Share

Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia
Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia
Author: Tiwie Pratiwie

Bab 1- Awal Pertemuan

last update Huling Na-update: 2024-03-09 11:28:41

Beberapa mobil saling melaju kencang di jalanan, bukan hanya melaju kencang saja, tapi setiap mobil sambil menembakkan peluru dari pistol masing-masing.

Dooor

Door

Dooor

"Lebih kencang lagi, jangan biarkan mereka sampai lepas," ucap seorang pria yang berparas tampan, kulit sawo matang, hidung mancung, jika para wanita yang melihat, jelas langsung terpana, tapi jangan harap untuk bisa di lirik kembali, karena menurutnya, wanita itu hanya patung yang tidak enak untuk di pandang.

Dia adalah Bagaskara Bumi Atmaja, seorang pengusaha sukses sekaligus ketua mafia black and white yang terkenal di seluruh penjuru dunia.

Jangan bilang kalau pria yang di sapa Bumi adalah Mafia yang selalu bermain wanita, menjual barang ilegal, atau suka berbuat onar seperti mafia-mafia lainnya, justru salah besar kalau mengatakan Bumi seperti itu, karena aslinya adalah justru Bumi dan antek-anteknya adalah seorang Mafia kebalikannya, Mafia yang banyak menolong hak warga dan membongkar para penjahat yang bermain dengan barang-barang ilegal.

Tapi karena perawakannya yang begitu dingin dengan tatapan mata elangnya, jadilah semua orang takut untuk berhadapan dengan seorang Bumi.

Kembali ke jalanan yang masih terlihat aksi kejar-kejaran mobil, bahkan tembakan peluru dari pistol pun masih terdengar, sampai akhirnya mobil dari lawan Bumi terbalik, bahkan terguling-guling, tidak sampai di sana, anak buah Bumi juga terkena tembakan dari lawan, bisa di lihat kalau keadaannya cukup serius.

"Segera bawa ke rumah sakit," ucap Bumi memerintahkan anak buah lainnya.

"Baik tuan,"

"Untuk barang bukti langsung serahkan pada pihak kepolisian, dan biarkan pihak polisi yang membongkar gudang narkoba itu sendiri," ucap Bumi yang lagi-lagi hanya di jawab dengan anggukan kepala oleh anak buah Bumi.

"Kita ke rumah sakit sekarang," ajak Bumi pada asisten pribadinya, Dirga.

"Baik tuan," sahut Dirga dan langsung masuk ke dalam mobil, mobil pun langsung melaju menuju rumah sakit.

Di rumah sakit, keadaan terlihat begitu sibuk, anak buah Bumi yang tertembak saat ini sedang di tangani oleh dokter, begitu juga dengan musuh Bumi yang juga sudah berada di rumah sakit dan saat ini sedang di tangani beberapa dokter juga.

"Hubungi dokter Bagus, pasien harus di operasi," ucap dokter Irawan saat memeriksa musuh Bumi karena saat ini keadaannya kritis.

"Pasien yang terkena tembakan juga sudah banyak mengeluarkan darah dok, kita juga harus segera operasi," ucap salah satu dokter yang memeriksa anak buah Bumi.

"Tapi kita nggak mungkin oprasi dua pasien sekaligus dalam waktu bersamaan, semua ruangan operasi sedang di pakai," ucap salah satu dokter memberitahu.

"Pilih salah satu dari pasien yang keadaannya paling beresiko dok," ucap dokter Jelita yang baru saja masuk ke ruangan tindakan.

Jelita Larasati, dokter spesialis Bedah termuda yang bekerja di rumah sakit terbesar di kota J, jangan di tanya soal paras, jelas dokter Jelita menjadi dokter yang banyak di idam-idamkan para dokter yang masih single, bukan hanya para dokter, bahkan para pasien yang melihat dokter Jelita juga langsung terpesona, sayangnya semuanya sama sekali tidak di gubris oleh Jelita, karena Jelita masih fokus dengan karirnya.

"Ruang operasi akan selesai dalam waktu lima belas menit lagi, jadi kita harus pilih pasien yang lebih beresiko, yang lebih dulu akan di operasi agar nyawanya bisa di selamatkan," Jelita kembali memberitahu.

"Kalau begitu segera operasi pasien ini lebih dulu, (menunjuk musuh Bumi ) kondisinya sangat memprihatinkan, ada pembekuan darah di kepalanya, karena benturan yang cukup kuat pasca terjadi kecelakaan, bahkan tulang rusuknya juga mengalami retak, kalau pasien yang satunya hanya mengalami luka tembak, saya rasa lima belas menit untuk menunggu selesai operasi masih bisa bertahan," jelas dokter Irawan yang langsung di jawab dengan anggukan kepala oleh Jelita.

