Share

Bab 65

Penulis: Tiffany
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-17 21:29:33

Pada akhirnya mereka berada di rumah di kediaman mereka, setelah bergelut dalam perjuangan melahirkan buah hati Sadewa dan Alika.

Tentu saja melahirkan tidak mudah dan perjuangannya pun jelas tidak mudah tapi syukurnya mereka mampu melewati segalanya.

"Masih sakit?" Suara Sadewa terdengar pelan dan penuh kekhawatiran. Nada suaranya nyaris seperti bisikan, seolah tak ingin menyakiti perasaan Alika, atau mungkin karena hatinya sendiri yang terasa perih melihat istrinya masih kesakitan. Tatapan matanya tak pernah lepas dari wajah Alika yang pucat namun berusaha menampilkan senyuman terbaiknya.

Mereka berada di kamar mandi saat ini di mana Sadewa mencoba untuk membantu Alika membersihkan dirinya.

Alika hanya mengangguk pelan, kemudian tersenyum lirih, senyum yang dibentuk dari ketegaran. “Sudah cukup baik,” jawabnya, meski jelas sekali tubuhnya belum kembali pulih sepenuhnya. Ia masih sulit duduk dengan tegak, apalagi berdiri lama. Rasa nyeri di sekujur tubuh masih terasa, seperti luka
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 116

    Pelukan mesra itu begitu jelas terlihat di hadapan Bagas, seolah sebuah pemandangan yang sengaja dipertontonkan untuk melukai batin siapa pun yang kebetulan menyaksikannya. Bagas berdiri terpaku, tubuhnya kaku seakan tanah di bawah kakinya membatu. Jarak mereka tidak terlalu jauh, mungkin hanya sekitar lima meter saja. Jarak yang begitu dekat sehingga ia bisa menangkap setiap detail dari adegan itu—setiap gerakan, setiap senyum, bahkan setiap desahan tawa yang terdengar samar. Dan betapa terkejutnya ia, karena dua sosok yang sedang berpelukan itu adalah dua orang yang sangat ia kenal. Wajah mereka bukanlah wajah asing, justru sebaliknya—wajah-wajah yang terpatri kuat dalam ingatan Bagas, meski salah satunya kini telah berubah begitu drastis, nyaris tak bisa ia kenali lagi jika bukan karena tatapan matanya.“Alika…!” suara itu meluncur dari bibir Bagas tanpa bisa ia kendalikan. Nama itu menggema lirih namun tegas, menggetarkan udara di sekelilingnya.Mata Bagas tertuju pada sosok perem

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 115

    Lama waktu berlalu, Bagas masih memilih untuk memejamkan kedua bola matanya rapat-rapat. Entah mengapa, ada rasa enggan yang begitu kuat untuk berani membuka mata, seolah-olah jika pandangannya bertemu dengan kenyataan, hidupnya akan benar-benar runtuh malam itu juga. Bagas takut. Terlalu takut. Sebab, kemungkinan terburuk yang berputar-putar di dalam kepalanya adalah menemukan orang yang paling ia cintai—istrinya sendiri, Naila—sedang berselingkuh, bercinta dengan laki-laki lain di kamar hotel ini.Hanya membayangkan kemungkinan itu saja sudah cukup untuk membuat akal sehatnya serasa terancam tercerabut. Bagas tidak yakin apakah dirinya mampu tetap waras jika benar-benar mendapati hal itu di depan mata. Ia tahu, bisa saja ia kehilangan kendali, bisa saja dirinya menjadi orang yang tidak lagi dikenali siapa pun, bahkan oleh dirinya sendiri.Keheningan malam merambat begitu dalam. Sunyi itu seperti menjerat ruang dan waktu, menusuk hingga ke dalam dada Bagas yang masih terbaring dengan

