tanya atau mengejek orang lain juga bisa menyakitinya. Setelahnya, dia akan bersembunyi dan diam-diam menyembuhkan lukanya untuk waktu yang sangat lama.

Setelah mendengarnya, William bergumam. "Tapi aku sudah minta maaf!"

"Aku ... aku nggak terima ...." Kyna gemetar makin hebat. Ini pertama kalinya dia menghadapi ejekan orang secara langsung.

"Lalu, apa maumu?" tanya William dengan tampang cemberut.

Kyna juga tidak tahu apa yang diinginkannya. Dia hanya menggelengkan untuk menunjukkan penolakannya. Dia tidak dapat menerima ejekan teman-teman suaminya, juga tidak terima suaminya yang berpihak pada teman-temannya.

"Sudahlah, jangan ngomong lagi." Aldrian berdiri di antara Kyna dan William.

Aldrian adalah pemimpin kelompok ini. Setelah lulus kuliah, dengan mengandalkan kemampuan bisnis dan keterampilan eksekusinya yang luar biasa, dia memimpin kelompok ini untuk membangun perusahaan yang berkembang sesukses sekarang. Oleh karena itu, selama dia buka suara, tak seorang pun berani membantah.

"Kyna." Tatapan Aldrian terlihat setenang biasa dan sangat kontras dengan matanya yang berbinar di video Anara.

"Mereka semua temanku sejak kecil. Mereka nggak bermaksud jahat, cuma bercanda. Demi aku, maafkanlah mereka. Mau aku suruh sopir antar kamu pulang dulu?"

"Kak Kyna ...." Anara memasang tampang cemberut dan berdiri di samping Aldrian. "Kalau kamu benar-benar marah, marahlah padaku. Jangan abaikan Aldri. Mereka adakan pertemuan hari ini untuk menyambut kepulanganku .... Aldri, gimana kalau kamu ajak istrimu makan bareng kita? Aku akan bersulang dengannya sebagai bentuk permintaan maaf."

Heh, wanita ini benar-benar munafik.

"Maaf." Kyna menatap Aldrian. Anara berani berbicara begitu karena memiliki dukungan Aldrian! Dia menahan kepahitan di hatinya dan melanjutkan, "Aku nggak minum alkohol, apalagi alkohol yang baunya asam."

Anara langsung memasang tampang hampir menangis. Dia menatap Aldrian dan berujar, "Aldri, dia lagi memakiku? Aku ...."

Kemudian, dia bersikap seolah-olah sedang berusaha menahan air mata dan menambahkan, "Nggak apa-apa. Kak Kyna cuma salah paham sama aku. Nggak masalah juga meski dia memakiku. Jangan salahkan dia ...."

Ekspresi Aldrian berubah serius. "Kyna, Nara juga bermaksud baik. Kenapa kamu begitu kasar?"

Bermaksud baik? Hanya orang bodoh yang akan merasa Anara berniat baik. Apakah Aldrian bodoh? Tidak, dia tidak bodoh. Dia hanya memilih untuk menutup sebelah mata ketika disuruh memilih antara yang benar dan salah. Terhadap siapa hati itu berdetak, pihak itu pula yang benar.

Kyna menatap dua orang di depannya dan beberapa orang di belakang mereka. Dia merasa seolah-olah ada jurang yang tak terlewati di antara mereka.

Mereka semua berada di pihak yang sama dan merupakan kelompok yang berhubungan erat, sedangkan Kyna hanyalah orang luar yang telah menyusup ke dunia mereka. Tidak, dia sebenarnya tidak pernah benar-benar memasuki dunia mereka. Dia hanya selalu berada di pinggiran dan merupakan orang yang tidak disambut.

Kyna berusaha menahan air matanya, lalu berdecak pelan dan berbalik untuk pergi. Di belakangnya, terdengar suara Anara berkata, "Aldri, Kak Kyna ...."

"Nggak apa-apa. Dia sangat pengertian. Aku akan menghiburnya setelah pulang nanti. Ayo, kita lanjutkan acaranya. Nggak usah pedulikan dia."

Aldrian diam-diam melirik sosok Kyna yang menjauh, lalu mengirim pesan kepada sopir dan memintanya untuk mengantar Kyna pulang.

Kyna ingin berjalan dengan lebih tenang dan mantap, tetapi tidak bisa. Makin marah dia, makin goyah pula langkahnya. Saat ini, bukankah tampangnya yang menyedihkan dan panik ini sama persis seperti yang ditirukan William? Mereka pasti akan lanjut menertawakannya setelah dia pergi, 'kan?

