Share

Bab 12

Author: Hazel
"Tirta, turunkan saja aku kalau kamu merasa lelah," ujar Ayu yang merasa tidak tega.

"Nggak apa-apa, Bi. Aku nggak keberatan kalau harus menggendongmu untuk seumur hidup!" Tirta terkekeh-kekeh.

Klinik sudah dekat. Begitu tiba, Tirta langsung menurunkan Ayu ke ranjang karena mengkhawatirkan cederanya.

"Tunggu sebentar, Bi. Aku ambilkan obat dulu." Sesudah mengatakan itu, Tirta segera pergi ke ruang obat.

Begitu Tirta pergi, wajah Ayu sontak menjadi sangat merah. Dia menjulurkan tangan untuk mengelus bokongnya yang sakit. Seharusnya Tirta tidak memiliki maksud lain. Bagaimanapun, pria dan wanita harus menjaga jarak. Ayu berpikir, Tirta sudah dewasa, pasti mulai menginginkan wanita.

"Tirta memang bukan anak kecil lagi, sudah saatnya aku mencarikannya pasangan," gumam Ayu. Dia mengembuskan napas setelah memikirkan ini. Seluruh Desa Persik tahu bahwa Tirta impoten. Wanita mana yang bersedia menjadi pasangannya?

"Sebagai seorang pria, malah nggak ada wanita yang menyukai Tirta. Dia pasti sedih sekali ...." Ayu makin merasa getir.

"Bi, aku sudah kembali." Ketika Ayu masih larut dalam lamunannya, suara Tirta membuatnya tersadar kembali.

Tirta pun terkejut saat mendapati wajah Ayu yang begitu merah. Dia bertanya dengan cemas, "Eh, kenapa wajahmu merah sekali? Apa ada yang sakit?"

"Oh, nggak apa-apa. Cepat oleskan obatnya," sahut Ayu yang buru-buru menunduk untuk menutupi ekspresi paniknya. Jantungnya pun berdetak cukup kencang.

"Oke. Tahan sedikit, ya." Tirta mengira wajah Ayu memerah karena sakit pada pergelangan kakinya. Dia segera berjongkok, lalu melepaskan sepatu dan kaus kaki Ayu untuk mengoleskan obat.

Begitu melihat kaki Ayu, Tirta tak kuasa menelan ludah. Kaki Ayu sungguh indah, kulitnya putih dan mulus.

"Bi, kamu benar-benar cantik. Kakimu saja begitu indah," puji Tirta dengan takjub. Satu-satunya yang merusak pemandangan hanya pergelangan kaki yang membengkak sekarang.

"Jangan bicara omong kosong, cepat oleskan obatnya," tegur Ayu yang sebenarnya merasa gembira mendengarnya.

"Oke, Bi." Tirta segera mengiakan, lalu menaruh minyak gosok di tangan dan mengoleskannya secara perlahan ke pergelangan kaki Ayu. Kemudian, dia mulai memijat lembut pada titik akupunktur. Raut wajahnya terlihat sangat fokus.

"Eh, sejak kapan kamu bisa memijat?" tanya Ayu. Dia awalnya merasa perih, tetapi pijatan Tirta tiba-tiba membuatnya merasa sangat nyaman. Ayu cukup terkejut dengan hasil ini.

"Aku baru belajar teknik memijat ini dari buku kuno. Cukup dipijat sekali atau dua kali, kakimu sudah bisa sembuh. Gimana? Enak, 'kan?" balas Tirta dengan bangga.

"Ya, rasanya nyaman sekali," jawab Ayu. Saking nyamannya, dia sampai mengeluarkan desahan yang membuat Tirta merinding mendengarnya.

Tirta terkekeh-kekeh dan berkata dengan berani, "Kulihat masih ada teknik memijat seluruh badan di buku kuno itu. Setelah menguasainya, aku akan mempraktikkannya untukmu. Aku yakin kamu akan merasa sangat nyaman nanti."

"Hei, kamu ingin menjadikanku hewan percobaan, ya?" Nada bicara Ayu terdengar agak kesal. Akan tetapi, dia tetap mengangguk untuk menyetujui tawaran Tirta.

"Bi, kamu setuju?" tanya Tirta dengan terkejut sekaligus gembira. Dia hanya asal bicara, tetapi Ayu malah menyetujuinya.

Ayu bukan hanya cantik, tetapi juga bertubuh ramping. Kulit putihnya dan tubuh seksinya jauh lebih menawan daripada Melati. Jika bisa memijatnya, Tirta akan mendapatkan kenikmatan visual dan sentuhan yang luar biasa! Hanya dengan membayangkannya saja, Tirta sudah dipenuhi antusiasme!

