Share

Ditinggal di Pelaminan
Ditinggal di Pelaminan
Author: Tina

Bab 1

Author: Tina
Aku berjalan keluar dari rumah sakit dengan tatapan kosong, kemudian mengeluarkan ponsel dengan gerakan asal dan menelepon sebuah nomor.

“Irfan, dulu kamu pernah bilang ingin menikah denganku. Apa itu masih berlaku?”

Di seberang sana, terdengar suara Irfan dengan nada santai dan meremehkan. “Feli, kamu pikir aku ini apa? Cadanganmu?”

“Kalau kamu tidak mau, aku akan cari orang lain.”

“Aku mau!” Irfan sontak menjawab sambil menggertakkan gigi. “Feli, kamu sendiri yang bilang mau menikah denganku, ya. Awas kalau sampai menyesal dan meminta batal!”

“Oke, aku janji!”

Setelah menentukan tanggal pernikahan dengan Irfan, aku menutup telepon dan kembali ke gedung pernikahanku tadi untuk meminta maaf kepada keluarga dan teman-teman yang hadir. Aku mengatakan pada mereka kalau pernikahan akan dijadwalkan ulang satu bulan lagi.

Setelah memastikan semua orang pulang, aku menyeret tubuhku yang lelah untuk pulang ke rumah. Belum lama aku duduk, suara dari arah pintu terdengar.

Candra berjalan masuk sambil menatapku dengan penuh rasa bersalah. “Feli, maafkan aku, tapi hari ini memang ada keadaan darurat.”

Aku hanya menampilkan senyum pahit di ujung bibir, seraya berkata, “Keadaan darurat? Apa yang lebih penting dari pernikahan kita?”

Candra menatapku dan menjawab, “Temanku kecelakaan, ini masalah hidup dan mati. Waktu itu aku tidak sempat menjelaskan padamu, aku panik dan hanya terpikir untuk mengantarnya ke rumah sakit dulu.”

Jika aku tidak melihat sendiri pemandangan Candra dan Luna yang tampak seperti keluarga kecil, mungkin aku akan percaya ucapannya. Saat itu, mempelai pria tak kunjung muncul. Teleponnya pun tak bisa dihubungi. Awalnya aku menduga terjadi sesuatu di jalan, dan aku sangat cemas.

Sampai akhirnya aku melihat postingan Luna di sosial media, barulah aku tahu bahwa Candra pergi menemani Luna melahirkan.

Sekarang kalau dipikir-pikir, aku benar-benar wanita paling bodoh di dunia. Air mataku mengalir tanpa bisa aku tahan. Aku tidak ingin menangis karena Candra, tapi mau ditahan sekeras apapun, hatiku tetap saja terasa remuk.

Melihatku menangis, Candra langsung panik. Ia buru-buru menarikku ke dalam pelukannya untuk menenangkan. “Feli, aku tahu kejadian hari ini membuatmu terluka. Tapi saat jadwal pernikahan kita yang baru nanti, aku pasti akan datang.”

Aku mendorong dadanya menjauh, kemudian berkata dengan suara parau, “Tidak perlu. Tidak ada jadwal pernikahan baru untuk kita.”

Candra menggeleng tidak percaya. “Jangan berkata begitu hanya karena marah. Aku tahu kamu sudah mengundur tanggal pernikahan kita ke bulan depan.”

Aku hendak memberitahu Candra bahwa mempelai prianya bukan dia lagi, namun belum sempat aku bicara, ponsel Candra lebih dulu berdering.

Saat menjawab telepon, raut wajahnya langsung berubah.

“Baik, aku segera ke sana,” ucap Candra singkat.

Candra melepas pelukannya dan berjalan menuju pintu. Sesampainya di ambang pintu, ia masih sempat berkata, “Ada urusan mendesak yang harus kuselesaikan sekarang. Tunggu di rumah dengan tenang, nanti kita bicarakan lagi soal pernikahan.”

Aku malas menanggapi.