Kyna menyeka air matanya dengan kasar, lalu berjalan makin cepat dan tertatih-tatih ....

Saat sopir Aldrian mengejarnya, sosok Kyna sudah lenyap. Dia pun kembali dan memberi tahu Aldrian.

Aldrian sedikit mengernyit, lalu menelepon Kyna. Akan tetapi, Kyna bukan saja tidak menjawab, bahkan menolak panggilannya. Dia mencoba menelepon lagi, tetapi ponsel Kyna telah dinonaktifkan.

William yang pada dasarnya sudah agak kesal pun berkomentar, "Aldri, kamu terlalu manjakan Kak Kyna, makanya tabiatnya jadi begitu buruk. Dengan status dan penampilanmu sekarang, siapa pun yang menikah sama kamu pasti akan perlakukan kamu dengan baik. Tapi, dia malah berani marah sama kamu. Kamu benar-benar sabar."

Aldrian tetap diam.

Yang lain menimpali, "Yang dikatakan William benar. Kamu sudah berkorban begitu banyak untuknya dan keluarga kalian. Kamu bekerja keras di luar, tapi dia nggak paham atau perhatian ke kamu. Cuma karena masalah sepele seperti ini, dia langsung ngambek sama kamu. Apa itu sepadan?"

"Makanya! Dia seharusnya merasa bersyukur karena kamu menikahinya. Kalau nggak, siapa yang mungkin terima orang pincang sepertinya? Kalau bukan kamu, dia cuma bisa nikah sama orang cacat."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 100 

    Ucapan itu tidak sepenuhnya salah ...."Aku cuma kasih kamu uang untuk ....""Apa bedanya?" Sebelum Kyna sempat mengatakan "untuk biaya tutormu", Aldrian sudah menyela. Kemudian, 10 ribu itu kembali ke sakunya. Ketika berjalan pergi melewati Kyna, Aldrian meninggalkan sebuah kalimat. "Aku belum merosot sampai ke tahap serendah itu!"Inilah yang Aldrian maksud dengan Kyna pernah menanyakan pelajaran kepadanya. Aldrian mungkin hanya mengingat samar hal itu, juga telah melupakan semua sebab dan akibatnya.Hanya Kyna yang ingat, di tahun-tahun yang membingungkan namun penuh tekad itu, mereka telah menyaksikan momen-momen paling memalukan satu sama lain. Namun, itu semua adalah kenangan masa muda yang suram. Jadi, memang sebaiknya dilupakan saja ...."Kyna ...." panggil Inggrid untuk membuyarkan lamunannya. "Kamu .... Apa dia tahu?" tanya Inggrid dengan suara rendah.Kyna melirik punggung Aldrian yang sedang memasak di dapur, lalu menggeleng pelan, dan berbisik, "Nenek, aku belum mau ka

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 99

    Kyna pun tercengang. Dia tidak tahu situasi keluarga Aldrian ternyata seperti ini.Aldrian sangat keras kepala dan tidak mengambil uang itu.Kyna mendengarnya berkata dengan dingin, "Nggak usah. Mulai sekarang, aku nggak akan pernah terima uangmu lagi!" Kemudian, Aldrian pun berbalik untuk pergi.Orang di dalam mobil itu keluar dan mengejarnya. "Oke. Kalau hebat, jangan pernah pulang untuk minta uang! Aku mau tahu gimana kamu bisa bertahan hidup!" Sinar dari matahari terbenam hari itu sangat cerah. Dengan bermandikan cahaya keemasan, Aldrian tertawa menantang dan menyahut tanpa menoleh, "Jangan khawatir. Meski dipelihara sugar mommy, aku juga nggak akan pulang ke rumahmu!" Omongan seperti apa itu! Kyna yang masih adalah seorang murid SMA pun sepenuhnya tercengang. Namun, dia juga sudah sering mendengar kata-kata seperti itu. Ketika memarahinya, Amelia juga sering berkata bahwa membesarkannya hanya membuang-buang uang. Amelia bahkan menyuruhnya untuk menjual diri ....Setiap kali Ame

