Share

Akibat Menzalimi

Penulis: Azalea
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-14 18:29:03

Dengan perasaan tidak karuan, aku membelah jalan kota menuju rumah sakit. Aku takut sekali Nilam kembali drop.

Kini aku sudah berdiri di depan ruangan yang disebutkan oleh Mbak Dilla, dengan cepat menerobos masuk. Keningku berkerut karena bukan Nilam yang kulihat melainkan ibu yang terbaring lemah di ranjang dengan mata tertutup rapat.

“Ibu ….”

“Ini ulahmu, Bagas!” ujar Mbak Dilla dengan tatapan tajam.

“Kenapa aku, Mbak? Ini Ibu kenapa bisa di rumah sakit begini?”

Ibu jarang sekali sakit, kalau pun sakit tidak pernah sampai dilarikan ke rumah sakit seperti ini.

Mbak Dilla mencebik, “Masih tidak sadar?” Dia mengambil amplop dan melemparkannya padaku, “kau itu laki-laki macam apa hah? Istri sakit malah menikah lagi?” bentaknya.

“Nilam-”

“Bukan Nilam yang mengatakannya tapi ada yang mengirimkan foto-foto itu ke rumah,” potong Mbak Dilla, “aku tidak bisa menjadi tameng saat Ibu marah padamu nanti, karena kau pantas untuk itu!”

Mataku terbelalak melihat foto-foto pernikahanku dan Laras yang baru kukeluarkan dari dalam amplop.

Siapa yang mengirimkan ini ke rumah Ibu? Apa mungkin Nilam yang menyuruh Dea melakukan ini?

“La ….”

Aku tersentak mendengar suara ibu, buru-buru berjalan mendekat.

“Iya, Bu. Ibu butuh apa?” Mbak Dilla pun menghampiri Ibu.

“Ibu, mana yang sakit?” tanyaku dan hendak meraih tangannya.

Hatiku mencelos karena ibu malah menarik tangannya menjauh dengan wajah melengos seperti enggan menatapku.

“Ibu mau bertemu dengan Nilam,” pintanya dengan suara lirih, matanya sudah berkaca-kaca.

“Iya, Bu. Nanti kita temui Nilam ya, Ibu harus sehat dulu. Dilla sudah minta Mas Haikal mengantar Tasya ke rumah Nilam. Nilam tidak sendiri di rumahnya.”

Aku masih diam mematung melihat sikap ibu yang sangat dingin. Ibuku tidak pernah seperti ini, ibu adalah sosok yang sangat hangat dan tidak pernah mengabaikan orang lain apalagi anak-anaknya.

“Ibu mau bertemu Nilam, Dilla.” Ibu kembali berucap dengan suara bergetar, tangisnya bahkan sudah pecah, “Nilam pasti merasa sedih sendirian, Ibu mau ada di samping Nilam. Bawa Ibu bertemu Nilam.”

Ibu dan Nilam sangat dekat. Bahkan lebih terlihat mereka yang seperti ibu dan anak. Ibu sangat menyayangi Nilam, tidak pernah menuntut Nilam untuk segera hamil lagi. Ibu paling pengertian pada Nilam.

Mbak Dilla mengangguk, dengan cepat dia mengusap ujung matanya yang basah.

“Dilla bicara dulu pada dokter ya, Bu. Tidak akan lama, Ibu tunggu sebentar,” ucap Mbak Dilla menenangkan.

Mbak Dilla membawaku keluar dari ruangan itu.

“Jangan temui Ibu. Ibu sangat kecewa padamu.”

“Kalau memang aku tidak boleh bertemu ibu lalu kenapa Mbak memintaku datang?”

“Agar kau tahu kalau kelakuanmu itu sudah membuat ibu seperti ini. Kau sudah menyakiti banyak orang, Bagas! Di mana sebenarnya otakmu itu hah? Sudah punya istri yang baik malah mencari barang obralan di luaran sana. Bahkan dilihat sekilas saja Nilam tetap lebih segalanya dari istri barumu itu. Aku bahkan enggan mengakui punya adik ipar macam itu.” Mbak Dilla menyeringai.

“Semua sudah terjadi, Mbak. Lagi pula aku menikah lagi karena ingin punya anak, aku tidak mau Nilam terus menderita karena berulang kali mengalami keguguran.”

Rahang Mbak Dilla mengeras, “Lalu kau pikir Nilam tidak akan menderita kalau kau menikah lagi dan memiliki anak dari wanita lain hah? Susah memang bicara padamu yang isi otaknya soal selangk*ngan! Aku akan carikan laki-laki yang lebih baik darimu untuk Nilam!”