Entah berapa lama berlalu, aku mengambil ponsel dan membuka sosial media. Di sana, aku melihat Luna kembali memposting sesuatu. Itu foto yang memperlihatkan siluet Candra sedang menggendong bayi, dan teks pada postingan itu membuat hatiku seperti dihujam pisau.

[Siapa yang tahu betapa sakitnya payudara yang membengkak setelah melahirkan? Untung ada ayah si bayi di sampingku. Dia paling jago menghisap.]
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ditinggal di Pelaminan   Bab 8

    Candra memasang spanduk raksasa di depan gedung perusahaan Irfan, memaki-maki Irfan sebagai laki-laki simpanan yang merebut tunangannya dengan mengandalkan kekuasaan dan status. Tindakan Candra itu dengan cepat memicu simpati sekelompok besar pengguna internet yang membenci orang kaya.[Aku paling muak sama anak orang kaya. Mereka cuma kebetulan lahir di keluarga yang benar, apa hebatnya?][Uang mereka itu uang kotor. Asal kita semua kompak tidak beli produk mereka, cepat atau lambat mereka akan bangkrut!][Merebut tunangan orang adalah dosa besar! Mulai hari ini aku boikot Grup Mahesa!]Perusahaan di bawah nama Irfan langsung terkena boikot massal, sahamnya juga anjlok. Karena itu, kami terpaksa mengakhiri bulan madu dan segera pulang untuk menyelesaikan masalah yang ditimbulkan Candra.Saat aku pulang, Candra masih berdiri di depan gedung Grup Mahesa, memegang spanduk sambil berteriak-teriak. Begitu melihat aku turun dari mobil, matanya langsung berbinar dan ia berlari ke arahku.Ir

  • Ditinggal di Pelaminan   Bab 7

    Aku langsung memutar bola mata dan berkata, “Maaf ya, aku menolongmu murni karena aku punya hati yang baik. Lagi pula, aku punya pacar. Aku tidak punya perasaan apa pun padamu.”Saat itu aku sudah berpacaran dengan Candra selama dua tahun dan hubungan kami stabil. Mana mungkin aku diam-diam menyukai pria seperti dia, seorang pria yang hidup seenaknya dan suka mempermainkan perasaan wanita.Namun sejak hari itu, Irfan sering muncul di hadapanku membawa berbagai macam hadiah. Ponsel keluaran terbaru, 999 mawar merah, tiket konser, semuanya tiba-tiba muncul bergantian di hadapanku. Dalam sekejap aku menjadi pusat perhatian di kampus, ke mana pun aku pergi orang-orang membicarakan tentangku.Akhirnya pada suatu hari, aku benar-benar tak tahan dan melepas amarahku.“Irfan, sebenarnya apa mau kamu? Aku menolongmu dan sudah menerima uang sebagai ucapan terima kasih. Tapi apa yang kamu lakukan ini benar-benar membuatku terganggu!”Tapi wajah Irfan tetap memancarkan senyum santai khas pria itu.

  • Ditinggal di Pelaminan   Bab 6

    Saat mata kami saling bertemu, tatapan Irfan yang mengandung senyum dan intens membuat wajahku langsung memanas. Aku segera bangkit dari tempat tidur. “Tidak usah, aku masih punya tenaga untuk makan, aku sendiri saja.”Mie buatan tangan yang kenyal diselimuti kuah kental yang harum, begitu masuk mulut rasanya sampai membuat lidahku hampir terbang.Selama aku makan, Irfan hanya menatapku dengan penuh rasa sayang. Ia bahkan mengangkat tangan dan mengusap lembut rambutku. “Pelan-pelan saja, tidak ada yang merebut.”Setelah semangkuk mie habis, sorot mata Irfan yang menatapku menjadi semakin dalam.“Sudah kenyang? Kalau begitu sekarang kita bisa melakukan hal yang paling penting.” Katanya.Mendengar kata-kata itu di situasi seperti ini jelas membuat jantungku berdebar tak menentu. Tapi aku juga tahu, kalau aku terus menolak atau menunda, itu berarti aku ini cari perhatian.Aku berdiri, seperti seorang prajurit yang siap menghadapi takdir. “Tunggu sebentar, aku mandi dulu.”Irfan tersenyum

