Share

Istri Baru Pembawa Sial

Penulis: Azalea
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-14 18:29:50

Kuhempaskan tubuh di ranjang, memandang nyalang pada langit-langit kamar.

Aku masih di hotel hanya saja memesan kamar lain. Untuk malam ini ingin sendiri dan tidak mau diganggu oleh siapapun apalagi Laras.

Dia bukannya simpati padaku malah sibuk memikirkan dirinya sendiri.

Aku jadi merindukan Nilam, menginginkan dia ada di sampingku saat situasi seperti ini. Karena dia yang paling mengerti, tidak pernah merecoki saat aku ada masalah. Selalu setia mendengar keluhan yang aku ceritakan.

Tidak pernah sekalipun Nilam protes dengan nafkah yang aku berikan saat dulu kami susah, berapapun itu dia terima dengan penuh senyuman. Bahkan selama menjadi istriku, tidak pernah kudengar sekalipun dia mengeluh dengan kondisi kami yang saat itu terpuruk.

Sengaja aku memberikan nafkah hanya tiga puluh juta pada Laras, aku tidak bodoh. Aku tidak mau dia menghamburkan uang yang susah payah kukumpulkan. Berbeda saat dengan Nilam, aku menyerahkan semua kartu debit dan kartu kredit padanya. Aku percaya karena Nilam pintar mengatur keuangan. Namun saat dia kembali harus dilarikan ke rumah sakit, aku yang memegang lagi semua kartu itu.

Mengingat soal kondisi Nilam, aku langsung meraih ponsel yang sedang di charge untuk menanyakan langsung pada dokter.

[Maaf, Pak Bagas. Saya tidak bisa memberikan informasi apapun atas permintaan Bu Nilam.]

“Apa-apaan ini?” geramku.

[Saya ini suaminya. Saya berhak tahu kondisi istri saya.] Dengan emosi aku membalas pesan dokter itu.

Sengaja aku minta penjelasan dokter karena tahu jika bertanya langsung pada Nilam pasti tidak akan bisa, pada ibu dan Mbak Dilla pun sama. Mereka seperti tidak mau bicara padaku.

Apa mungkin Laras itu pembawa sial? Baru sehari menjadi istriku dia datang seolah bersama dengan penderitaan yang dibawa untukku.

Memikirkan semua ini membuat kepalaku berdenyut. Lebih baik aku tidur saja sekarang.

***

“Tinggal sementara di rumah orang tuamu. Aku ada urusan.”

“Loh, kenapa begitu, Mas. Aku kira kamu mau membawaku ke apartemenmu,” ujar Laras tidak terima.

Apartemen itu belum kubeli, bagaimana bisa ditinggali.

Rencana memang melakukan transaksi hari ini namun semua tidak sesuai rencana awal. Sekarang aku hanya memikirkan berapa kerugian yang kutanggung meski ada asuransi yang meminimalisir tapi tetap saja namanya rugi tidak ada yang enak.

Belum lagi nanti akan ada banyak komplain.

“Tidak usah banyak tanya.”

“Tidak mau. Aku malu, Mas.”

“Kenapa harus malu segala. Aku juga tidak menitipkanmu begitu saja, aku memberikan uang untuk orang tuamu.”

Laras berdecak kesal, “Aku sudah bilang akan tinggal di apartemen mewah yang kau belikan. Apa kata keluargaku kalau ujungnya aku kembali tinggal di sana.”

“Lagian kamu juga, kenapa bilang seperti itu. Kampungan sekali.”

Laras terbelalak, “ Apa? Kamu menyebutku kampungan. Jangan asal bicara kamu ya, Mas!” sentaknya.

“Sudahlah. Aku malas berdebat, pesan taksi dan pergi ke rumah orang tuamu.”

“Aku tidak mau. Kalau memang kamu ada urusan, setidaknya biarkan aku tinggal lebih lama di hotel ini. Tidak masalah aku hanya sendiri juga.”

Kalau begini caranya aku berpikir ulang memberikannya kemewahan yang kumiliki. Aku ingin tahu dia bisa menerimaku saat susah atau tidak. Aku ingin membuktikan perkataan Nilam kemarin, dalam kondisiku akankah Laras menerima atau tidak.

Aku tidak ingin ditipu wanita.

Ting!

Ponselku berdenting. Ada pesan masuk dari Bang Haikal.

[Nilam pergi untuk kontrol ke rumah sakit, mereka baru saja berangkat. Dilla menemaninya sedangkan Ibu ada di rumah.]