"Ya. Kalau kamu berhasil, kamu bisa menjadi tukang pijat. Bayarannya lumayan besar lho," sahut Ayu sambil mengangguk, seolah-olah tidak mendengar antusiasme dari nada bicara Tirta. Kemudian, dia meneruskan, "Nggak masalah kalau aku mengorbankan tubuhku sedikit."

"Oke, Bi. Setelah aku berhasil, aku nggak akan melupakan pengorbananmu. Aku akan menghasilkan banyak uang untuk menghidupimu. Kamu akan memiliki segalanya nanti!" Tirta menyeringai.

Seiring dengan pijatan Tirta, Ayu terus mengeluarkan suara napas yang ditahan. Jari tangannya yang ramping bahkan mencengkeram seprai dengan erat. Suara itu terdengar sungguh menggoda untuk Tirta.

"Sudah selesai. Coba jalan sedikit, seharusnya nggak sakit lagi," ujar Tirta. Setelah memijat sekitar 10 menit, Tirta melepaskan kaki indah Ayu dengan enggan, lalu membantunya memakai kaus kaki dan sepatu.

Ayu perlahan-lahan bangkit. Begitu kakinya mengenai lantai, dia benar-benar terkejut. "Tirta, kamu hebat sekali. Kakiku nggak sakit lagi."

Ayu mengira Tirta hanya bisa membantunya meredakan sakit, tetapi sekarang dia sama sekali tidak merasakan sakit apa pun.

"Hehe. Masih banyak kehebatanku yang belum kamu tahu, Bi," ujar Tirta yang terkekeh-kekeh.

"Jangan membual. Sekarang kita pergi beli barang, lalu berangkat ke rumah Nabila," sahut Ayu.

"Oke. Sebaiknya aku menggendongmu lagi. Jangan sampai kakimu cedera lagi nanti." Sambil berkata demikian, Tirta berjongkok di hadapan Ayu.

"Nggak perlu, aku bisa jalan sendiri kok!" tolak Ayu yang wajahnya seketika memerah. Kemudian, dia menjulurkan tangan untuk menepuk kepala Tirta.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Iron Mustapa
seka utie jgn kasi kendor.. ...
goodnovel comment avatar
Csippit Gaming
selanjutnya
goodnovel comment avatar
Muhammad Khudori
bagus veritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1477

    "Bu Bella, apa terjadi sesuatu dengan Pak Tirta?"Melihat Bella menurunkan ponselnya dengan ekspresi sedih dan khawatir, Tina, Laras, dan Kimmy tak bisa menahan diri untuk bertanya.Mereka bertiga dulunya adalah pesilat kuno, jadi pendengaran mereka sangat tajam. Mereka samar-samar mendengar jeritan Tirta dari seberang telepon."Aku ... aku juga nggak tahu. Gimana kalau aku suruh orang antar kalian ke tempatnya? Kalian periksa keadaan Tirta. Kalau dia nggak apa-apa, tolong kabari aku."Setelah menutup telepon, sebagian besar amarah di hati Bella sudah menghilang. Kini yang tersisa hanya kekhawatiran terhadap keselamatan Tirta.Usai berbicara, Bella segera memerintahkan sopirnya untuk mengantar para gadis ke tempat Tirta. Bahkan, dia memberikan ponselnya kepada Kimmy dan mengajarinya cara menggunakannya."Tunggu! Bu Bella, kamu nggak ikut ke sana?" tanya Tina dengan penasaran."Ya, tadi kamu tersenyum, itu berarti kamu masih peduli pada Pak Tirta. Apa pun kesalahpahaman yang terjadi seb

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1476

    "Bu Bella, kenapa kamu diam saja? Bukankah hubunganmu dengan Pak Tirta sangat baik?"Tina dan Laras yang tidak tahu apa-apa pun bertanya dengan penasaran. Bahkan Kimmy juga melirik dengan penuh rasa ingin tahu."Bu Bella, sampai sekarang Yasmin masih belum diketahui keberadaannya, cepat tanya ke Pak Tirta dong. Jangan buat kami panik!"Chiko yang sangat posesif pada anaknya pun mengentakkan kakinya dengan cemas. Lantai sampai retak karena hentakannya!"Aku ... aku nggak tahu harus bilang apa. Kamu saja yang bicara sama dia!" Perasaan Bella sungguh campur aduk. Dia panik dan bingung, langsung melemparkan ponselnya ke Chiko. Kemudian, dia buru-buru kembali ke dalam mobil, seperti melarikan diri!"Jangan-jangan Bu Bella sudah putus dengan Pak Tirta ya?" Melihat itu, Tina, Laras, dan Kimmy mulai bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi."Pak Tirta, ini aku, Chiko. Tiga jam yang lalu, anakku diam-diam kabur dari rumah Keluarga Purnomo. Katanya mau mencarimu ...." Chiko tidak sempat berpikir

