Beranda / Urban / Dimanja Suami Pura-pura Buta / Gara-gara Nyonya Baru

Share

Gara-gara Nyonya Baru

Penulis: Ufaira Putri
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-04 16:56:45

“Tuan, saya tidak bermaksud menghina Nyonya. Maafkan saya.”

Noera langsung bersimpuh di kaki Evan, memohon agar tidak dipecat.

Raut wajah Evan berubah garang. Dia tidak bisa mentoleri kelakukan Noera yang sudah berani menghina istrinya seperti itu.

Evan menoleh ke arah asistennya-Tommy, sambil memerintah tegas.

“Usir, pelayan itu!”

“Saya mohon maafkan saya. Tolong jangan usir saya, Tuan!”

Noera semakin histeris, karena takut takut kehilangan pekerjaannya.

Namun Evan tidak menggubrisnya, dia justru memalingkan wajahnya tanpa rasa empati sedikit pun.

“Baik, Tuan.”

Tommy sambil mengangguk patuh, bersiap untuk melaksanakan perintah tuannya. 

Nayla terkejut menyaksikan itu, segera menghampiri Evan. 

Nayla langsung memprotes keras.

“Evan, kenapa harus memecatnya? Kita bisa memberinya kesempatan, tidak perlu dipecat.” 

“Pelayan yang berani menghina majikannya tidak pantas bekerja di sini.”

Evan menanggapi dengan datar, lalu berbalik melangkah untuk meninggalkan dapur.

 Tommy dengan sigap membantu langkah majikannya itu.

Nayla sempat  berbalik ke belakang, tidak tega melihat Noera yang menangis sebegitunya. Lalu dia berinisiatif menyusul Evan untuk membujuknya agar tidak memecat Noera.

“Evan, tidak bisakah kamu mempertimbangkan kembali keputusanmu? Kasihan dia, Evan.”

Nayla berusaha membujuk sambil mengimbangi langkah Evan.

Evan bertanya dengan nada sinis.

“Kenapa kamu begitu peduli dengan pelayan itu?”

“Bukan begitu, hanya saja tidak adil jika dia harus kehilangan pekerjaannya hanya karena masalah sepele,” jelas Nayla.

Mendengar itu, langkah Evan tiba-tiba terhenti, suaranya seketika meninggi dan menusuk tajam.

“Masalah sepele katamu? Ini hari pertamamu sebagai istriku, dan kamu sudah dihina oleh pelayan rendahan seperti itu. Apa itu yang kamu sebut masalah sepele?!”

Sebelum Nayla sempat menjawab, Evan mempercepat langkahnya dan meninggalkan Nayla begitu saja.

“Evan!”

Nayla berteriak memanggil Evan sambil menyusulnya.

Mereka berdua terus berdebat, melewati ruangan dimana ada beberapa pelayan yang sedang melakukan pekerjaan mereka.

Mendengar perdebatan mereka, tiba-tiba saja pelayan berkulit gelap mendekati pelayan berambut pendek, lalu berbisik dengan was-was.

“Kalian lihat, bagaimana Tuan Evan marah pada Noera?”

Pelayan berambut pendek mengangguk pelan, matanya melirik sinis ke arah Nayla.

“Itu semua gara-gara nyonya baru kita. Baru sehari jadi istri Tuan Evan, tapi sudah membuat Noera terusir.”

Tiba-tiba pelayan yang rambutnya di kuncir kuda langsung mengingatkan.

“Ssst ... bicara pelan, nanti kita juga kena seperti Noera.”

Lalu pelayan berkulit gelap kembali menambahkan.

“Memang sih ... Noera itu suka sembarangan kalau bicara.”

Mereka terus berbisik-bisik sambil sesekali melirik Nayla dan Evan yang pergi meninggalkan mereka. 

Sementara itu, Rasti mendengarkan obrolan mereka. Sebagai pelayan paling senior yang paling dipercaya oleh Evan, langsung menatap tajam ke arah rekan-rekannya dengan tatapan penuh peringatan.

Lalu Rasti menegur dengan tegas.

“Kalau kalian terus bergosip seperti ini, aku pastikan kalian juga akan diusir dari rumah ini!”

Para pelayan itu langsung menutup mulut mereka dan kembali fokus pada pekerjaannya.

Kemudian, tatapan Rasti yang tajam beralih mengikuti kepergian Nayla dan Evan. Kali ini, tatapan Rasti penuh arti.

Tiba di ruangan kerja Evan, Nayla terus mengikuti langkah suaminya sambil mengoceh untuk membujuk Evan.

“Apa kamu akan terus mengoceh demi pelayan itu?”

Suara Evan terdengar ketus, membuat Nayla segera menutup mulutnya, menunduk segan bercampur takut.

“Maafkan aku.”

Ingatan Nayla kembali pada kemarahan Evan di dapur tadi. Meskipun wajahnya tampak dingin dan datar, aura kemarahannya sangat menyeramkan dan membuat segan orang-orang disekitarnya.