"Baik, segera bawa pasien ke ruang operasi, saya akan siap-siap," ucap Jelita dan di jawab anggukan beberapa dokter dan suster yang ada di ruangan tindakan.

Baru saja Jelita keluar dari ruangan, langkahnya langsung terhenti karena di hadang oleh Bumi dan Dirga, bahkan anak buah Bumi lainnya juga berada di belakang tuannya dan ikut menghadang Jelita.

"Ada apa ini?" tanya Jelita menatap Bumi dan Dirga bergantian.

"Operasi Akbar lebih dulu," bukannya menjawab, Bumi justru langsung berbicara dengan suara dinginnya.

Mengerti maksud Bumi, Jelita pun langsung menghembuskan napasnya dengan pelan, "Maaf, nyawa pasien yang mengalami kecelakaan saat ini lebih di utamakan, kami tidak bisa menerima resiko kalau sampai telat menolongnya," jelas Jelita dan ingin melangkah, tapi dengan cepat anak buah Bumi langsung menghadangnya.

"Saya tidak mau tahu, saya mau anda operasi Akbar sekarang juga atau saya ratakan rumah sakit ini," bentak Bumi.

Jelita yang mendapat bentakan dari Bumi, bukannya takut, justru menatap Bumi dengan tatapan tajam, dan itu justru membuat Bumi mendadak aneh dengan jantungnya saat melihat bola mata Jelita yang begitu indah di lihatnya, tapi karena tidak mau di anggap lemah, Bumi pun membalas tatapan mata Jelita dengan mata elangnya.

"Kami sebagai dokter sudah bersumpah untuk menolong pasien yang membutuhkan pertolongan lebih dulu, dan teman anda yang ada di dalam akan segera di operasi setelah ruangan operasi selesai, dan itu tidak lama, saya harap anda mengerti, karena saat ini nyawa pasien yang di operasi lebih keadaannya cukup lebih parah," ucap Jelita memberitahu.

"Apa anda tidak tahu siapa yang akan anda tolong lebih dulu, dia itu bandar narkoba nona, sementara teman kami yang ada di dalam itu adalah yang membongkar bandar narkoba, harusnya nona sebagai dokter lebih paham menolong siapa yang di utamakan, teman kami yang membongkar bandar narkoba, atau yang berbuat kejahatan dengan menjual barang haram itu ke masyarakat," ucap Dirga.

"Saya bukan hukum, saya seorang dokter yang lebih mengutamakan nyawa pasien, dan saya pasti akan mengutamakan nyawa pasien saya, jadi jangan bawa-bawa hukum di sini, urusan bandar narkoba itu, jika dia selamat nantinya, baru bisa kalian adili," ucap Jelita kemudian langsung melangkah pergi meninggalkan Bumi begitu saja.

Jelas tangan Bumi langsung terkepal kuat, yang tadinya Bumi sempat tertarik saat melihat Jelita, kini justru sebaliknya, Bumi justru akan memberikan pelajaran untuk Jelita.

Dua pasien yang sudah tidak sadarkan diri sudah keluar dari ruangan tindakan dan akan di bawa ke ruang operasi, salah satunya Akbar, salah satu orang kepercayaan Bumi.

Bumi yang melihat Akbar begitu pucat langsung mengeraskan rahangnya, "Kalau sampai Akbar kenapa-napa, tandai dokter wanita tadi, saya sendiri yang akan memberikan pelajaran untuknya," ucap Bumi yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Dirga.

Hampir satu jam sudah Bumi menunggu di rumah sakit, sampai akhirnya pintu ruangan operasi terbuka, Dirga langsung bangkit dari duduknya dan menghadang Jelita untuk melangkah.

"Bagaimana keadaan taman kami dokter?" tanya Dirga dengan tatapan yang begitu tajam menatap Jelita.

"Baik, masa kritisnya sudah hilang, tapi pasien tetap berada di ruang ICU sampai pasien siuman," jawab Jelita kemudian langsung pergi begitu saja, bahkan tanpa melihat Bumi sama sekali.

Bumi yang melihat kepergian Jelita tanpa melihat dirinya langsung menatap punggung Jelita yang sudah menjauh.

"Baru kali ini ada seorang wanita yang berani dengan saya, bahkan tidak memandang saya sama sekali, siapa dia sebenarnya," batin Bumi.

"Tuan, Akbar masih di ruang ICU, tidak bisa di jenguk juga, sebaiknya kita kembali saja ke mension," ajak Dirga.