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1475

    Saat itu, Tirta sedang berada di ruang rawat rumah sakit dan memberikan pijatan ringan untuk Nabila. Dengan teknik yang terampil dan tekanan yang pas, sentuhan tangan Tirta membuat seluruh tubuh Nabila terasa rileks. Wajahnya penuh dengan ekspresi nyaman dan puas."Ahh ... aku benar-benar nggak nyangka, ternyata kamu bisa juga ya jadi setulus dan selembut ini. Sepertinya kamu nggak cuma buaya saja, ternyata masih ada sisi baiknya juga."Tirta baru hendak membalas ucapannya ketika ponselnya berdering. Dia mengeluarkannya dan melirik sekilas. Ternyata yang menelepon adalah Bella!Jangan-jangan Bella sudah tidak marah lagi? Teringat pada ucapan Yasmin tadi, hati Tirta pun langsung berdebar kencang penuh harapan!"Kak Nabila, ini telepon dari Pak Mauri. Aku keluar sebentar ya untuk jawab telepon, nanti langsung balik."Tirta sengaja tidak menyebut nama Bella. Tirta khawatir jika Nabila tahu siapa yang menelepon, bisa saja dia jadi cemburu dan membuat bayi dalam kandungannya ikut terpengaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1474

    Tirta menjawab dengan jujur. Bagaimanapun, Nabila adalah wanita pertama yang benar-benar membuat hatinya bergetar."Benarkah, Tirta? Aku sih nggak percaya. Nanti kalau aku sudah jelek, kamu pasti nggak mau nyentuh aku lagi.""Makanya, mumpung aku masih muda dan cantik, nanti setelah melahirkan, aku bakal benar-benar peras habis kamu! Biar kamu nggak bisa bangun dari ranjang!"Nabila yang sudah terbiasa "disiksa" oleh Tirta, kini justru mulai membayangkan sebaliknya. Dia ingin membuat Tirta kelelahan dan tak berkutik di bawah dirinya. Bayangan itu membuat matanya memicing dan memasang senyum penuh kemenangan."Baiklah, kalau begitu biar aku yang nggak bisa bangun dari ranjang, kamu yang jadi bosnya." Tirta pun ikut tertawa dan menggenggam tangan Nabila kembali dengan penuh sayang.Mendengar canda tawa Nabila dan mengingat bahwa perempuan ini tengah mengandung anaknya,suasana hangat yang tercipta benar-benar membuat Tirta merasa damai dan sangat bahagia."Tirta, ngomong-ngomong ... anak

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1473

    "Eh? Itu ... Kak Nabila, dulu 'kan aku belum tahu. Sekarang sudah tahu kamu hamil, ya tentu saja kita nggak boleh begituan lagi. Kalau kamu rindu aku ... ya, aku bisa pakai ini saja." Tirta menunjuk lidahnya, lalu menggerakkan jarinya sedikit nakal. Terakhir, dia mengarahkan telunjuknya ke arah bagian bawah tubuhnya."Atau pakai ini ... atau ... aku coba pelan-pelan saja.""Eh ... tapi itu nggak seru! Aku lebih suka kamu coba yang dalam-dalam. Aku sekarang sudah kuat, lho."Nabila langsung tampak kecewa dan memprotes pada Tirta."Tirta, kamu pikirkan saja, waktu itu kamu hajar aku tiga hari tiga malam, tapi bayinya tetap nggak apa-apa. Apa mungkin karena anak kita mewarisi kekuatanmu?""Mewarisi kekuatanku? Maksudmu gimana?" Tirta terlihat bingung."Ya maksudnya ... kuat seperti kamu, tubuh tahan banting, genetiknya hebat. Jadi bayinya juga tahan uji, makanya nggak kenapa-kenapa," jawab Nabila dengan wajah merah padam karena malu.Tirta tentu tahu maksud tersembunyi di balik ucapan Nab

