Share

Bab. 5

Author: Ufaira Putri
last update Last Updated: 2025-06-04 17:01:46

‘Siapa dia?’

Nayla membatin, sambil menatap dengan penasaran sosok pria yang tampaknya seusia dengan Evan. Pria yang baru datang itu terlihat begitu bersahabat dengan senyuman yang lebar.

“Akhirnya kamu sampai juga, Kane.”

Auliana menyambut dengan penuh sukacita kedatangan putranya, Kane Mantovani.

Kane adalah sepupu Evan. Kane baru saja pulang dari luar negeri setelah mendengar kabar pernikahan Evan. Saat ini dia menjadi kebanggaan keluarga Daviandra karena banyak membantu mengelola perusahaan selama ini. Apalagi sejak Evan mengalami kebutaan, posisinya dalam keluarga semakin tersisihkan oleh Kane.

Kane langsung mendekati Evan sambil tersenyum.

“Evan, sudah lama sekali, ya.”

Ekspresi wajah Evan seketika menegang. Kedatangan Kane sepertinya tidak membuatnya senang sama sekali.

Evan menjawab dengan dingin. “Ya, sudah lama sekali, Kane.”

Kane masih dengan senyuman yang lebar, langsung mengambil posisi duduk di samping kiri Evan berseberangan dengan Nayla. Dia bersandar dengan culas, sebelum akhirnya pandangannya tertuju pada Nayla.

Kane langsung mengerutkan alisnya, memperhatikan wajah Nayla yang dipenuhi luka bakar. Nayla yang menyadarinya langsung tertunduk, rasa percaya dirinya semakin menurun di hadapan semua anggota keluarga Evan.

Tiba-tiba Alex menyela tegas. “Selesai makan, ada yang mau paman bahas dengan kalian berdua, Evan, Kane.”

Pandangan Kane langsung beralih pada Alex. Dia kembali mengulas senyuman lebarnya.

Kane menjawab, “Tentu, Paman.”

Selama makan malam berlangsung, Evan hanya diam menikmati makanannya tanpa ekspresi. Nayla pun kesulitan menelan makanannya, merasa terganggu oleh tatapan sinis sekaligus jijik dari Auliana dan Serin.

Selesai makan, Tommy mengantarkan Evan ke ruangan pribadi Alex. Sementara Nayla, dia bergabung dengan Serin dan Auliana untuk minum teh bersama di ruang keluarga.

“Jujur ya, Kak, aku sama sekali tidak mengerti kenapa kak Alex menikahkan Evan dengan si Nayla. Lihat saja, sudah wajahnya jelek, perusahaan keluarganya juga hampir bangkrut. Merepotkan saja!”

Auliana kembali berkomentar mengejek Nayla.

Nayla masih diam menerima ejekan Auliana, hingga seorang pelayan itu segera menyiapkan cangkir teh dan menuangkannya untuk mereka bertiga.

Seolah tidak puas, Auliana kembali berceletuk untuk mengejek Nayla.

“Untung saja Evan itu buta. Bayangkan saja kalau dia tidak buta? Pastinya dia akan terus merasa ditemani hantu setiap malam.”

Serin tersenyum miris, mencoba menegur sekaligus menyindir kembali.

“Jangan bicara begitu, Aulia. Bagi Evan, dia secantik bidadari. Hahaha ....”

Nayla diam sejenak, berusaha menahan diri dari segala ejekan yang dilontarkan oleh keluarga Evan malam itu.

Dia lalu menarik napas dalam-dalam. Secara tiba-tiba dia merasa memiliki keberanian untuk membalas ejekan Auliana dan Serin.

“Bukannya tadi bibi bilang kami itu pasangan serasi? Itu sebabnya kalian sengaja menikahkan Evan yang buta, dengan aku yang buruk rupa.

Auliana langsung merasa kesal. “Wah … ternyata kamu berani juga, ya?”

Di sisi lain, raut wajah Serin seketika berubah tegang. Dia tidak menyangka, kalau Nayla ternyata bisa membela diri juga.

Serin berpikir penuh keragu-raguan. ‘Selama ini, aku cukup kerepotan mengurusi Evan. Apa suamiku yakin, si Nayla bisa mengatasi Evan sepenuhnya?’

Tak lama kemudian, Evan datang bersama Tommy yang membantunya berjalan. Dan Kane menyusulnya dari belakang.

“Nayla,” panggil Evan.

Nayla langsung menoleh dan bergegas bangkit. Dia menghampiri Evan sambil bertanya.

“Sudah selesai?”

Evan hanya membalas dengan anggukan pelan.

Seolah mengetahui kalau Nayla dijadikan cemoohan Auliana dan Serin, Evan langsung melontarkan pertanyaan dengan penuh kecurigaan.

