Share

Bab 20 - Regulasi yang Gagal

Penulis: Night Shade
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-26 07:14:21

“Benar. Pasti kamu ketiduran.” Gilang menghela napas lagi. Wajahnya terlihat putus asa.

“Kenapa muka kamu?”

Elok dapat melihat wajah putus asa itu kali ini. Tergambar jelas. Gilang yang memiliki ekspresi sulit ditebak, kini menurut Elok mudah terbaca.

“Enggak,” jawab Gilang lalu mengusap wajahnya. “Udahlah, lupain aja.” Pria itu mengibaskan tangannya lalu tersenyum pada Elok.

Elok dapat melihat lagi senyum keterpaksaan. Entah kenapa, kali ini dia dapat mengetahui ekspresi wajah Gilang. Sangat jelas sekali baginya.

“Ngomong apa?” Elok mulai bertanya. Mendesak untuk Gilang berkata jujur. “Bilang,” pinta Elok lagi.

Gilang menggeleng lalu menjawab, “bukan yang penting juga dibahas.”

“Masa?” lalu Elok teringat Damar yang marah tadi pagi hingga ponselnya hancur berantakan. “Apa Damar sempat ngomong sama kamu semalam?”

Gilang mengangguk. “Kita ngobrol,” jawab Gilang. “Kok tanya begitu? Bukannya kamu yang kasih HPmu ke Damar?”

Elok mengedipkan matanya. Hilang sudah kejengkelannya pada Gila
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 73 - Pilihan Terjaga

    “Ngapain kamu di sini?!” Suara Damar membahana. Mengulangi kalimat tadi yang tidak dijawab oleh Gilang. Membuat suasana di rumah kecil itu langsung membeku.Gilang berdiri pelan lalu membalikkan badan. “Aku cuma mau bicara. Lima menit. Itu yang Papa izinkan.”Damar masuk tanpa aba-aba. Wajahnya merah padam. “Kamu pikir kamu pahlawan sekarang? Datang-datang, sok jadi penyelamat!”Mata itu terus menatap Gilang seolah akan membakarnya hidup-hidup.Elok berdiri di belakang kursi dengan gugup tapi tetap diam. Dia tahu, ini bukan waktu yang tepat untuk ikut bicara.“Kamu yang selama ini nyaman sudah balik ke luar negeri, tiba-tiba datang lagi dan merasa berhak mencampuri semuanya?” lanjut Damar.Gilang menatap adiknya. Tatapannya berusaha untuk tenang. “Kalau aku nyaman, aku enggak akan pulang. Aku pulang karena tahu ada yang salah,” balasnya. Tiba-tiba dari arah rumah utama terdengar suara gaduh. Pintu utama dibanting terbuka, dan suara teriakan Rima memecah keheningan.“Berani-beraniny

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 72 - Kedatangan Secara Terang-Terangan

    "Itu tadi suara mobil ya, Mbak?" Sari menegakkan tubuhnya dari duduk di lantai dekat kompor kecil. Dia mematikan api dan menoleh ke arah jendela.Hari masihlah gelap. Pukul tiga pagi ketika Sari memutuskan untuk membuat dua cangkir kopi. Dia membuatnya tanpa diminta oleh Elok. Elok yang sedang melipat selimut di kursi kecil ikut menoleh. Jantungnya langsung berdebar. Tidak ada rasa kantuk sama sekali. Dia tadi tidur hanya sepuluh menit lalu salat tahajud pukul tiga pagi. Bunyi pintu pagar besar di sisi samping rumah utama terdengar terbuka jelas. Bukan suara biasa. Langkah kaki berat menyusul setelahnya. Ada suara laki-laki menyapa Seno, satpam yang berjaga malam hingga nanti pukul tujuh pagi."Gilang." Suara Arya terdengar dari arah depan rumah utama, tegas dan tidak terkejut.Elok langsung berdiri dan merapat ke jendela. Dari celah tirai, ia bisa melihat sosok yang tidak asing. Jaket panjang, tas selempang gelap, dan langkah tegap menuju pintu utama. Seno mengikuti di belakang den