Senyumku tersungging membacanya. Ada kesempatan untuk menemui Nilam sebelum nanti mengurus soal kebakaran. Aku ingin menemui Nilam lebih dulu.

Bang Haikal pasti berpihak padaku. Dia sudah kuberikan uang modal untuk usahanya, kalau sampai dia tutup telinga saat aku meminta bantuan maka itu sangat keterlaluan.

“Mau kemana, Mas?” tanya Laras saat aku beranjak.

“Aku harus pergi. Uang untukmu sudah ku transfer.”

Secepat kilat aku meninggalkan meja itu, sudah tidak sabar bertemu dengan Nilam. Meski dia sering sakit bukan berarti aku tidak peduli dan cintaku memudar. Sampai detik ini aku masih sangat mencintainya. Hanya dia wanita yang paling mengerti aku. Aku tidak akan bisa kehilangannya.

Aku sudah hafal ruangannya karena berkali-kali ke sini.

Soal dokter itu, akan kubuat perhitungan padanya. Seenaknya menolak memberikan informasi soal Nilam padaku.

“Dokter Ilyas di dalam?” tanyaku saat seorang perawat keluar dari ruangan itu.

“Tidak ada, Pak. Dokter Ilyas di taman. Ini belum jam prakteknya.”

Keningku berkerut, “Di taman? Tapi ini waktunya Nilam, istri saya kontrol. Kenapa dokternya malah ada di taman.”

“Bapak temui saja langsung. Permisi.”

Dengan langkah lebar aku menuju taman.

Langkahku terhenti. Jantungku berdenyut nyeri melihat Nilam tersenyum pada dokter itu. Mereka tampak sangat akrab.

Apa ini alasan dokter itu tidak memberitahuku. Sudah pasti ingin mendekati Nilam. Aku sudah curiga karena tatapan matanya pada Nilam itu berbeda. Dia sudah lama menjadi dokter untuk Nilam. Sepertinya aku harus mengganti dokter lain, bagus lagi dokternya perempuan.

Dengan dada bergemuruh aku menghampiri mereka.

Kenapa juga Mbak Dilla membiarkan Nilam berduaan dengan lelaki lain.

“Kita cari dokter lain saja,” ujarku lalu menarik tangan Nilam.

Dia mencoba melepaskan tangannya, “Kamu kenapa sih, Mas? Datang-datang langsung marah.”

“Bagaimana aku tidak marah kalau melihat kamu digoda dokter genit ini. Cari dokter lain yang lebih bagus daripada dia.”

“Dokter, Maaf ya. Tidak usah didengarkan,” kata Nilam seolah mengabaikan keberadaanku.

Nilam masih mencoba melepaskan cengkraman tanganku sambil meringis.

“Kita pulang,” ujarku tegas.

“Anda menyakiti pasien saya, Pak.” Dokter itu mendorong tubuhku sedikit kasar membuat tanganku terlepas dari Nilam.

Aku tertawa mengejek, “Pasien? Bilang saja kau itu modus ingin mendekati istriku ‘kan?”

“Kenapa memangnya kalau aku mendekati dia. Dia bukan milik siapa-siapa,” ujarnya sambil menyeringai.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Doa Istri Pertama Mendatangkan Derita   Akhir Sebuah Kisah

    Setelah kejadian itu, Jelita memutuskan untuk berhenti kuliah, ia tidak akan sanggup. Baginya lebih penting menjaga mental karena ia seorang ibu, harus tetap dalam kewarasan agar bisa merawat bayinya.Hubungannya dan Devan semakin hari semakin memburuk, apalagi setelah Bu Irma tidak tinggal bersama mereka. Mereka bahkan sudah berpisah kamar beberapa minggu ini, tepatnya saat ibunya Devan pulang kampung.Devan mencoba untuk mendekat dan membuat suasana mencari tapi Jelita terus menghindar. Bukan soal masalah di kampus saja yang menjadi beban Jelita namun ada sangkutannya dengan hubungan mereka.Jelita duduk di teras, ia tidak fokus, bahkan tidak menanggapi putrinya yang meracau tidak jelas. Biasanya Jelita paling senang melihat Arunika berceloteh tapi kali ini, pikirannya kosong.Helaan napas terdengar jelas.“Aku nggak bisa begini terus.” Jelita bangkit, masuk ke dalam rumah.