“Tidak bisa begitu, Mbak.Nilam it-”

“Dia mantan istrimu, bukan istrimu lagi. Aku sendiri yang akan membantu Nilam mengurus perceraian kalian,” ujarnya lalu kembali masuk ke dalam.

Apa katanya? Mau mencarikan laki-laki untuk Nilam? Tidak, tidak. Aku tidak akan biarkan itu terjadi.

Sampai kapanpun Nilam akan menjadi milikku. Nilam juga tidak akan bisa menerima laki-laki lain. Cintanya hanya untukku.

Tidak akan ada yang bisa memisahkan kami.

Kenapa semuanya malah kacau begini. Padahal aku sudah berusaha agar semuanya bisa aman sampai nanti waktu yang tepat untukku menceritakan segalanya. Ini malah sudah terbongkar di hari pertama aku menikah dengan Laras.

Aku, Bagaskara Yunanda. Di usia yang sudah menginjak 35 tahun bukankah wajar aku ingin memiliki anak. Menikah lagi pun tidak ada larangan asalkan aku bisa adil, aku pun laki-laki mapan yang bisa memenuhi finansial kedua istriku. Namun sialnya sebelum aku menjelaskan semuanya Nilam lebih dulu mengusirku dari rumah.

Kembali masuk ke dalam tidak mungkin, ibu terlihat sangat kecewa padaku. Untuk saat ini mungkin lebih baik aku tidak menemui ibu dulu.

Baru saja beberapa langkah ponsel berdering. Aku mengernyit saat penjaga gudang tiba-tiba menelpon.

“Kenapa, Her?”

“Gudang kebakaran, Pak. Damkar masih di jalan dan api semakin membesar. barang-barang di dalam sama sekali tidak ada yang bisa diselamatkan,” jelasnya.

Lututku lemas seketika.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
sulikah
Pelakor membawa petaka belum 1 bulan menikah teguran dari alloh subhanahu wata'ala sudah tiba miriskan?? ...
goodnovel comment avatar
Pai Jah
bnyak laki laki yang salah menafsirkan tentang poligami , bahkan di Indonesia banyak yang di sebut Ustad pun laah kaprah dlam bepoligami . mereka hanya mengedepankan nafsu sex , dngn alasan sunah dan di izinkan menikahi wanita sampai 4 tapi ilmu agamanya zonk
goodnovel comment avatar
Tari Emawan
laki2 serakah dan egois. Buaya purba
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Doa Istri Pertama Mendatangkan Derita   Akhir Sebuah Kisah

    Setelah kejadian itu, Jelita memutuskan untuk berhenti kuliah, ia tidak akan sanggup. Baginya lebih penting menjaga mental karena ia seorang ibu, harus tetap dalam kewarasan agar bisa merawat bayinya.Hubungannya dan Devan semakin hari semakin memburuk, apalagi setelah Bu Irma tidak tinggal bersama mereka. Mereka bahkan sudah berpisah kamar beberapa minggu ini, tepatnya saat ibunya Devan pulang kampung.Devan mencoba untuk mendekat dan membuat suasana mencari tapi Jelita terus menghindar. Bukan soal masalah di kampus saja yang menjadi beban Jelita namun ada sangkutannya dengan hubungan mereka.Jelita duduk di teras, ia tidak fokus, bahkan tidak menanggapi putrinya yang meracau tidak jelas. Biasanya Jelita paling senang melihat Arunika berceloteh tapi kali ini, pikirannya kosong.Helaan napas terdengar jelas.“Aku nggak bisa begini terus.” Jelita bangkit, masuk ke dalam rumah.

  • Doa Istri Pertama Mendatangkan Derita   Mulai Lelah Karena Rasa Bersalah

    Berita soal Jelita sudah tersebar luas, setiap saat ponselnya berdenting tapi ia tidak berani untuk membukanya karena sudah jelas mereka hanya akan menghinanya saja.Jelita bahkan harus merasakan kupingnya panas karena di kelas banyak yang membicarakannya secara terang-terangan. Baginya menjelaskannya pun percuma karena memang itu faktanya, ia merebut calon suami ibunya sendiri.“Ta.” Recca menahan Jelita yang akan keluar dari kelas.“Aku mau pulan, Ca.” Ia melepas cekalan Recca dan buru-buru pergi.Ingin sekali ia menumpahkan tangisnya karena dadanya terasa sangat sesak. Dulu aibnya ditutup rapat-rapat oleh sang ibu, sekarang malah ada yang terang-terangan menyebarkan aib itu.Jelita sangat malu, ia bahkan tidak ingin lagi datang ke kampus karena dirinya menjadi bahan olok-olokan semua orang. Apa yang dirasakannya sekarang itu hasil perbuatannya, jadi jangan sampai menyalahkan orang lain.

