Share

Diperistri Demi Ganti Rugi Resepsi
Diperistri Demi Ganti Rugi Resepsi
Penulis: Damaya

Bab 1

"Jadi, kamu adiknya?

Tiara berusaha menyembunyikan tubuhnya yang bergetar karena takut. Sudah lama, ia tidak mendengar pria yang dulu menjadi kekasihnya, bicara dengan nada serendah ini.

Meskipun dengan suara pelan, Tiara kemudian menjawab pertanyaan itu, "Iya. Dia kakakku."

BRAK!

Bramantyo seketika menggebrak kuat meja di hadapannya, begitu mendengar jawaban singkat Tiara.

Degup jantung Tiara semakin kencang.

Bertahun-tahun tak bertemu, sepertinya Bram sudah berubah. Pria itu tampak semakin kasar setelah Tiara pergi semalam sebelum pernikahan mereka.

"Kalian ternyata benar-benar keluarga penipu!" pekik Bram dengan tatapan tajam bak belati yang siap menghujam siapa saja, "Dulu, adiknya yang ingin menikahiku, tetapi kabur. Lalu, aku nyaris saja menghabiskan hidupku sebagai suami sang kakak. Apa kalian pikir aku akan bersimpati setelah kematian Mawar, begitu?!”

“Jangan harap!"

Ucapan pedas Bram membuat Tiara tertegun.

Bagaimana bisa pria yang dulunya penuh kasih itu berkata demikian tentang istri yang baru dinikahinya kemarin?

Memang, kakak tiri Tiara itu tidak pernah memberitahu hubungan persaudaraan mereka. Namun, apakah pria itu tidak punya hati menyerang keluarga mereka yang baru saja kehilangan Mawar?

"Apa maksudmu dengan mengatakan keluargaku penipu?" ucap Tiara tak kalah tegas, “kakakku mati terkena serangan jantung dan meninggal bersama calon anakmu di rahimnya. Kamu pikir kami mau kehilangan dia?”

“Ck!” decak Bram malas. Pria itu kemudian menatap sinis Tiara. "Apa perlu aku jelaskan, bagaimana liciknya keluargamu menguras uangku dengan mengatasnamakan pesta pernikahan?"

"Ah, tapi setidaknya sekarang aku bersyukur. Kakakmu itu mati sebelum menjadi Nyonya Bramantyo," sarkasnya tanpa iba--meski ia tahu kesedihan masih jelas menyelimuti keluarga itu.

Tangan Tiara sontak mengepal. Perempuan itu bahkan langsung berdiri karena ucapan Bram sudah sangat keterlaluan.

"Jaga bicaramu, Bram! Jika kau ingin marah, lakukan itu padaku. Jangan pernah libatkan kedua orang tuaku apalagi mendiang kak Mawar," sentak perempuan itu.

Dengan berani, Tiara menantang Bram--walaupun ia tahu, pria itu tak gentar sedikit pun.

Prok! Prok!

Alih-alih tersentuh, Bram justru bertepuk tangan--membuat Tiara terperangah tak mengerti.

"Rupanya, kau masih saja banyak bicara, Tiara," sinis Bram seraya bersilang kaki dan menyandarkan punggungnya. "Kau bahkan sangat total dalam memainkan peranmu sebagai perempuan baik-baik."

Geram, Tiara ingin membalasnya. Namun, belum sempat membuka mulut, Tiara kembali terkejut saat merasakan baju belakangnya ditarik.

Ditemukannya sang ibu sambung tengah menatapnya sendu sambil menggeleng samar--seolah meminta Tiara untuk mengalah dan kembali duduk.

"Kenapa?! Mau membela diri, atau ingin mengumpatku? Silakan, lakukan saja sesukamu."

'Toh, setelah ini, kamu akan datang dan mengemis padaku, Tiara,' lanjut Baram dalam hati disertai seringai licik.