  • Doa Istri Pertama Mendatangkan Derita   Mulai Lelah Karena Rasa Bersalah

    Berita soal Jelita sudah tersebar luas, setiap saat ponselnya berdenting tapi ia tidak berani untuk membukanya karena sudah jelas mereka hanya akan menghinanya saja.Jelita bahkan harus merasakan kupingnya panas karena di kelas banyak yang membicarakannya secara terang-terangan. Baginya menjelaskannya pun percuma karena memang itu faktanya, ia merebut calon suami ibunya sendiri.“Ta.” Recca menahan Jelita yang akan keluar dari kelas.“Aku mau pulan, Ca.” Ia melepas cekalan Recca dan buru-buru pergi.Ingin sekali ia menumpahkan tangisnya karena dadanya terasa sangat sesak. Dulu aibnya ditutup rapat-rapat oleh sang ibu, sekarang malah ada yang terang-terangan menyebarkan aib itu.Jelita sangat malu, ia bahkan tidak ingin lagi datang ke kampus karena dirinya menjadi bahan olok-olokan semua orang. Apa yang dirasakannya sekarang itu hasil perbuatannya, jadi jangan sampai menyalahkan orang lain.

  • Doa Istri Pertama Mendatangkan Derita   Aib Tersebar

    “Siapa cowok tadi?” Devan menatap istrinya penuh selidik.Andai tadi ia tidak ditahan Jelita, mungkin laki-laki yang sudah lancang memeluk Jelita akan bonyok di tangan Devan.“Teman aku, kenapa sih. Nggak usah cemburu.” Jelita tampak tidak peduli, ia melewati begitu saja suaminya.“Teman dari mana? Nggak usah bohong.”“Nggak usah percaya kalau begitu, ribet amat.”Devan menahan tangan istrinya. “Kamu kenapa sih? Kalau ada masalah apa-apa itu cerita jangan simpan masalah sendiri.”“Masalahnya ada di kamu, Mas.”Kening Devan berkerut. “Aku? Aku kenapa?”Jelita menyeringai. “Kamu nggak pernah sadar ya, Mas.”“Kalau aku ada salah, bilang. Jangan diem begini, aku takut nggak menyadari kesalahan aku.” Devan mencoba untuk tidak tersulut emosi juga.Sudah seharusnya ia lebih sabar karena istrinya belum b

  • Doa Istri Pertama Mendatangkan Derita   Bertemu Mantan

    “Yakin mau tinggal di sini?” Lea menatap sang suami yang tengah memperhatikan kamar yang akan mereka tempati beberapa waktu kedepan.Sekarang mereka ada di kediaman orang tua Lea. Rumah mewah yang hanya ada dua orang dan beberapa art yang menempati. Anak-anaknya sudah memiliki keluarga masing-masing.Baru pertama kali Adnan menginjakkan kaki di kediaman mertuanya. Dulu saat melamar sang istri bukan di rumah ini. Hatinya menciut karena istrinya lebih kaya daripada dugaannya.Tapi semua itu membuat Adnan semakin semangat untuk bekerja, ia tidak mau istrinya hidup susah bersamanya, saat bersama orang tuanya saja Lea diberikan segalanya dan saat hidup dengan Adnan pun akan lelaki itu usahakan untuk apapun yang diminta Lea meski istrinya memang jarang ingin ini atau itu. Lea sudah kenyang dengan limpahan harta orang tuanya. Ia juga bukan wanita yang suka belanja dan menghamburkan uang.“Kalau memang ini yang bisa membuat hubungan kita dan ayah membaik,

  • Doa Istri Pertama Mendatangkan Derita   Kebahagiaan Sempurna

    Mata wanita itu mengerjap pelan, kepalanya masih terasa berdenyut. Sosok sang suami yang tertangkap retina matanya saat ia bangun.“Mas.”“Iya, sayang. Bagaimana perasaan kamu? Ada yang sakit?”“Lita ....” Hanya Jelita yang ada dalam ingatan Lea sekarang.“Devan menemani Lita, nggak usah khawatir.” Adnan menggenggam tangan Lea, berulang kali mengecupnya penuh cinta.“Aku kenapa tadi, Mas?”“Kata dokter, tekanan darah kamu rendah dan stres makanya bisa pingsan.”Kepanikan bertambah beberapa saat lalu, Jelita akan melahirkan dan Lea tiba-tiba pingsan. Tapi sekarang situasi sudah terkendali.“Mas, aku mau kesana.”“Devan di sana, kamu di sini. Kondisi kamu lemas begini.”“Tapi, Mas.”“Doakan anak kita baik-baik saja. Persalinannya pasti lancar.” Adnan menyelipkan anak rambut Lea k

