Siang itu sepulang sekolah Dicky berniat ke sebuah tempat yang dulu sering ia kunjungi saat masih tinggal di Jakarta. Tak tau kenapa ia tiba-tiba ingat akan tempat itu. Ia juga ingin tau apa tempat itu sudah terbengkalai atau tidak. Namun kala itu Dicky kembali menabrak seorang gadis. Huh, ia sangat ceroboh sampai menabrak gadis itu. Dan ternyata ia kembali menabrak Putri. Beruntung kali ini Putri tidak sampai terjatuh. Ayolah, sudah dua kali ia menabrak Putri. Apa ini kebetulan atau pertanda?
"Putri sorry, gue gak sengaja," ucap Dicky.
"Gakpapa, btw ini kali kedua lo nabrak gue, apa sekarang udah jadi hobi?" canda Putri tersenyum.
Dicky hanya cengengesan. Tak tau harus membalas apa. Memang juga salahnya. Senyuman Putri itu tak bisa dipungkiri begitu manis bagi Dicky.
"Lo mau langsung balik?" tanya Putri.
"Gue ada urusan dulu, kenapa? Mau bareng?" tanya Dicky balik.
"Boleh, tapi lo selesain urusan lo dulu ya, gue juga gak mau pulang cepet,"
Malam itu Dicky baru saja akan kembali dari tempatnya itu. Setelah mendekorasi tempatnya itu agar terlihat lebih bagus dan nyaman. Putri sudah ia antar pulang siang tadi. Dan juga sudah saatnya ia pulang. Pasti ibu dan adiknya sudah khawatir padanya. Dan benar saja, ibunya sudah menghubunginya berkali-kali. Dickypun mengabari ibunya bahwa ia akan segera pulang. Dicky juga sempat mendapat omelan dari ibunya. Walau Dicky hanya cengengesan mendengar omelan itu.Motor Dicky melaju dengan kecepatan sedang saat itu. Namun tiba-tiba Dicky memberhentikan motornya saat melihat seorang gadis sedang berdiri di pinggir jalan sedang membawa sebuah kantong belanjaan. Gadis itu adalah Thania."Thania? Ngapain disini?" tanya Dicky menghampiri Thania. Ia sedikit terkejut melihat kehadiran Dicky."Eh Di
Dicky sudah tiba dirumahnya saat itu. Dan benar saja, Dicky langsung mendapatkan omelan dari ibunya. Namun tak apa baginya, ia senang mendapat omelan dari ibunya. Itu tandanya ibunya sayang. Nisa hanya tersenyum geli melihat Dicky diomeli oleh ibunya. Membuat Dicky juga ikut tersenyum. Adiknya itu sangat menggemaskan baginya."Kamu dari mana aja Dicky? Telp gak diangkat pesan mama gak dibalas," tanya Ibu Dicky."Mama masih inget tempat kita dulu? Aku abis dari sana ma," jawab Dicky."Kamu ke tempat itu? Ngapain?""Aku cuma mau nostalgia ma sama mau bersihin tempat itu, udah aku dekor ulang juga, terus tempat itu bakal aku jadiin tempatku nenangin diri kalau ada masalah, gakpapa kan ma?"Yaudah gakpapa, tapi lain kali kamu kabarin dulu, mama khawatir,""Iya ma, maaf,"Ibu Dicky memerintahkan anak sulungnya itu untuk makan malam dan beristirahat. Dicky tentunya menuruti perintah ibunya itu. Saat makan Ibu Dicky menemani anak sulungnya i
Pagi tu Dicky sudah tiba di sekolahnya. Hari ini ia lebih semangat dari hari sebelumnya. Kalian pasti tau alasan Dicky lebih bersemangat sekolah hari ini. Tentunya ingin bertemu dengan orang yang disayanginya. Rey dan Vanessa pagi itu juga mengejutkan Dicky. Walau Dicky malah tertawa jadinya. Sebelum masuk kelas, Rey dan Vanessa mengajak Dicky untuk nongkrong di kantin. Sambil menunggu Ryan dan Steffani datang. Memang Vanesaa bilang Ryan akan menjemput Steffani terlebih dahulu."Dicky, semalam Thania tiba-tiba ngirim pesan ke gue," ujar Vanessa memberi kabar."Pesan apa?" Tanya Dicky."Dia nanya nanya tentang lo ke gue, dia minta nomor lo juga ke gue, terus gue bilang, minta ke bang Ryan,""Perkiraan gue kayaknya benar Dicky, Thania s
Pagi itu Dicky masih terlelap di kamarnya. Dikarekan hari minggu, Dicky sengaja tidak bangun lebih awal. Namun handphone milik Dicky tiba-tiba berbunyi. Menendakan panggilan masuk. Karena masih setengah sadar, Dicky sampai tidak melihat layar handphonenya hanya untuk sekedar melihat siapa yang menghubunginya."Halo," sapa Dicky setengah sadar."Pagi Dicky, ini gue Putri, lo udah siap?" tanya sang penelepon.Mata Dicky yang awalnya tertutup langsung terbuka seketika. Rasa kantuknya juga hilang seketika. Bagaimana ia bisa lupa janjinya dengan Putri. Waktu saat itu juga menunjukkan pukul 06.00 WIB. Huh Dicky benar,benar bodoh."Gue udah siap kok, setengah jam lagi gue otw," jawab Dicky.