"Nak Bram, sebelumnya bapak minta maaf kalau sudah membuat nak Bram kecewa." Pria paruh baya yang tak lain Wisnu--ayah Tiara--akhirnya ikut angkat bicara.

"Bapak juga tahu, nak Bram pasti merasa sangat kehilangan atas kematian Mawar yang tiba-tiba. Karena kami juga merasakan hal yang sama," tuturnya, "Jadi, bapak mohon sangat, agar nak Bram lebih bisa menahan diri. Hati kami juga sakit–"

"--Sudah cukup," sela Bram seraya mengangkat tangan kanannya. "Mungkin takdirku saja yang buruk karena harus terjebak ke dalam permainan licik keluarga kalian."

"Kamu seperti manusia tak berhati, Bram!" Tiara balik menyerang saat tahu pria itu ingin kembali menghina keluarganya. "Kamu tega berbicara seperti itu, saat kesedihan masih kami rasakan," ucapnya mengabaikan rasa sakit akibat cengkraman kuat di lengan kiri yang dilakukan oleh ibunya.

"Ternyata benar, jika tampilan rapi dan kedudukan tinggi seseorang. Belum tentu menjadi jaminan jika orang tersebut juga memiliki attitude yang baik. Dan sekarang, aku melihat itu dalam dirimu," tegasnya sengaja menekan setiap kata yang diucapkan.

"Ck! Mulutmu benar-benar pedas, Tiara. Kau berbicara seolah kalianlah yang paling tersakiti," decit Bram seraya menegakkan tubuh. "Baiklah, aku akan langsung pada intinya saja mengenai tujuan sebenarnya datang kemari. Karena aku sudah cukup muak menyaksikan drama keluarga kalian."

"Aku hanya ingin menyerahkan ini."

BRAK!

Bram membanting sebuah map berwarna coklat yang baru saja ia terima dari salah satu pengawalnya, tepat di hadapan Tiara.

"Silakan baca, dan pahami isinya. Waktumu lima belas menit dari sekarang," terang Bram.

Merasa penasaran dengan isi map tersebut, Tiara segera meraih dan membukanya. Namun, baru mengetahui tulisan di lembaran pertama, kedua matanya langsung membola serta mulut yang menganga.

[ SURAT GUGATAN GANTI RUGI RESEPSI. ]

Walaupun hatinya langsung meronta tidak terima dengan nominal yang Bram tuntut, tapi Tiara tetap membaca lembar demi lembar kertas yang ada di dalam map itu hingga selesai.

"Ini sangat tidak masuk akal," gumam Tiara dengan pandangan masih tertuju pada kertas di tangannya.

Sejujurnya, ia merasa tidak habis pikir dengan isi kepala pria itu.

Kenapa tega menuntut keluarganya dengan jumlah yang sangat fantastis?

Selesai membaca Tiara diam sejenak untuk mengatur detak jantungnya, serta meredam amarah agar tidak meledak di hadapan kedua orang tuanya.

Selain menuntut ganti rugi biaya resepsi yang nominalnya sangat besar, Bram juga memberikan tenggang waktu pelunasan yang sangat mustahil bisa terpenuhi.

''Ini sangat mustahil bisa aku penuhi, jika tenggang waktunya saja hanya dua bulan dari sekarang. Dari mana aku bisa mendapatkan uang 1 Miliar dalam waktu sesingkat itu?' batin Tiara menatap nanar banyaknya angka nol di kertas itu.

"Apa isi map itu, Tiara?" Suara parau Wisnu–sang ayah–menyadarkan Tiara dari lamunannya.

"Bukan apa-apa, pak." Ia buru-buru memasukan lagi lembaran kertas ke dalam map, lalu beranjak berdiri.

"Kita perlu bicara berdua Bram. Di luar."

Pria itu hanya menanggapi dengan mengangkat sebelah alisnya.

Bram tersenyum licik. ‘Ini yang aku tunggu, Tiara,’ batin pria itu dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status