  • Ditinggal di Pelaminan   Bab 5

    Aku sendiri tak menyangka, hanya dalam waktu satu bulan, Irfan bisa mempersiapkan pernikahan ini begitu megah dan meriah. Dekorasi pernikahannya penuh dengan mawar segar berwarna merah muda, membuat seluruh aula beraroma bunga yang lembut. Dari langit-langit, lampu kristal mewah menjuntai, memancarkan kilau yang memesona.Irfan mengenakan setelan jas hitam. Ia duduk di depan piano, memainkan lagu Mariage d’Amour sebagai pembukaan pernikahan ini. Harus kuakui, ini benar-benar seperti pernikahan yang selalu aku bayangkan. Usai memainkan piano, Irfan berjalan perlahan ke arahku, menundukkan tubuh dengan sopan, lalu mengulurkan tangan kirinya. Aku menahan rasa gugup, lalu meletakkan tangan kananku di atas tangannya.Saat jari kami saling menggenggam, ia menuntunku berjalan menuju altar.Ia menatapku lekat, kemudian dengan suara yang mantap dia berkata, “Feli, kali ini kamu sendiri yang memberikan tanganmu padaku. Kamu tidak punya kesempatan untuk kembali dan menyesali ini.”Aku menatapny

  • Ditinggal di Pelaminan   Bab 4

    Di pesta satu bulan anak Luna.Beberapa sahabat dekat Candra bersiul dan menggoda, “Kak Candra, kamu ternyata diam-diam hebat juga, ya! Kami pikir kamu akan menikah dengan Feli, ternyata kamu main sembunyi-sembunyi sama si ‘adik kecil’ itu sampai punya anak segala.”“Serius, kamu nggak merasa rugi meninggalkan Feli? Jelas-jelas dia jauh lebih cantik daripada si adik kecilmu itu.”Mendengar ocehan mereka, alis Candra langsung mengernyit. “Kalian bicara apa sih? Siapa bilang aku menjalin hubungan dengan Luna dan mencampakkan Feli?”Mendengar itu, mereka menjadi semakin bingung. “Lho, bukannya kamu sendiri yang bilang kamu ayah anak itu?”Candra buru-buru menjelaskan, “Aku selalu menganggap Luna seperti adik sendiri. Anak itu tidak ada ayah sejak dia lahir. Supaya mereka tidak dipandang rendah orang, aku jadi ayah baptisnya.”“Aduh kak Candra, kalau begitu kenapa tidak bilang sejak tadi? Kami kira ini anak kandungmu soalnya kamu heboh sekali mengurus mereka.”“Lalu Feli ke mana? Kenapa di

  • Ditinggal di Pelaminan   Bab 3

    Setelah beristirahat dua hari di rumah dan memulihkan cedera kakiku, aku kembali bekerja seperti biasa. Yang tidak aku duga adalah, sepulang kerja aku melihat Luna sedang menggendong anaknya di rumahku.Saat melihatku, wajahnya penuh kemenangan, lalu dia berkata dengan nada bangga, “Nona Feli, kamu sudah pulang? Kak Candra khawatir tidak ada yang merawatku setelah keluar dari rumah sakit, jadi dia membawaku dan bayiku ke sini.”Pandangan mataku jatuh pada piyama yang ia kenakan, sontak aku menggertakkan gigi. “Lepaskan itu, siapa yang mengizinkanmu memakai pakaianku!”Luna meletakkan bayinya, lalu berjalan mendekat padaku dengan senyum semakin besar. “Tentu saja Kak Candra yang mengizinkan.”“Bukan hanya bajumu, semua milikmu akan aku rebut!”Selesai bicara seperti itu, tanpa diduga Luna menamparku. Aku langsung membalas, tapi tubuhnya malah limbung seperti layang-layang putus dan jatuh terjerembap ke belakang.Lalu ia menangis keras. “Nona Feli, aku tidak sengaja memakai bajumu…”“Non

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status