Home / Zaman Kuno / Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam / Bab 99 : Bukan Tidur Yang Itu

Share

Bab 99 : Bukan Tidur Yang Itu

Author: Xiao Chuhe
last update Huling Na-update: 2025-04-08 11:21:40

Xue Ningyan menahan napas saat Shen Qi semakin merapatkan tubuh ke arahnya. Karena merasa canggung, ia kembali berdiri, tapi justru malah kehilangan keseimbangan.

Xue Ningyan yang nyaris terjatuh, refleks memegang apa saja di belakangnya untuk menahan tubuhnya.

Suara Qin terdengar nyaring saat Xue Ningyan tak sengaja menyentuhnya dengan kencang.

Shen Qi memeluk pinggang Ningyan karena tahu wanita itu kehilangan keseimbangan, senyum tipis menghiasi wajahnya.

Dengan angkuh, dia bertanya, “Apakah ada yang ingin kau katakan padaku, Xue Ningyan?”

Xue Ningyan menggeleng dengan panik.

“Aku tahu semua yang kau perbincangkan dengan Yu Xinyi saat berada di Rumah Musik Yuntian, loh.”

Mata Xue Ningyan membulat lebar, bagaimana mungkin bisa begitu? Apa yang dia ketahui?

Shen Qi tertawa, “Sebenarnya aku tidak tahu apa-apa. Tapi karena reaksimu seperti itu, sepertinya tebakanku sudah sangat tepat sasaran, ya.”

“Tuan Muda senang sekali mempermainkanku.” Xue Ningyan memalingkan wajah, tangann
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 178 : "Takhta Permaisuri Pun Akan Kuberikan."

    “Ukh!” Xue Ningyan meringis kesakitan. Napasnya menderu secara tiba-tiba, Pangeran Pertama yang tertidur di sebelahnya terkejut dan langsung mendekatinya dengan cemas. “Ada apa, Xue Ningyan?” tanyanya, dengan tatapan yang begitu khawatir. “Ja-jangan mendekat!” Xue Ningyan beringsut mundur. Menutupi kedua telinganya seperti orang ketakutan. “Xue Ningyan? Ada apa denganmu? Katakan padaku, kau kenapa?” Pangeran Pertama berusaha menggapai tangannya. Xue Ningyan menjauh ketakutan, dia memeluk perutnya. “Tenanglah, Nak, Ibu akan menjagamu, Ibu akan menjauhkanmu dari orang itu, kumohon, tenanglah ….” Xue Ningyan bergumam dengan suara bergetar. Pangeran Pertama menatap dengan bingung, “Xue Ningyan, ada apa? Apakah ada yang sakit? Tolong katakan padaku, aku khawatir …, aku sangat khawatir, Xue Ningyan ….” Xue Ningyan membuka matanya perlahan, menatap Pangeran Pertama yang menatapnya dengan segenap kekhawatiran. “Aku akan memanggil Gu Wan, sebentar, ya. Xue Ningyan, bertahanlah!” Panger

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 177 : "Menikahlah Denganku, Xue Ningyan."

    Esok harinya.Xue Ningyan membuka mata setelah beristirahat cukup lama. Ia mengedarkan pandangannya di dalam kamar yang gelap.Hidungnya mencium aroma yang tak asing. Lantas ia menatap tepian ranjangnya, dan melihat Pangeran Pertama tertidur di sana.Xue Ningyan memasang wajah penuh rasa bersalah, “Lagi-lagi dia mengabaikan semuanya demi menjagaku.” Ia berusaha untuk meluruskan tubuhnya karena terlalu lelah miring ke kanan. “Ukh ….” Ada sedikit nyeri yang muncul di pinggangnya. “Xue Ningyan?” Dan ringisan pelan itu membangunkan Pangeran Pertama dari tidur lelapnya. “Eh, hehe, Yang Mulia. Kenapa Anda harus terbangun?” Xue Ningyan menyeringai lebar. “Bagaimana mungkin kau tidak membangunkanku?” Pangeran Pertama merasa marah. “Aku sudah susah payah mengusir Gu Wan untuk merawatmu. Kau malah bersikeras melakukannya sendirian. Ada apa? Apakah ada yang terasa sakit?” Xue Ningyan terdiam, ‘Pria ini baik sekali ….’“Xue Ningyan, mau kubantu duduk saja?” Pangeran Pertama tersenyum rama

