Share

Part 3

POV ARSEN

____________

Musibah yang menimpa keluarga kami sungguh diluar dugaan, harus hari ini adalah hari yang berbahagia buat adiku Riko. Dia akan menikah dengan wanita yang dia cintai, tapi kecelakaan itu merenggut nyawanya ditempat itu juga. 

"Arsen pergilah ke tempat pernikahan, kamu harus mengantikan adikmu menikahi Elvira. Meskipun kita tengah bersedih tapi kita tidak boleh mengacaukan acara pernikahan ini. Papa masih punya anak laki-laki yaitu kamu, pergi sekarang juga," titah papa kepadaku.

Dengan berat hati akhirnya aku pergi hanya dengan seorang sopir ke acara pernikahan itu, aku ceritakan semuanya termasuk perintah papa. Tanpa banyak diskusi akhirnya aku mengantikan adikku menikahi wanita itu.

Di malam hari setelah kami sampai dirumah aku meninggalkannya seorang diri di kamarku, aku pun tidak tahu apa yang harus aku lakukan kepadanya dan pilihan itu aku rasa yang terbaik. Kami semua dalam situasi kehilangan, tidak bisa saling menguatkan. 

Sejujurnya saat dulu pertama kali aku bertemu dengannya aku sudah tertarik padanya. Dia wanita yang ceria tapi lembut dalam berbicara, senyumannya manis dan menawan. Wajahnya juga terlihat cantik dan terawat. Tapi nyatanya dia lebih nyaman dengan adikku Riko, dan ternyata Riko pun menyukainya. Tentu saja, meskipun kami sama-sama memiliki wajah yang tampan tadi Riko lebih pandai dalam meraih hati wanita.

Tidak sepertiku, aku tidak tahu cara merayu wanita, aku tidak tahu cara mendapatkan hati mereka. Keinginan papa menjadikan ku penerusnya membuat aku sibuk belajar hingga tidak pernah belajar cara menyenangkan wanita. Mungkin wanita menganggap diri ku kaku dan tidak menyenangkan. 

Pagi itu saat mama menyalahkan dia atas kematian Riko aku melihat dia menangis, ingin rasanya aku bawa dia kedalaman pelukanku dan memberikan kenyamanan dalam dirinya. Aku ingin mengatakan kalau dia tidak sendirian dirumah ini, ada aku suaminya yang akan menjaganya. Tapi aku takut dia akan menolakku jadi aku putuskan untuk bersikap acuh padanya. 

Kemarahan ku meledak saat dia memaksa untuk pergi ke makam Riko, setidaknya jangan sekarang. Aku tidak mau dia meratap dan menangis disana, aku tidak akan sanggup melihatnya. 

Apa aku salah melarang dia, apa seharusnya dia memang kesana. Mungkin dia ingin mengucapkan kata-kata terakhir untuk orang yang dia cintai, orang yang seharusnya menjadi suaminya. 

"Aaakk...!" aku frustasi dengan semua ini. Tiba-tiba papa masuk ke ruang kerjaku.

"Arsen, papa mau bicara denganmu," papa berkata sambil duduk didepan meja kerjaku.

Aku yang sedang pura-pura sibuk akhirnya menghentikan aktivitas dan menatap kearah papa. 

"Sekarang kamu yang menjadi suami Vira, berlakulah selayaknya seorang suami. Kamu harus menjaganya, pasti dia juga merasa kehilangan. Terlebih lagi mamamu sekarang membencinya, pastikan dia tidak kesepian disini." Papa berbicara tanpa jeda. 

"Papa lihat kalian tidur terpisah, kembalilah tidur di kamarmu sendiri," ucap papa lagi. 

Aku hanya bisa diam tak tahu mau berkata apa, jika ini menyangkut pekerjaan aku akan selalu punya jawaban tapi jika menyangkut wanita aku tidak tahu harus berbuat apa. 

"Jagalah dia untuk papa, dia sudah papa anggap seperti anak perempuan papa sendiri," papa berkata sambil menepuk bahuku dan berlalu keluar ruangan.

 Kepalaku berdenyut, pusing memikirkan semuanya. Akhirnya aku memutuskan untuk mengirup udara segar dari balkon, saat melihat bunga-bunga itu dari atas aku melihat Vira sedang menyiram bunga disana. Terdengar dia mengajak bicara bunga-bunga itu, aku tersenyum tipis.

Wanita itu memang wanita yang tidak biasa, bisakah aku mendapatkan hatinya. Saat dia melihat kearahku dia terlihat tidak peduli kemudian masuk kembali kedalam. Aku hanya busa menarik nafas dalam-dalam.

Akhirnya akupun memilih masuk ke kamar dan berniat mengosongkan salah satu sisi lemariku, sebelumnya aku meminta bi Sumi untuk menyuruh Vira ke kamar. 

Setelah dia masuk ke kamar aku menyuruhnya melakukan ini dan itu, tapi dia diam tidak menjawab maupun melakukan apa yang aku suruh. Aku kesal dibuatnya, hingga ku berkata sambil menatapnya tajam. 

Aku tidak menduga dia akan menangis dan melupakan semua emosinya, setelah itu dia bilang tidak mau disini lagi. 

Melihat hal itu aku reflek mengejar dan memeluknya, kali ini aku bergerak mengikuti naluriku tanpa banyak berpikir. Aku bisikkan kata maaf di telinganya, dan dia hanya diam tidak berusaha menolak ku. 

Ah... ternyata seperti ini rasanya memeluk seorang wanita, hangat dan nyaman. 

"Ayo aku antar ke makam Riko," aku berkata padanya yang masih diam membeku. 

Mendengar perkataanku dia membalikkan badan dan menatapku, " benarkah?" dia bertanya dengan mata yang berbinar. Mata itu adalah mata yang selalu ku kagumi dalam diam. 

"Iya, berkemaslah aku akan menunggumu di mobil," segera aku keluar dari kamar. Aku tidak mau terlarut dalam suasana ini, bagaimana pun aku hanyalah suami pengganti. Mungkin Vira butuh lebih banyak waktu untuk menerimaku. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fitriyani Puji
oh dia sudah jatuh cinta duluan cinta pndangan pertama
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status