“Apa semua baik-baik saja?”

“Ya, Evan. Semuanya baik-baik saja. Kami hanya minum teh sambil mengobrol,” jawab Nayla gugup.

Evan diam sejenak, mencoba memahami situasi yang terasa tegang.

Auliana dan Serin, yang sebelumnya riuh mengejek Nayla, kini ikut terdiam. Melihat suasana semakin memanas, Kane berusaha meredakan ketegangan.

“Sudahlah, kita sebaiknya lanjut minum teh bersama,” ajak Kane.

Evan menoleh tajam ke arah Kane, penuh peringatan. Seolah-olah, dia ingin mengingatkan kembali pada Kane tentang pembahasan tadi di ruangan Alex.

“Kami akan langsung pulang!”

Kane langsung terdiam. Dia yang awalnya begitu percaya diri di hadapan Evan, kini nyalinya langsung menciut mengingat obrolannya dengan Alex dan Evan tadi.

Nayla yang tidak tahu apa yang sebenarnya mereka obrolkan di dalam. Dia hanya diam, mencoba membaca situasi melalui ekspresi wajah mereka berdua.

Auliana seolah menyadari sesuatu, matanya langsung terbuka lebar dan beranjak bangkit mendekati Evan.

“Evan, kamu tidak menolak saran pamanmu, kan?”

Sejak lama, Auliana sudah berharap putranya bisa mendapatkan posisi tetap di perusahaan. Karena setelah kecelakaan yang dialami oleh Evan, dan menjadi penyebab utama kebutaannya. Dia tidak suka kalau Kane hanya dijadikan sekedar pembantu saja, tanpa memiliki posisi yang jelas dan tetap di perusahaan.

“Tanyakan itu pada Kane.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 130

    “Aku benar-benar takut, Evan. Sungguh, aku takut.”Nayla terisak di dalam pelukan suaminya. Tak kuasa menahan rasa takut kehilangan ibunya.“Sudah sayang, kamu yang tenang, ya. Semuanya pasti bakalan baik-baik aja, kok,” bujuk Evan.Nayla mengangguk mengiyakan. Dia semakin membenamkan wajahnya di dada Evan.Sesampainya mereka di rumah. Nayla langsung melangkah masuk begitu saja, meninggalkan Evan di belakangnya. “Bu, tolong, Evan masih di belakang. Kamu samperin dia, ya,” pinta Nayla pada Rasti.Rasti mengangguk. “Baik, Nyonya.”Sementara Rasti segera menghampiri Evan. Nayla melanjutkan langkahnya menuju ke kamarnya. Dia menghela napas panjang, begitu membuka pintu.“Ya Tuhan … bagaimana ini? Bagaimana kalau Ibu tidak segera mendapatkan donor ginjal?” gumam Nayla, masih terbebani pikirannya mengenai Nasyila.Nayla melangkah masuk, menuju ke tempat tidur. Helaan napasnya berat, dadanya terasa sesak, dan pikirannya begitu kalut, ditambah tubuhnya yang terasa sangat lelah.Begitu sampai

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 129

    “Untuk saat ini, donor ginjal tidak tersedia di rumah sakit ini.Dokter itu menjawab sambil memasang raut wajah menyesal.Nayla menatap dokter dengan tatapan nanar.“Lalu, bagaimana Dok? Apa yang harus saya lakukan?” tanya Nayla penuh desakan.Dokter itu menunduk sejenak, tampak berpikir keras.“Kami akan berusaha mencari donor ginjal secepatnya. Tapi, terus terang, Nyonya Nayla, waktu kita sangat terbatas. Kondisi ibu Anda bisa memburuk kapan saja,” balas sang Dokter.Nayla menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata yang kembali mendesak keluar. “Apa tidak ada cara lain, Dok? Apa tidak ada rumah sakit lain yang memiliki donor ginjal?” tanya Nayla kembali.“Kami sudah menghubungi beberapa rumah sakit besar di negara kita, tapi hasilnya nihil. Semua rumah sakit juga sedang kekurangan donor ginjal,” jawab dokter dengan nada menyesal.Nayla terduduk lemas di kursi tunggu. Dunianya terasa runtuh seketika. Ibunya membutuhkan transplantasi ginjal secepatnya, tapi rumah sakit tidak memi