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 176 : Tidak Akan Berbohong

    “Yang Mulia, kenapa Anda tidak membiarkan saya memberi sedikit ‘materi’ pada tabib itu?” Ying Shi bertanya datar. Pertanyaan itu diajukan tepat sebelum ia mengatakan ‘iya’ untuk membawa tabib kediaman Shen yang menyembunyikan kehamilan Xue Ningyan ke Vila Selatan untuk diinterogasi. Pangeran Pertama memang sudah merencanakan itu sejak lama. Ia ingin menyeret tabib itu untuk mengaku di depan Xue Ningyan dan menyatakan sendiri alasan kenapa dia melakukan hal itu. “Bagaimana kalau tabib itu menjawab jujur di depan Nona Xue?” namun kekhawatiran Ying Shi ini bukan tanpa sebab. Karena lumrahnya, orang tidak akan berbohong di depan seorang pangeran. Tapi bisa-bisanya Pangeran Pertama sangat percaya diri dan tidak mengkhawatirkan apa pun? Ying Shi menarik napas panjang, “Lebih baik kita merencanakan sesuatu dulu untuk membawanya ke hadapan Nona Xue, Yang Mulia.” “Sudahlah, Ying Shi …, itu di luar pengaturanku. Aku tidak ingin berbohong di depan Xue Ningyan. Jadi mari bertaruh saja, apak

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 175 : Perintah Rahasia Zhu Mingyue

    Senyap. Xue Ningyan duduk di Aula Utama Vila Selatan ini di samping Pangeran Pertama dengan perasaan gugup. Lalu Ying Shi berdiri di belakang seseorang yang berlutut dengan tubuh gemetar sampai tak berani mengangkat kepalanya dari lantai.Pangeran Pertama memasang wajah datar. Xue Ningyan bertanya-tanya penasaran apa yang sebenarnya sedang terjadi. Ying Shi mengangkat tangan kirinya, dua orang prajurit memasuki aula sambil menuntun seorang wanita hamil. “Apakah dia istrimu, Tabib Kediaman Shen yang dihormati?” tanya Pangeran Pertama. Tabib itu terkejut. Segera menoleh ke belakang dan menemukan istrinya ditawan oleh prajurit berpedang. “Istriku! Istriku! Kenapa kau bisa bersama mereka?” Dia merangkak melewati kaki Ying Shi dan bersujud di bawah kaki istrinya. “Maafkan aku …, aku adalah suami yang tidak berguna, maafkan aku …, aku membiarkanmu disakiti oleh mereka, sungguh aku tidak bisa dimaafkan!” “Suamiku, tenanglah, tenanglah.” Sang Istri berlutut dan menepuk-nepuk pundak su

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 174 : Tidak Boleh Percaya Pada Sembarang Orang

    Jiang Shuyi membuka mata perlahan, langit-langit kamar terasa tidak asing. Ia mengedarkan pandangan, lantas tertegun heran. “Kamarku?” “Ah, Nona Ketiga, Anda sudah bangun?” pelayannya menyapa dengan senyum hangat. Sambil meletakkan sup ayam di atas meja. “Saya dengar Anda demam setelah kehujanan di Istana Selatan. Sebenarnya apa yang Anda lakukan sampai rela kehujanan begitu? Entah bagaimana reaksi Tuan Marquis saat mengetahui putrinya di antar pulang oleh seorang pria asing yang mencurigakan.” “Eh?” Jiang Shuyi terkejut dengan kalimat terakhir pelayannya, “Pria asing katamu?” “Iya, pria yang belum pernah ditemui itu namanya pria asing, kan? Anda bilang jangan seenaknya bergaul dengan pria yang tak dikenal, kan? Kenapa justru Anda yang tiba-tiba pulang dengan salah satu dari mereka?” Jiang Shuyi mengerucutkan bibir, “Bukan pria asing, tahu! Beliau itu orang yang sangat aku kagumi sejak kecil. Dan aku berharap akan mendampingi beliau sampai akhir hidupku.” “Hah? Bukankah Nona Ke

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 173 : Kesalahpahaman yang Disengaja

    Jiang Shuyi datang lagi ke Istana Selatan setelah satu minggu menahan diri. Namun belum juga mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Pangeran Pertama seperti yang diinginkannya. Terakhir kali, dia benar-benar datang setelah dua hari, tapi malah mendapat kabar bahwa Yang Mulia mengurung diri untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tapi, sekarang saja Pangeran Kedua sudah memiliki waktu untuk menemani Permaisuri yang sebentar lagi melahirkan. Tidak mungkin Pangeran Pertama yang bekerja dengannya masih tidak bersedia meluangkan waktu, bukan? Jiang Shuyi menarik napas dalam-dalam, di hadapannya adalah Kediaman Pangeran Pertama yang agung. Kakinya melangkah dengan percaya diri. Sentuhan anggun cukup membuat para pelayan tanpa sadar membungkukkan tubuh serendah mungkin dengan anggapan bahwa ia adalah tamu terhormat di Kediaman Pangeran Pertama. Di depan Aula Utama, Kepala Pelayan seolah tahu dia akan datang, dan segera berdiri di sana untuk menyambut. Ia membungkuk takzim, “Salam kepada N