Hening sejenak, hingga akhirnya kesunyian itu pecah saat Tommy tiba-tiba menyela dengan sopan.

“Maaf Tuan, saya ingin menyampaikan sesuatu. Malam ini ada acara makan malam keluarga, dimana Nyonya Nayla akan diperkenalkan kepada keluarga lain.”

“Pasti ini bagian dari rencana pamanku.”

Evan mulai berspekulasi.

“Rencana?”

Nayla mengerutkan dahinya, bingung dengan maksud Evan.

“Nanti malam, Rasti akan membantumu bersiap,” kata Evan.

Dia menyadari kebingungan Nayla, namun tidak berniat untuk menjelaskan maksud perkataannya pada istrinya itu.

Meski masih penasaran, Nayla hanya mengangguk patuh sambil menggerutu dalam hati.

‘Terserah kamu saja, Tuan.’

Begitu malam tiba, Nayla dan Evan bersiap berangkat menuju kediaman Daviandra.

Nayla terlihat anggun dengan balutan gaun malam berwarna merah marun, sungguh sangat serasi dengan setelah jas hitam yang dipakai Evan.

Sepanjang perjalan Nayla dan Evan tidak banyak bicara.

Hingga tiba di rumah keluarga Daviandra, Nayla terpukau oleh kemegahan rumah tersebut. Lampu gantung kristal yang berkilau dan perabotan mewah yang tertata rapi menambah keindahan suasana.

Di sisi lain, Evan, dengan tongkat putihnya, menelusuri lantai di bawah kakinya, tersenyum mendengar desahan kagum dari Nayla.

Namun kekaguman Nayla segera memudar saat seorang wanita berpenampilan modis muncul dari balik pintu besar, menatap ke arah mereka dengan pandangan merendahkan.

Dengan nada mengejek dan sinis, dia berkomentar.

“Kalian memang pasangan yang serasi. Satunya buta, dan satunya buruk rupa.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 11

    “Adelia?!”Nayla terkejut saat menoleh ke arah suara sinis itu, yang ternyata berasal dari saudara tirinya, Adelia.“Bu Adelia?”Bahkan, sekretaris yang sebelumnya bersikap tidak sopan kepada Nayla, langsung menyambut hormat pada Adelia.Adelia menarik garis senyum tipis. Dengan langkah anggun dan gaya formal yang justru terkesan sensual dan menggoda, dia mendekati Nayla dan Evan. Adelia langsung menatap Evan dengan tatapan memperhatikan. Lalu dia bergumam dengan nada yang lembut.“Oh, ternyata ini suamimu, Tuan Evan Daviandra?” Nayla melirik ke arah Evan, berusaha menahan kesal karena tatapan Adelia jelas sengaja menggoda suaminya.Meskipun Adelia tahu tentang Evan, tapi dia tidak sempat bertemu dengannya sebelumnya. Bahkan, di acara pernikahan Nayla dan Evan yang diatur begitu singkat, dia sama sekali tidak hadir di acara pernikahan itu karena sedang berlibur ke luar negeri.Belum sempat Nayla memberikan respon, Adelia kembali berkomentar sambil tersenyum sinis. “Kalau saja kamu

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Rasa Heran & Curiga

    “Iya, sayang!”Nayla menekankan kata 'sayang' dengan serius, menunjukkan kesungguhannya dalam memanggil Evan dengan panggilan itu. Hening sejenak terdengar dari balik telepon, sebelum akhirnya Evan kembali bersuara. “Waktumu hanya satu jam. Aku akan sampai dalam satu jam.”“Hah?!”Nayla terkejut mendengar itu. Dia sama sekali tidak menyangka urusan Evan akan selesai secepat itu.“Kalau begitu, aku akan bersiap-siap dulu! Dah ....”Nayla segera menutup telepon. Dia langsung mempersiapkan diri sebelum Evan tiba di rumah. Baru saja selesai bersiap, tiba-tiba Rasti mengetuk pintu dan masuk ke kamar. “Nyonya, Tuan Evan sudah menunggu di mobil.”Mendengar itu, Nayla menjerit panik. “Astaga! Cepat sekali dia datang!”Rasti langsung berinisiatif untuk membantu Nayla dengan merekomendasikan tas pilihannya. Dia menyodorkan tas merah terang yang kontras dengan warna outfit Nayla.“Ini tasnya, Nyonya.”Melihat tas itu, kening Nayla refleks mengkerut keheranan dengan tas yang dipilihkan Rasti