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 71 - Kebenaran Tercecer

    "Kamu pernah benar-benar percaya, enggak... kalau seseorang bisa sengaja membiarkanmu terbakar hidup-hidup?"Kalimat itu masih terngiang di kepala Elok meski Teguh sudah lama berlalu dari jendela. Dia tidak tahu pasti sudah berapa lama berdiri di balik tirai. Wuara itu seperti tertinggal di udara lalu membekas.Di sudut ruangan, Sari mulai menggeliat kecil dalam tidurnya. Elok melangkah perlahan menjauh dari jendela. Dadanya terasa sesak seperti tertindih oleh beban yang tidak terlihat.Dia duduk di tepi tempat tidur dengan tangan menggenggam ujung mukena yang tadi dilipat setengah. Pikiran Elok berkelana. Kata-kata Teguh barusan dan cara mengucapkannya seolah membawa kembali memori yang selama ini ia kubur dalam-dalam.“Astagfirulllah,” bisiknya. “Kenapa harus aku yang melewatinya?”Elok memang tidak tahu pasti siapa yang menyebabkan kebakaran itu. Semua orang menuduh Teguh. Tapi ketika Teguh datang justru dengan pertanyaan yang meruntuhkan kebenaran versi keluarga besar itu.Dan itu

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 70 - Bayangan Muncul

    “Dia masih di luar, Mbak,” bisik Sari pelan sambil membawa gelas berisi air hangat. Elok yang duduk di sudut sofa hanya mengangguk. Matanya tak lepas dari tirai jendela yang tadi dia buka. Angin malam masuk pelan, membawa aroma tanah lembap. Cahaya lampu taman menyorot samar ke arah pohon mangga yang berdiri diam di ujung halaman. Langkah Teguh tadi. Suaranya. Tatapannya. Semuanya membuat Elok terdiam lama. Ada yang terasa tidak asing. Bukan karena dia sering bertemu Teguh, tapi karena bayangannya tadi yang berdiri sendirian di dekat jendela rumah kecil itu membuat ingatan Elok meloncat pada sosok lain. Gilang. Cara Teguh berdiri. Tatapannya yang menahan emosi. Bahkan pilihan kata terakhirnya tentang kecelakaan yang bukan murni kecelakaan. Semua itu membangkitkan kembali jejak-jejak samar Gilang yang selama ini hanya Elok simpan diam-diam. Terlalu mirip. Terlalu dekat. “Ya Allah,” gumamnya. Dia kemudian beristighfar sebanyak-banyaknya. “Enggak pantas aku memikirkan Gilang saat aku

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 69 - Yang Belum Diucapkan

    “Mbak, Mas Teguh enggak akan ke sini lagi kan?” Sari bertanya. Saat ini mereka berada di dapur rumah kecil di pagi berikutnya. Sari datang membawa beberapa makanan sarapan untuk dimakan bersama.“Entahlah, Sar.” Elok menjawab seraya mengangkat bahu. Semalam, setelah kedatangan Damar itu, Teguh pergi begitu saja. Akan tetapi Elok tahu, Teguh belum benar-benar meninggalkan rumah itu. Mungkin saja tidur di suatu tempat."Maaf, boleh saya bantu bersihin ini, Mbak?" suara Sari pelan, tangannya menunjuk piring-piring di meja dapur.Elok mengangguk, "Enggak usah dibawa semua, Sar. Nanti aku bantu."Sari menatap ragu. "Mbak, wajah Mbak pucat banget. Duduk aja dulu. Semalam Mbak enggak tidur nyenyak ya?"Elok menoleh, lalu menarik kursi dan duduk perlahan. Bahunya turun naik menahan napas yang tidak kunjung tenang. Di balik pintu yang tertutup, dunia luar terasa terlalu bising.Dia tidak pernah menyangka bahwa langkah Teguh akan memicu begitu banyak perasaan. Teguh tidak punya tempat khusus

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 68 - Pecahan Belum Utuh

    "Mbak Elok, Mas Damar udah masuk lagi ke rumah utama.” suara Sari memecah diam di antara mereka. Wanita itu menurunkan tirai jendelanya. Elok mengangguk pelan, tangannya masih memegang cangkir teh yang belum tersentuh. Pandangannya tertuju pada pintu yang kini tertutup rapat. Teguh menghela napas. "Aku enggak berniat bikin ribut, Mbak Elok. Aku tahu rumah ini udah cukup tegang tanpaku."Teguh duduk di kursi seberang meja makan kecil, diam, tapi sorot matanya tidak tenang. Suara langkah Damar yang sempat terdengar tadi membuat suasana jadi menegang.Elok menatapnya sebentar. "Kamu udah dua tahun enggak kelihatan. Tiba-tiba datang... ya, wajar kalau semua orang kaget." Dia mencoba berpikir logis. "Aku datang bukan buat mereka,” jawab Teguh dengan nada ucapan kesal. “Aku datang karena aku dengar kamu yang terluka. Dan... kamu yang akhirnya donor ginjal ke Anjani."Elok terdiam. Tangannya mencengkeram cangkir lebih erat. Wajahnya tetap tenang, tapi napasnya sedikit berat."Aku tahu kit

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status