Share

BAB 79 : GREEN FLAG

Author: Langit Parama
last update Huling Na-update: 2025-07-10 08:01:36
Hana duduk bersandar di ranjang. Wajahnya terlihat segar dibanding semalam, namun sorot matanya tetap tajam, dingin, dan penuh luka yang belum pulih ketika menatap Ameer di kamarnya.

Ameer tersenyum canggung ke arah Hana. Ia mengangkat kantong plastik berisi makanan dan air botol mineral di depan istrinya.

“Aku bawain sarapan, masih hangat,” ucap Ameer hangat walau tangannya sedikit gemetar.

Hana tidak menyahut. Matanya kemudian beralih ke jendela.

Ameer mendekat, meletakkan bawaan di meja kecil di samping tempat tidur. Lalu ia berdiri di sana, menggenggam kedua tangannya gugup.

“Han … maaf.” ucapnya lirih.

Tak ada respons dari Hana.

“Aku ga pernah berniat nyakitin kamu. Aku cuma … aku pikir, kalau kamu tahu Savana nikah kontrak, kamu bakal tambah kepikiran dan bisa ganggu kesehatan kamu karena itu aku nggak bilang apa-apa.”

Ia menatap Hana dengan sorot mata yang semakin sedih, “Aku cuma pengen kamu cepat sembuh.”

Akhirnya, Hana menoleh. Tatapannya tajam, penuh luka
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
aisyah
semua pokoknya gara2 ameer
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 220 : MULAI DEWASA

    Savana kembali masuk ke rumah, perlahan menutup pintu dengan hati yang sedikit bimbang. Pikirannya masih berputar tentang percakapan tadi dengan Daryan—terutama soal ponsel baru yang akan dibelikannya. Suaminya memang selalu perhatian dengan cara yang berbeda dengan laki-laki pada umumnya, meskipun cara dia terasa terlalu mengatur, bahkan sedikit berlebihan. Tapi Savana tahu, itu demi kebaikannya dan karena Daryan sayang padanya. Saat itu, Hana, yang masih duduk di sofa, menatap putrinya dengan senyum menggoda. "Waduh, nganter suami sampe depan rumah apa sampe kantornya? Lama banget," godanya, membuat Savana tersenyum tipis dan berjalan mendekat. "Ma, jangan gitu. Aku cuma nganter Mas Daryan bentar sambil ngobrol," jawab Savana sambil duduk di sebelah ibunya. Hana mengangkat alisnya, tampak jelas dia sedang menikmati momen tersebut. "Iya, iya, Mama tahu." Savana menghela napas, sedikit bingung. "Iya, Ma, tapi … aku bingung. Gak tahu kenapa tiba-tiba dia ngatur begitu banyak

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 219 : DARYAN PROTEKTIF

    Pagi itu, sinar matahari menyusup lembut melalui jendela ruang tamu rumah baru Daryan dan Savana. Hana melangkah masuk dengan tas kecil di tangan, wajahnya memancarkan senyum hangat yang tak bisa menyembunyikan sedikit kebahagiaan. Savana menyambut ibunya dengan pelukan erat, sesekali menatap sekeliling ruangan yang masih terasa asing namun penuh harapan. "Ayo duduk dulu, Ma," ajak Savana seraya menarik lengan ibunya menuju sofa. Daryan muncul dari ruang kerjanya—sudah lengkap dengan setelan jas mahal yang membalut tubuh tegapnya, ia berjalan dengan langkah tegas sambil menampilkan senyum ramah. "Ma," sapa Daryan sembari menghampiri ibu mertuanya. "Kamu beli rumah mendadak apa gimana? Kok Mama gak dikasih tahu? Sengaja buat dijadiin kejutan untuk istri kamu, ya?" Goda Hana sambil tersenyum kecil. "Gak mendadak juga, Ma. Udah lama saya minta Revanza buat cari-cari. Cuma gak sempat aja mau kasih tahu. Jadi, tahu-tahu langsung pindah semalam setelah hubungan kami membaik," ja