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Memanggil Sayang

    “Jangan bilang, kalau kamu juga menyelidiki tentang Adelia?!”Suara Nayla seketika meninggi penuh keterkejutan.“Besok aku akan menemanimu.”Evan membalas tanpa mau menjawab pertanyaan Nayla. Dia merasa kalau istrinya itu terlalu lugu dan bodoh. Padahal dia sudah menjelaskan sebelumnya kalau Evan sudah memastikan latar belakang calon Nayla.Nayla tersenyum mendengar perkataan Evan, seketika rasa terkejutnya menghilang. Dia berharap, besok tidak hanya berkunjung ke kantor ayahnya, tapi juga bisa sekaligus singgah ke rumah orang tuanya. Evan dan Nayla akhirnya berbaring untuk tidur. Kali ini, Evan tidak membelakangi Nayla. Tangan kekarnya meraih pinggang ramping Nayla, merapatkan tubuh mereka untuk saling berpelukan. Meskipun terasa canggung, Nayla membalas pelukan Evan, dan mereka melewati sisa malam itu dalam pelukan hangat satu sama lain.Keesokan harinya, Nayla membantu Evan bersiap untuk pulang ke rumah.“Tommy sudah menunggu kita di lobby,” kata Nayla sambil merapikan dasi di leh

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Malam Panas Bersama

    “Ini sakit sekali!”Nayla merintih, menahan sakit di bawah tubuh kekar Evan. Setelah Evan mencapai puncak kepuasannya, dia menggulingkan tubuhnya ke sisi kiri Nayla sambil menghela napas panjang.Evan lalu bertanya sambil mengatur napasnya yang masih terengah-engah.“Apa kamu mau langsung mandi?”Nayla menoleh ke samping, menatap Evan dengan sudut matanya yang berair, lalu mengangguk.“Apa kamu juga mau mandi, Evan?”Evan menggeleng pelan. “Kamu saja.”Dia lalu berbaring miring membelakangi Nayla.Nayla terdiam menatap punggung lebar Evan, dengan selimut yang menutupi setengah badan mereka.“Kalau begitu aku mandi dulu,” kata Nayla.Dia bangkit dari tempat tidurnya.“Aaah .…”Nayla menjerit pelan saat menapakkan kaki di lantai, rasa nyeri menusuk bagian bawah tubuhnya. Mendengar itu, Evan mengernyit penuh perhatian, lalu berbalik menghadap Nayla.“Kamu kenapa?” tanya Evan dengan nada heran.“Ti-tidak, aku tidak apa-apa, Evan.”Nayla mengelak, berusaha menyembunyikan sakit yang dirasa

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Memandikan Suami

    “Paket kamar pengantin?!”Suara Nayla terdengar tinggi, penuh kejutan mendengar Evan yang tiba-tiba meminta kamar hotel dengan paket kamar pengantin baru. Evan hanya merespon dengan senyum tipis. Nayla merasakan debaran yang sangat kencang di dadanya, wajahnya memerah karena rasa malu. Dia mulai berpikir, kalau Evan mungkin sudah siap untuk melanjutkan malam pertama mereka yang sempat tertunda.Sesampainya di hotel, Nayla dan Evan memasuki kamar pengantin yang telah dipesan. Kamar itu dihiasi dengan berbagai bunga dan lilin yang menambah kesan romantis. “Evan, mau mandi dulu? Aku bantu, ya?” tanya Nayla dengan nada lembut. Evan menghela napas panjang dan mengangguk, menerima tawaran Nayla.“Nanti Tommy akan membawa pakaian untuk kita.”Evan berpesan sambil menyerahkan tongkat penuntunnya pada Nayla. “Iya, nanti aku akan siapkan pakaianmu,” jawab Nayla.Nayla membantu Evan duduk di tepi tempat tidur. Sebelum membantu Evan lebih lanjut, Nayla membenahi dirinya sendiri dengan melepask

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Menginap di Hotel

    “Evan, sebaiknya kita pulang.” Kaki Nayla berjinjit menyetarakan tingginya dengan Evan, berbisik memberi isyarat untuk segera meninggalkan tempat itu. Dia merasa semakin tidak nyaman berada di tengah keluarga Evan yang penuh ketegangan, ditambah dengan ejekan yang diterimanya dari Serin dan Auliana.Evan menoleh pada Nayla, kemudian mengangguk mengiyakan. Keduanya hendak melanjutkan langkah untuk pergi.Namun, Auliana langsung mencegah mereka. “Evan, kamu tidak menolak pengajuan Kane untuk mendapatkan posisi tetap di perusahaan, kan?!”Nayla mencoba angkat bicara. “Evan–”Tapi Evan langsung mengkode untuk berhenti bicara. Tangan Evan terangkat, dengan raut wajahnya yang terlihat begitu dingin namun tegas.Nayla menelan ludahnya, tak berani lagi untuk bicara.“Aku sudah bilang, Bibi bisa tanyakan itu pada Kane.” Evan menyahut dingin.“Ma, nanti aku jelaskan,” pungkas Kane.Kane merasa kalau Evan tidak bisa dipaksa untuk bicara sekarang-sekarang ini. Membiarkan mereka pergi adalah pilih

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status