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 114

    Akhirnya keinginan Bagas terkabul. Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang, sang manajer hotel dengan wajah dingin yang seolah-olah tidak pernah menunjukkan simpati sedikit pun, mengizinkan Bagas untuk naik ke lantai atas dan masuk ke kamar yang dimaksud. Bagas merasa seakan beban berat yang sejak tadi menekan dadanya sedikit berkurang, meski di sisi lain justru muncul kegelisahan baru yang tidak kalah besar. Langkah kakinya terasa berat, seolah setiap pijakan di lantai marmer hotel itu menyeret beban masa lalu yang tidak pernah benar-benar selesai.Di sisi lain, sosok Sadewa yang berdiri tidak jauh darinya sama sekali tidak menunjukkan gelagat akan ikut campur. Pria itu seakan tidak memiliki kepentingan atas apa yang sedang terjadi, tidak merasa perlu ikut serta dalam drama yang tengah Bagas hadapi. Gerak-geriknya justru memperlihatkan ketidakpedulian yang menusuk. Alih-alih mendekat atau sekadar memberi tanda perhatian, Sadewa malah tampak sibuk berbicara dengan seseorang yang

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 113

    “Kenapa kamu ada di sini?”Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Bagas, terdengar lebih cepat dan lebih kasar dari yang seharusnya. Ia bahkan tidak sempat menimbang kalimat lain yang lebih halus, karena kegelisahan sudah mendesak dadanya sejak pertama kali pandangan matanya tertumbuk pada sosok laki-laki di hadapannya. Tubuhnya menegang, jantungnya berdegup tidak karuan, seolah-olah ada sesuatu yang besar, gelap, dan berbahaya tengah melayang-layang di udara, siap jatuh menimpa dirinya kapan saja.Laki-laki itu—Sadewa. Nama yang tidak asing di telinganya, wajah yang hampir mustahil dilupakan, sosok yang dalam pandangan banyak orang digambarkan sempurna. Dan kini, ia berdiri tepat di hadapan Bagas, membuat seluruh pikirannya kalut, penuh spekulasi, penuh prasangka.Sadewa… Ya, dia laki-laki yang selama ini dianggap banyak orang sebagai definisi kesempurnaan seorang pria. Wajahnya tampan dengan garis tegas, tubuhnya tegap, sikapnya selalu tenang. Tidak pernah sekali pun Bagas m

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 112

    Enam Tahun yang LaluKampus XXXXX JakartaTatapan mata Bagas terhenti pada sosok perempuan yang seharusnya tidak lagi ia lihat, seorang gadis sederhana yang pernah ia rusak masa depannya hampir dua bulan lalu. Atau mungkin sudah lewat lebih lama dari itu—Bagas bahkan tak ingat persis kapan peristiwa itu terjadi. Yang jelas, ia yakin sudah mendekati dua bulan sejak malam penuh dosa itu. Malam di mana ia menghancurkan mahkota kesucian seorang gadis bernama Alika, dengan dalih janji manis pernikahan yang sesungguhnya hanya kebohongan.Bagas mengingat samar bagaimana gadis itu percaya penuh pada ucapannya, menerima rayuan kosongnya, dan menyerahkan sesuatu yang paling berharga dengan harapan akan diikat dalam janji suci. Namun, bagi Bagas, semua itu tidak lebih dari permainan. Mana mungkin ia benar-benar menikahi gadis miskin yang bahkan pakaiannya terlalu sederhana, jauh dari standar pergaulan yang ia kenal? Tidak mungkin, tidak selevel, dan sungguh tidak pantas.Pernikahan yang ia janji

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 111

    Hotel xxxxxx Pusat KotaPesan singkat itu masih jelas terpampang di layar ponsel Bagas."Hotel xxxxxx pusat kota."Itulah kalimat terakhir yang ia terima melalui WhatsApp, sebuah pesan singkat namun cukup untuk membuat seluruh tubuhnya terasa panas, seakan darah mendidih di dalam nadi. Tanpa pikir panjang Bagas langsung melajukan mobil menuju alamat yang tertera. Pedal gas ia pijak dalam-dalam, jarum speedometer terus merayap naik, melawan arus lalu lintas yang padat. Ia tidak peduli pada klakson kendaraan lain yang berbunyi panjang, tidak peduli pada tatapan kesal para pengendara yang ia lewati dengan kecepatan nyaris gila. Yang ada di pikirannya hanya satu: bagaimana caranya sampai secepat mungkin di hotel itu.Setiap detik terasa begitu panjang. Di kepalanya, bayangan wajah Naila berkelebat silih berganti. Wajah istrinya ketika tersenyum, ketika memeluknya dengan hangat, lalu wajah yang kini mungkin sedang bercumbu dengan pria lain di dalam kamar hotel mewah itu. Dada Bagas bergeta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status