  • Doa Istri Pertama Mendatangkan Derita   Jelita Melahirkan

    Lea menggeleng cepat. “Nggak. Lita asal ngomong aja itu.” “Periksa yuk.” Adnan meraih tangan istrinya. Dengan lembut Lea melepaskan tangan Adnan. “Nggak usah, aku nggak hamil, Mas.” Ia mengulum senyum meski hatinya perih. Berulang kali berharap dan berulang kali juga hatinya patah. Lea tidak mau lagi berharap, ia menerima kalau memang tidak akan pernah bisa punya anak meski dalam hatinya tetap ada ketakutan kalau nanti Adnan akan berputar haluan dan mencari wanita lain yang bisa memberikan keturunan. Adnan mengangguk, ia juga tidak mau memaksa istrinya. Ingatan lelaki itu sudah mulai berangsur kembali, ia ingat dulu Lea pernah menangis kecewa karena mengira dirinya hamil karena telat haid dua bulan ternyata hanya karena stres saja. “Ini, beneran buat aku? Nanti kalau habis baru mau.” Adnan mengalihkan pembicaraan. “Nggak. Buat Mas. Aku

  • Doa Istri Pertama Mendatangkan Derita   Lea Hamil?

    “Tolong jangan pergi, Lita. Aku minta maaf.” Devan mulai takut kehilangan. Ia memang belum bisa mencintai istrinya itu tapi ia akan berusaha menjadi suami dan ayah yang baik. “Apa sekarang alesana Mas masih sama?” Devan menggeleng, ia masih memeluk erat istrinya. “Mas, lepas.” Jelita mencoba mendorong Devan. “Nggak mau. Kamu pasti mau ninggalin aku ‘kan?” Jelita memukul punggung suaminya, kesal. “Aku sesak ini, dedeknya kejepit.” Baru Devan mengurai pelukan setelah mendengar protes sang istri. “Maaf.” Wanita hamil itu tercengang karena melihat mata suaminya merah dan basah. Dia menangis? Apa Mas Devan benar-benar menyesalinya. Untuk saat ini Jelita belum bisa percaya, karena hatinya masih terluka karena alasan su

  • Doa Istri Pertama Mendatangkan Derita   Alasan rujuk

    “Mau makan apa?”Jelita menggeleng. “Masih kenyang.”“Nanti kalau aku kerja, kamu ditemani bibik di rumah.”“Nggak bisa ya kalau aku ke rumah Ibu?”“Boleh banget. Senyamannya kamu saja.”Sebenarnya Jelita merasa aneh karena sikap Devan. Sebenarnya bukan pertama kalinya lelaki itu bersikap manis, dulu saja saat menjalin hubungan terlarang, Devan selalu manis dan romantis. Namun setelah menikah malah berubah.Seharian itu Devan tidak pernah beranjak dari samping sang istri.Jelita tampak fokus menikmati tayangan televisi sambil mengunyah keripik kentang.“Mas. Aku bosen di rumah.”“Kamu mau kemana?”“Jalan-jalan, sambil cari makan. Kayaknya kepiting enak.”“Ayo.” Devan berdiri, mengulurkan tangannya untuk membantu sang istri.Perhatian kecilnya membuat debaran

  • Doa Istri Pertama Mendatangkan Derita   Memperbaiki

    “Mau apa kamu kesini?” Lea berucap ketus.Meski begitu ia tetap menyalami mamanya Devan, bagaimanapun ia menghormati orang tua.“Lea. Mama kesini anter Devan.” Mama Irma memulai pembicaraan.“Ma, biarkan Devan yang bicara.” Lea tidak mau melibatkan orang tua dalam masalah yang ada.Devan tampak gelisah dalam duduknya. Ia tampak baik-baik saja, tidak ada memar di wajah.Saat perjalanan Lea sempat berpikir akan ada baku hantam antara suaminya Devan ternyata itu semua tidak terjadi. Hanya ketakutannya saja.“Silakan kalian bicara, Mama tunggu di luar ya.” Wanita paruh baya itu memilih untuk keluar rumah, membiarkan ruang untuk mereka bicara.Ada percikan cemburu dalam hati Adnan melihat jika istrinya begitu dekat dengan mamanya Devan. Sebenarnya wajar kalau sebelumnya mereka pernah akan menikah.“Aku kesini karena mau tanggung jawab pada Jelita.”Kening Adnan berkerut. “Maksud kamu?”“Izinkan aku kembali sama Jelita, Om. Aku mau rujuk sama dia.”Tiga orang itu terbelalak mendengar perkat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status