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 218 : RUMAH BARU

    Daryan melirik arloji mahal yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah lewat sepuluh menit sejak sang istri pamit ke toilet, tapi Savana tak juga kunjung kembali. Baru saja bangkit dari duduknya untuk menyusul ke toilet, terlihat Savana muncul dari lorong. Senyum wanita itu merekah sambil berjalan mendekati sang suami. "Mas," ia mengulurkan tangannya yang disambut oleh Daryan dengan genggaman. "Kenapa lama?" Tanya Daryan sambil melangkah pergi. Savana meliriknya sekilas, kemudian menunduk. "Tadi sempet ketemu temen, dan ngobrol sebentar. Mas pasti bosen ya nunggu kelamaan?" "Gak bosen, cuma khawatir aja. Takutnya ada apa-apa," jawab Daryan tenang, tapi matanya tak sedikit pun teralihkan dari sang istri. "Aku terlalu excited setelah dokter bilang aku masih bisa hamil. Aku berharap banget, Mas. Tapi kalau terlalu berharap, malah ...." "Sstt ...," potong Daryan dengan desisan pelan. "Jangan ngomong sembarangan, ingat ... ucapan itu adalah doa sayang. Jadi ngomong y

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 217 : SEPERTI ADIK SENDIRI

    "Mas, tunggu di sini ya, aku mau ke toilet dulu bentar," ujar Savana pada Daryan begitu keluar dari ruangan dokter kandungan. Daryan mengangkat alis, "Aku anter aja, ya?" ucapnya pelan, tangannya langsung meraih lengan istrinya. Savana mengulas senyum kecil, "Gak usah, Mas. Aku bisa sendiri kok, Mas tunggu di sini aja," ia mengusap bahu suaminya pelan sebelum berbalik menuju toilet di ujung lorong. Daryan hanya menatap punggung istrinya yang mulai menjauh sejenak, kemudian memilih menunggu di kursi tunggu yang terletak di depan ruangan dokter kandungan. Savana berdiri di depan cermin kamar mandi, tatapannya tenggelam dalam bayang-bayang kata-kata dokter yang baru saja didengarnya. "Kamu bisa hamil lagi," gema kalimat itu berputar di benaknya, membawa perasaan lega yang hangat sekaligus air mata haru yang hampir tumpah. Perlahan, dia membasuh wajahnya dengan air dingin, merasakan dinginnya menyapu setiap ketegangan dan kecemasan yang selama ini membelit hatinya sejak kehilang

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 216 : PROGRAM HAMIL

    Minah sedang sibuk merapikan piring kotor dan gelas di meja ruang tengah ketika tiba-tiba bel apartemen berbunyi kencang. Jantungnya berdegup cepat, ia buru-buru melangkah ke pintu dan segera membukanya. Saat pintu terbuka, sosok Hana berdiri dengan senyum hangat seperti biasa. "Bu Hana, kirain siapa yang dateng," Minah tersenyum kecil dan membuka pintu lebih lebar agar Hana dapat masuk, "Silakan masuk, Bu." "Terima kasih," balas Hana seraya melangkah masuk sambil menenteng beberapa barang belanjaan untuk putrinya. "Savana ada di kamarnya, Minah?" tanyanya cepat, matanya menyapu ruangan seperti mencari sesuatu yang hilang. Minah menutup pintu terlebih dahulu sebelum menyusul Hana, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya membuka cerita. "Tadi pagi, Tuan Daryan ada di sini, Bu. Saya kaget banget, tiba-tiba mereka udah sarapan bareng di dapur," ucapnya sambil menatap Hana, mencoba menangkap reaksi wanita itu. Wajah Hana berubah sedikit tegang, tapi ia tetap berusaha t

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 215 : ANCAMAN DARYAN

    "Arfan," suara Daryan begitu dingin dan menusuk, mengeras seperti palu godam yang menghantam dada Arfan, "Kamu merasa berhak menghubungi istriku setelah semua yang terjadi? Padahal aku sudah bilang ke Revanza, kalau kamu sudah tidak punya urusan lagi dengan keluarga Ardhanata termasuk istriku. Atau ... cek yang pernah Revanza berikan ke kamu nilainya kurang?" Arfan, yang sebelumnya sudah siap dengan pembelaan, terdiam sesaat. Suara di seberang telepon itu begitu tegas, dingin, penuh arogansi dan intimidasi, memaksa setiap kata keluar dengan kekuatan yang tak bisa diabaikan. "Seharusnya aku yang kamu hubungi setelah melihat video itu, bukan istriku. Aku yang bakar jumper itu, dengan sengaja," lanjut Daryan, suaranya semakin tajam, setiap kata seperti pisau yang mengiris. Ia menarik napas dalam, sebelum menghembuskannya perlahan, "Kamu pikir kamu bisa mengisi ruang yang aku tinggalkan? Kamu pikir bisa jadi pahlawan bagi istri orang lain hanya dengan satu atau dua pertemuan di luar

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status