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1472

    Mendengar hal itu, Nabila ikut gembira dan langsung mencium pipi Tirta, lalu perlahan mengusap perutnya sendiri. Namun, dia masih tetap bertanya dengan khawatir, "Apa? Tirta, kamu bilang ... kamu bilang aku benaran hamil? Anaknya benar-benar baik-baik saja? Serius nggak perlu periksa ke dokter?""Benaran nggak perlu. Kak, aku jujur saja ya, sebenarnya aku punya kemampuan mata tembus pandang! Aku bisa melihat kondisi bayi dengan jelas!""Jadi kamu nggak usah khawatir. Sekarang kamu sedang mengandung, kamu harus benar-benar istirahat total. Mulai besok ... nggak, mulai sekarang juga, jangan pergi ke kampus lagi!""Kamu ikut aku pulang ke Desa Persik. Aku akan merawat dan menjagamu sebaik mungkin! Selama ada aku, kamu nggak akan terluka sedikit pun!"Tirta yang saat ini diliputi euforia, benar-benar ingin menjaga Nabila seperti harta karun paling berharga di dunia."Tirta, kamu punya mata tembus pandang? Serius? Jangan-jangan kamu cuma bohongi aku? Aku tetap nggak percaya. Hamil atau ngga

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1471

    "Ada apa, Kak Nabila? Apa Paman Agus atau Bibi Betari merasa nggak enak badan lagi?" tanya Tirta bertanya sambil mengernyitkan dahi.Nabila tidak langsung menjawab, tetapi raut wajahnya terlihat sangat muram. Dia menarik Tirta keluar dari ruang rawat dan menuju sudut koridor rumah sakit. Di sanalah, dia berbicara dengan nada penuh kekhawatiran."Bukan mereka .... Tirta, ini ... ini soal aku. Akhir-akhir ini aku sering merasa mual dan ingin muntah .... Terus, nafsu makanku juga meningkat drastis. Yang paling parah, dadaku ... sepertinya membesar lagi.""Awalnya aku nggak terlalu memikirkan. Tapi tadi aku muntah lagi dan Ibu melihatnya. Ibu bilang, mungkin aku sedang mengandung anakmu .... Lalu, beberapa hari ini kamu juga ... ya, kamu tahu sendiri.""Tirta, kalau aku benar-benar hamil dan kamu memperlakukanku seperti itu terus ... apa bayi dalam kandungan bisa celaka?"Saat berkata demikian, Nabila menggenggam ujung bajunya erat-erat, sampai buku-buku jarinya memutih. Wajahnya tampak ta

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1470

    "Oh iya, Yasmin, kenapa kamu bisa sampai sendirian ke kampung? Itu bukan karena Bella mengusirmu, 'kan?" Tirta cepat-cepat menenangkan, lalu tiba-tiba teringat sesuatu dan bertanya."Itu nggak ada hubungannya sama Kak Bella, kok. Yasmin sendiri yang mau cari Kakak Guru. Yasmin cuma mau kasih tahu kalau Kak Bella sebenarnya rindu sama Kakak Guru juga.""Hanya saja ... dia marah karena Kakak Guru punya wanita lain di luar. Tapi, kalau Kakak Guru bisa rayu dia baik-baik, dia pasti mau balikan lagi." Yasmin menggenggam ponsel erat-erat. Suaranya perlahan kembali normal dan tegas."Yasmin, apa Bella benar-benar berpikir seperti itu?"Sekarang ini, selain Bella, semua wanita dalam hidup Tirta sudah bisa rukun dan menerima satu sama lain. Bahkan Ayu dan Elisa pun telah membuka hati mereka. Satu-satunya yang masih mengganjal di hati Tirta tentu saja adalah Bella. Kini mendengar kata-kata dari Yasmin, detak jantungnya langsung berdebar kencang!"Memang Kak Bella nggak bilang langsung, tapi Yasm

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1469

    Sejak Mauri dipindahtugaskan ke ibu kota provinsi, dia memang sudah lama ingin mencari kesempatan untuk bertemu dengan Tirta. Sayangnya, karena urusan dengan organisasi Black Gloves, dia selalu sibuk luar biasa.Hari ini, saat anak buahnya menemukan petunjuk lokasi keberadaan Black Gloves, Mauri yang sedang terburu-buru menangkap mereka pun ikut turun langsung dalam penyisiran.Tak disangka, justru di tempat semacam ini, dia malah bertemu dengan murid Tirta, Yasmin."Paman, kakak guruku memang namanya Tirta. Paman kenal sama kakak guruku ya?" Melihat ekspresi kaget di wajah Mauri, Yasmin bertanya dengan nada ragu dan sedikit gugup."Kenal, tentu saja kenal! Aku dan Pak Tirta itu teman baik. Tunggu sebentar, ya! Aku akan hubungi dia dulu, lihat apakah dia sedang ada di Desa Persik. Kalau iya, aku akan suruh orang ... nggak, aku sendiri yang akan mengantarmu ke sana!"Nada bicara Mauri terdengar tidak tenang. Setelah berkata demikian, dia langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon Tir

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status