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 172 : Menyeramkan Saat Terobsesi Pada Sesuatu

    “Xue Ningyan? Xue Ningyan?” Pangeran Pertama menepuk pipinya dengan lembut. Gu Wan menempelkan handuk basah di dahi Xue Ningyan. Sementara Xue Ningyan terus mengigau, “Menjauhlah, kumohon, jangan mendekat, jangan mendekat ….” Sambil menekan perutnya seperti orang yang sangat kesakitan. “Berhenti, Xue Ningyan! Kau akan kesakitan!” Pangeran Pertama menyingkirkan kedua tangannya ke samping dan memegangi dengan erat. “Bangunlah, Xue Ningyan. Bangun.” Pangeran Pertama menatap dengan cemas. Napas Xue Ningyan yang sesak terdengar memilukan. Gu Wan melakukan akupuntur di beberapa titik. “Nona sedang sakit, tapi malah bermimpi buruk, kondisinya jadi semakin parah dari semalam.” “Xue Ningyan sakit sejak semalam?” Pangeran bertanya tak sabaran. “Semalam Anda mabuk, dan tidak ingat apa-apa, jadi saya tidak memberitahu Yang Mulia.” Pangeran Pertama menggeram kesal, ia sungguh khawatir terhadap kondisi Xue Ningyan yang tiba-tiba memburuk. Ia jadi terpikirkan perbincangan mereka pada sore

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 171 : Meluluhkan Hati Wanita Tidak Selalu Berjalan Mulus

    Sekembalinya ke vila, Xue Ningyan duduk termenung di depan meja rias sambil menatap wajahnya sendiri. Perlahan, tangannya melepas semua hiasan yang bertengger di kepalanya. Perhiasan-perhiasan itu, Pangeran Pertama-lah yang memberikan padanya pada minggu pertama ia berada di sini. Orang itu sangat baik padanya. Menyediakan tempat tinggal, makanan, pakaian, dan semua yang dibutuhkannya. Karena hal itu terlintas di pikirannya, ia mulai memikirkan segala hal. “Kenapa aku melarikan diri ke sini? Kenapa aku bersembunyi?” “Bukannya segera menghadapi situasi nyata, aku justru malah mencari perlindungan di balik punggung orang lain.” “Bukannya berterima kasih dan segera pergi, aku malah merasa nyaman tanpa memedulikan keadaan apa yang menimpa penolongku.” “Kenyataan bahwa seseorang tidak akan menolong tanpa mengharapkan apa pun, sepertinya benar. Pangeran Pertama baik padaku bukan tanpa alasan.” “Dia menyimpan sesuatu yang lebih besar terhadapku. Jelas itu bukan hanya sekadar kepeduli

  • Dipaksa Menikahi Tuan Muda Kejam   Bab 170 : Bersikap Baik Bukan Tanpa Alasan

    Pada hari senja, seluruh bukit seperti disiram cahaya oranye yang berpendar indah. Angin musim gugur berhembus tenang. Xue Ningyan duduk di sekitar hamparan rumput yang tinggi, menatapi bunga kamelia yang mekar dengan kecantikannya. Kuil kecil di belakang pohon persik itu berwarna putih dengan ornamen merah sebagai hiasan. Pangeran Pertama berada di dalam, berdoa untuk ibunya. Xue Ningyan tersenyum sambil memejamkan mata. Menikmati suasananya. Lama sekali dia tidak beristirahat seperti ini. Ketika Pangeran Pertama keluar, Xue Ningyan melambaikan tangan ke arahnya, dan membersihkan tempat di sampingnya. “Kau mau melihat matahari terbenam dari sini, Xue Ningyan?” tanya Pangeran, duduk di sebelahnya. “Apakah boleh?” Pangeran Pertama terkekeh, “Tentu saja boleh. Nikmatilah selama kau masih berada di sini. Aku tidak setiap hari bisa menemanimu keluar, loh.”Xue Ningyan menatapnya dengan rasa bersalah, “Apakah saya menganggu waktu bekerja Yang Mulia?” “Tidak. Aku bukan tipe orang ya

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status