  • Doa Istri Pertama Mendatangkan Derita   Aib Tersebar

    “Siapa cowok tadi?” Devan menatap istrinya penuh selidik.Andai tadi ia tidak ditahan Jelita, mungkin laki-laki yang sudah lancang memeluk Jelita akan bonyok di tangan Devan.“Teman aku, kenapa sih. Nggak usah cemburu.” Jelita tampak tidak peduli, ia melewati begitu saja suaminya.“Teman dari mana? Nggak usah bohong.”“Nggak usah percaya kalau begitu, ribet amat.”Devan menahan tangan istrinya. “Kamu kenapa sih? Kalau ada masalah apa-apa itu cerita jangan simpan masalah sendiri.”“Masalahnya ada di kamu, Mas.”Kening Devan berkerut. “Aku? Aku kenapa?”Jelita menyeringai. “Kamu nggak pernah sadar ya, Mas.”“Kalau aku ada salah, bilang. Jangan diem begini, aku takut nggak menyadari kesalahan aku.” Devan mencoba untuk tidak tersulut emosi juga.Sudah seharusnya ia lebih sabar karena istrinya belum b

  • Doa Istri Pertama Mendatangkan Derita   Bertemu Mantan

    “Yakin mau tinggal di sini?” Lea menatap sang suami yang tengah memperhatikan kamar yang akan mereka tempati beberapa waktu kedepan.Sekarang mereka ada di kediaman orang tua Lea. Rumah mewah yang hanya ada dua orang dan beberapa art yang menempati. Anak-anaknya sudah memiliki keluarga masing-masing.Baru pertama kali Adnan menginjakkan kaki di kediaman mertuanya. Dulu saat melamar sang istri bukan di rumah ini. Hatinya menciut karena istrinya lebih kaya daripada dugaannya.Tapi semua itu membuat Adnan semakin semangat untuk bekerja, ia tidak mau istrinya hidup susah bersamanya, saat bersama orang tuanya saja Lea diberikan segalanya dan saat hidup dengan Adnan pun akan lelaki itu usahakan untuk apapun yang diminta Lea meski istrinya memang jarang ingin ini atau itu. Lea sudah kenyang dengan limpahan harta orang tuanya. Ia juga bukan wanita yang suka belanja dan menghamburkan uang.“Kalau memang ini yang bisa membuat hubungan kita dan ayah membaik,

  • Doa Istri Pertama Mendatangkan Derita   Kebahagiaan Sempurna

    Mata wanita itu mengerjap pelan, kepalanya masih terasa berdenyut. Sosok sang suami yang tertangkap retina matanya saat ia bangun.“Mas.”“Iya, sayang. Bagaimana perasaan kamu? Ada yang sakit?”“Lita ....” Hanya Jelita yang ada dalam ingatan Lea sekarang.“Devan menemani Lita, nggak usah khawatir.” Adnan menggenggam tangan Lea, berulang kali mengecupnya penuh cinta.“Aku kenapa tadi, Mas?”“Kata dokter, tekanan darah kamu rendah dan stres makanya bisa pingsan.”Kepanikan bertambah beberapa saat lalu, Jelita akan melahirkan dan Lea tiba-tiba pingsan. Tapi sekarang situasi sudah terkendali.“Mas, aku mau kesana.”“Devan di sana, kamu di sini. Kondisi kamu lemas begini.”“Tapi, Mas.”“Doakan anak kita baik-baik saja. Persalinannya pasti lancar.” Adnan menyelipkan anak rambut Lea k

  • Doa Istri Pertama Mendatangkan Derita   Jelita Melahirkan

    Lea menggeleng cepat. “Nggak. Lita asal ngomong aja itu.” “Periksa yuk.” Adnan meraih tangan istrinya. Dengan lembut Lea melepaskan tangan Adnan. “Nggak usah, aku nggak hamil, Mas.” Ia mengulum senyum meski hatinya perih. Berulang kali berharap dan berulang kali juga hatinya patah. Lea tidak mau lagi berharap, ia menerima kalau memang tidak akan pernah bisa punya anak meski dalam hatinya tetap ada ketakutan kalau nanti Adnan akan berputar haluan dan mencari wanita lain yang bisa memberikan keturunan. Adnan mengangguk, ia juga tidak mau memaksa istrinya. Ingatan lelaki itu sudah mulai berangsur kembali, ia ingat dulu Lea pernah menangis kecewa karena mengira dirinya hamil karena telat haid dua bulan ternyata hanya karena stres saja. “Ini, beneran buat aku? Nanti kalau habis baru mau.” Adnan mengalihkan pembicaraan. “Nggak. Buat Mas. Aku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status