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 98 

    Aldrian bisa memasak, tetapi itu tidak berarti dia bisa memasak di luar ruangan. Menyalakan api merupakan rintangan terbesarnya. Dia berjuang mati-matian, hingga wajahnya hitam dan kotor. Akan tetapi, dia tetap tidak berhasil menyalakan api. Di sisi lain, Kyna berbeda. Semasa kecil, dia selalu kembali ke desa saat liburan. Dia pernah membuat api unggun, memanjat pohon, dan mengumpulkan telur burung bersama anak-anak lain. Sebagai seseorang dari kelompok kelas sebelah, dia tidak tega melihat Aldrian lanjut berkutat sendiri. Dia pun mengosongkan tungku itu, lalu mulai menyalakan api.Melihat api yang berkobar, Aldrian tertegun sejenak. Mungkin menyadari penampilannya yang berantakan, dia bahkan tidak berterima kasih pada Kyna. Namun, setelah itu, dia tidak bertemu kesulitan lagi. Dinilai dari penampilannya saat memasak, dia terlihat seperti orang yang melakukan pekerjaan rumah.Itulah satu-satunya momen Kyna pernah makan masakan Aldrian. Orang-orang dari kelompok Aldrian tergolong cuku

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 97

    "Oke." Aldrian terdengar cukup senang. Suasana hatinya yang bagus ini tetap bertahan hingga mereka tiba di rumah Inggrid.Pada saat ini, Inggrid sedang menyiapkan makan siang. Di atas meja, ada semangkuk bubur, sepiring acar, dan sepiring sayuran hijau. Melihat Kyna dan Aldrian datang, dia merasa terkejut sekaligus sedikit malu, lalu segera membersihkan mangkuk itu."Kenapa kalian datang di jam segini? Sudah makan? Aku akan pergi masak!" Kyna menatap hidangan sederhana di atas meja. Itu sama sekali tak bisa dibandingkan dengan makanan mewah yang selalu disiapkan Inggrid setiap kali dia datang. "Nenek, kenapa kamu cuma makan ini?" Inggrid segera menyimpan bubur dan acar itu. "Ini sisa sarapan pagi ini. Kan sayang kalau dibuang. Jadi, aku lanjut makan siang ini. Aku biasanya nggak makan seperti ini." Kyna tidak percaya. Dia menatap neneknya dengan tampang cemberut."Sudah, jangan cemberut lagi. Nenek akan masakkan sesuatu yang lezat. Tunggu sebentar, ya!"Seusai berbicara, Inggrid mem

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 96

    "Benar, Bu. Ini rumah yang lokasinya paling strategis di area ini. Selain itu, rumah ini juga tepat di tepi danau. Saat cuaca hangat, akan ada angsa yang terbang kemari. Pemandangannya sangat indah," tambah agen penjual itu.Aldrian menuntun Kyna ke teras supaya dia bisa menikmati pemandangan dari rumah.Udara dari danau yang berkabut menerpa Kyna. Dia menarik napas dalam-dalam. Udaranya dipenuhi aroma pepohonan dan rerumputan yang menyenangkan."Gimana? Suka nggak?" tanya Aldrian sambil menggenggam tangan Kyna.Kyna menunduk dan melirik tangannya yang bertautan dengan tangan Aldrian. Baiklah, berhubung rumah ini sangat sesuai dengan seleranya, dia akan bersabar!Kyna pun mengangguk.Aldrian makin puas dan berujar, "Aku juga rasa rumah ini lumayan bagus. Setelah renovasinya selesai, kita juga bisa pindah kemari kalau mau. Soal pernikahan Robert ... kita lihat saja nanti." Kyna berdiri di teras sambil berpikir bagaimana dia bisa membagi halaman di lantai dasar untuk dijadikan tempat be

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 95

    Aldrian kembali mengendarai mobilnya, tetapi dia tetap tidak menuju ke rumah nenek.“Aku bawa kamu lihat rumah,” ucap Aldrian dengan nada rendah. “Semalam aku bawa kartu identitasmu juga karena beli rumah buat kamu.”Kening Kyna berkerut. “Beli rumah?”“Bukannya orang tuamu mau beli rumah nikah untuk Robert?” ucap Aldrian.“Apa mereka mencarimu lagi?” tanya Kyna dengan hati-hati.Aldrian tidak berbicara. Diam berarti mengiakan.“Masalah kapan? Kenapa aku nggak tahu?”Aldrian melirik Kyna sekilas, malah terlihat senyuman di dalam tatapannya. “Kamu begitu galak. Apa mungkin mereka berani kasih tahu kamu?”Kyna tidak tahu kenapa Aldrian bisa menunjukkan ekspresi tersenyum seperti ini. Hanya saja, Kyna merasa marah. Anggota keluarganya selalu menjadi beban hidupnya saja! Alhasil, selamanya Kyna tidak bisa mengangkat kepalanya di hadapan Aldrian!“Aldrian, bisa nggak kamu jangan kasih rumah terus? Biasanya orang lain cuma kasih uang, kenapa kamu malah kasih rumah? Langsung dikasih begitu di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status