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 128

    “Maaf, Bu. Ibu nunggu lama, ya?”Nayla masuk ke dalam mobil, menatap Nasyila dengan khawatir. Disusul, Evan juga masuk ke dalam. Kali ini, Evan duduk di kursi depan, samping Tommy yang menyetir mobil mereka.“Nggak apa-apa, Nay. Ibu senang, kok, karena akhirnya Ibu bisa pergi,” balas Nasyila dengan lembut.Nayla menghela napas lega, kemudian menyunggingkan senyuman kaku. “Syukurlah, untung Evan datang.” Nayla menoleh ke depan, melihat suaminya yang duduk di kursi depan mobil, selalu kembali tersenyum.“Lain kali, jangan datang ke sini sendirian, ya, sayang,” peringat Evan dengan nada dingin. “Aku khawatir, kamu tidak bisa menangani mereka sendirian.”Nayla menghela napas panjang, kemudian tertunduk lesu.“Maafin aku, Evan. Pikiranku terlalu kacau, aku tidak berpikir sampai kesana,” keluh Nayla dengan nada sedih.Evan menghela napas berat. Dia mengerti, kenapa istrinya bisa memiliki pikiran yang cukup kotor. ‘Pasti kamu masalah di hotel,’ pikir Evan.“Maaf, aku sudah membebanimu den

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 127

    “Kamu berani mengancam ayah mertuamu sendiri, Evan?!”Marissa langsung ikut angkat bicara dengan nada tinggi. Tatapannya tajam, menatap Evan tanpa rasa takut. Evan tersenyum sinis. Semakin lama, dia semakin paham bagaimana karakter masing-masing dari anggota keluarga istrinya. “Kalau memang itu diperlukan. Apa boleh buat?” sahut Evan dengan entengnya. Ghavin mendengus kesal. Mencoba mengontrol emosinya. Karena dia tahu, menantunya Evan tidak akan mudah ditundukkan seperti putrinya, Nayla. Dia harus menghadapinya dengan hati-hati. “Bukan begitu maksud Papa, Evan. Tapi, kamu juga kan seorang suami. Harusnya kamu tahu kan posisi Papa?” Ghavin mencoba menjelaskan dengan tenang dan lembut. “Bagaimana perasaan kamu, tiba-tiba istrimu sendiri dibawa tanpa seizinmu?”Evan tertunduk sesaat sambil tersenyum sinis. Dia merasa kalau perkataan ayah mertuanya itu sama sekali tidak masuk akal. Karena, sama sekali tidak mencerminkan tindakannya sendiri. “Enteng sekali Anda berbicara seperti itu,

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 126

    “Tidak bisa! Kamu nggak bisa pergi dari sini. Aku tidak akan mengizinkanmu, Nasyila!”Ghavin melotot tajam. Menentang keras rencana Evan dan Nayla membawa Nasyila tinggal di rumah mereka.Nayla maju selangkah lebih dekat kepada ayahnya. Wajahnya terangkat, seolah menantang sama ayah dengan penuh keberanian. “Kenapa, Pa? Kenapa Papa nggak mau kalau aku ajak Ibu untuk tinggal di rumah kami?” tanya Nayla dengan nada menantang. Ghavin mendengus kesal. Tatapan tajamnya kini berarah kepada Nayla. “Nggak! Pokoknya Papa nggak bakal mengizinkan kalian membawa Ibu kalian pergi dari sini!” pungkas Ghavin menegaskan.Mendengar itu, Evan terdiam namun tatapannya menusuk tajam ke arah ayah mertuanya. Auranya terasa mencekam, sekaligus dingin, namun penuh otoritas. “Anda mengizinkan atau tidak, kami tetap akan membawa Ibu pergi dari sini!” Evan pun ikut mengambil keputusan dengan tegas. Membuat Ghavin tercengang menatapnya.“Kenapa? Anda keberatan, Tuan Ghavin?” Lanjut Evan bertanya dengan penu

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 125

    “Kalian mau kemana?”Adelia dan Marissa seketika menghadang Nayla, dan Evan yang keluar bersama dengan Nasyila.“Mau dibawa kemana, dia?” tanya Adelia kembali mendesak.Nayla yang berdiri tegap, menelan ludahnya sambil melayangkan tatapan tajam kearah mereka berdua.“Aku mau bawa Ibu ke rumah sakit. Lalu, Ibu bakalan tinggal bareng kami.” Sejenak, Nayla melirik pada Nasyila. Lalu balik lagi menatap Adelia dan Marissa dengan tatapan tajam. “Kalau kalian mencoba menghalangiku. Aku pastikan, akhirnya nggak akan baik untuk kalian berdua,” lanjut Nayla mengancam.Adelia tertawa sinis, lalu melipatkan kedua tangannya di dada. Mengangkat wajahnya dengan angkuh. Bibirnya menyunggingkan senyum dingin yang menusuk, dengan tangannya yang menunjuk tajam ke arah Nasyila.“Oh, jadi kamu mau bawa beban itu keluar dari rumah ini?” tanya Adelia dengan merendahkan, penuh sindiran terselubung. Nayla yang berdiri tak jauh dari situ, dadanya naik-turun menahan amarah, mendengus keras. Tatapannya membar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status