Setelah menempuh sekitar dua jam perjalanan, Dicky dan Putri akhirnya tiba di kawasan Puncak. Ada villa milik keluarga Putri di sana. Villa minimalis namun terlihat mewah. Di sana ada seorang pembantu yang diperintahkan keluarga Putri untuk membersihkan villa tersebut jika keluarga Putri ingin berkunjung. Pembantu itu bernama Bi Siti."Hai Bi siti," sapa Putri melihat bi siti membersihkan halaman villa tersebut."Eh, non Putri udah datang, ini teh saha non? Kasep pisan, pacarnya ya?" tanya bi Siti saat melihat Dicky."Makasih pujiannya bi, nama saya Dicky, temennya Putri," jawab Dicky.Bi Siti tampak sedikit menggoda Putri. Membuat Putri salah tingkah. Begitu juga dengan Dicky. Bi Siti juga merasa senang Putri berkunjung ke Villa setelah sekian lama Putri tak berkunjung. Putri benar-benar terlihat bahagia saat itu."Non Putri mau bibi masakin apa?" tanya Bi Siti."Gak usah bi, biar Putri yang masak nasi goreng aja buat Dicky sama bibi juga,"
Dicky dan Putri siang itu masih betah berada di rumah pohon. Mereka masih betah melihat pemandangan sekitar yang sangat indah. Terutama Putri. Ia benar-benar sangat bahagia. Diitambah lagi melihat senyum Dicky ia semakin bahagia. Dan kala itu, giliran Putri yang selalu menatap wajah tampan Dicky. Ada rasa sayang di hati Putri pada lelaki di sampingnya ini."Dicky," panggil Putri."Hmm?""Lo tau sejarah rumah pohon ini?" tanya Putri yang dibalas gelengan oleh Dicky."Bokap ama nyokap gue dulu ketemu disini, nyokap asli sini, sedangkan bokap asli Jakarta, dan waktu itu bokap nyatain cinta ke nyokap gue disini," jelas Putri."Wahh, bokap lo romantis," Puji Dicky.
Dengan cepat Putri menghapus air matanya saat melihat Dicky kembali dari toilet. Ingin rasanya Putri kembali menangis. Namun sekuat tenaganya ia menahan agar ia tidak menangis. Dicky kembali duduk di hadapan Putri dengan senyumannya. Putri tentu saja membalas senyuman itu. Walau dengan hati yang masih sakit karena baru saja mengetahui kenyataan yang sangat pahit. Putri mengembalikan handphone Dicky yang masih ia pegang. Tentu saja Dicky terkejut melihat handphonenya berada di genggaman Putri."Maaf dari tadi ada yang nelp kamu, makanya aku angkat," ujar Thania."Iya gakpapa, emang siapa yang nelp? Mama?" tanya Dicky."Thania,"Dicky terkejut. Benar saja panggilan masuk dari nomor tak dikenal menghiasi log panggilan handphone Dicky. Di
Pagi itu Dicky berniat untuk tidak sekolah. Pikirannya benar-benar kalut sehingga ia memutuskan untuk tidak sekolah hari ini. Dicky hari ini juga berniat pergi ke Bandung untuk menemui seseorang yang bisa memberikan solusi akan dilemanya ini. Berharap seseorang itu bisa memberikan jawaban dan menenangkan hatinya.Pukul 09.00 WIB, Dicky sudah bersiap siap menggunakan jaket tebal dengan sebuah tas ransel di punggungnya. Ibu Dicky yang melihat itu tentu saja heran."Kamu mau kemana Dicky?""Aku mau ke Bandung ma, mau nyamperin Vina, dia pasti bisa kasih solusi tentang dilema aku ini," Jawab Dicky."Tapi Dicky--""Ma tolong izinin aku ma, hari ini aku bakal balik, ya?" minta Dicky mencium tangan ibunya."Tapi Vina koma Dicky," ujar Ibu Dicky.Dicky tentu saja terkejut mendengar hal itu. Vina adalah sepupu Dicky. Saat Dicky pindah ke Bandung karena masalah itu, Dicky dan keluarga tinggal di rumah Vina sampai ia mend