"Hmmm," sahut Bumi dengan deheman.

"Kamu cari tahu dokter yang mengoperasi Akbar tadi," sebelum melangkah Bumi memberikan tugas pada Dirga.

"Baik tuan," sahut Dirga.

"Kalian tunggu disini, kabari saya kalau terjadi sesuatu pada Akbar," ucap Bumi lagi dan di jawab dengan anggukan kepala oleh anak buah Bumi yang lainnya.

Setelah memberikan perintah, Bumi pun langsung melangkah untuk pergi dari rumah sakit, saat melewati ruangan yang Bumi juga tidak tahu ruangan apa, tidak sengaja telinganya mendengar obrolan dari dalamnya dan membuat Bumi seketika langsung menghentikan langkah kakinya.

"Ta kamu tadi berani banget ngelawan tuan Bumi," ucap Nina, sahabat Jelita sesama dokter.

"Memangnya siapa dia?" sahut Jelita yang membuat Bumi langsung tersenyum sinis saat mendengar ucapan yang keluar dari mulut Jelita.

"Ternyata dia sama sekali tidak mengenal aku, baiklah, ke depannya kamu akan berurusan dengan ku dokter," batin Bumi dan kembali melangkahkan kakinya meninggalkan rumah sakit.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Perang Mulut

    “Lanjutkan nona,” ucap Dirga yang membuat Nina menatap Dirga.Nina pun menjawab dengan anggukan kepala, sesekali matanya melirik Jelita dan Bumi yang masih saling menempelkan bibir mereka.Hampir sepuluh menit, akhirnya Nina sudah selesai menjahit luka Jelita kembali, begitu sudah beres, Dirga yang masih melihat tuannya menikmati cumbuannya dengan Jelita, tanpa bersuara langsung menarik Nina keluar untuk pergi ke lantai satu, bahkan Dirga juga melarang siapapun untuk naik ke lantai atas.“Tuan, kenapa kita harus pergi, harusnya kita bersuara tadi, jadi mereka tidak melanjutkan ciuman mereka, saya takut mereka justru keterusan dan–,’“Tidak akan terjadi apa-apa nona, jadi tidak ada yang perlu anda khawatirkan,” potong Dirga.“Kenapa anda bisa seyakin itu nona, yang namanya pria dan wanita kalau sudah saling bercumbu pasti akan keterusan,”“Tuan Bumi tidak akan melakukan apa-apa pada nona Jelita, jadi nona tidak perlu takut,” ucap Dirga menatap Nina dengan tatapan malas.“Ck, dasar sok

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Ciuman Rasa Sakit

    Bumi sudah keluar dari mobil lebih dulu, disusul Jelita yang melangkah masuk ke dalam mansion dengan kepala menunduk. baru beberapa langkah Jelita masuk ke dalam mansion, suara orang yang begitu dikenalnya memanggil dirinya.“Kak Jelita,” Jelita langsung mengangkat kepalanya, air mata yang tadi sempat mengering di matanya, kini kembali berkaca-kaca saat melihat Bayu saat ini ada di depan matanya.“Bayu,” panggil Jelita dengan suara tercekat.Dengan cepat Jelita Jelita langsung memeluk adiknya, Bumi yang melihat jelas langsung menolehkan kepalanya ke arah lain, entah kenapa ada rasa tidak suka saat Jelita memeluk Bayu, walau pun Bayu adik kandung Jelita.“Dek, kamu kok bisa aja disini? terus ibu mana?” tanya Jelita.“Aku dibawa orang suruhan kak Bumi kak,”“Kak,” beo Jelita menatap Bayu, kemudian matanya melihat Bumi yang berdiri tidak jauh darinya dan Bayu.“Iya, kak Bumi yang untuk di panggil itu,” jelas Bayu.“Tadi waktu aku dan ibu di rumah kakak, tiba-tiba ada yang menggedor pint

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Kembali ke Mansion Bumi

    Saat ini Jelita sedang menunggu taksi online yang sudah di pesannya, Nina yang sendiri yang tidak mau Jelita kenapa-napa pun menyusul Jelita ke depan rumah sakit, pun dengan Rizal.“Ta, pulangnya sama aku ya, sebentar aku ambil mobil dulu,” ucap Nina yang membuat Jelita terkejut.“Nggak usah Na, aku naik taksi aja, aku udah pesan juga,” tolak Jelita.“Yauda aku aja yang antar kamu,” kini Rizal yang bersuara.“Ck, jangan gila deh Zal, kamu masih ada operasi satu jam lagi,” tolak Jelita juga.“Tapi kamu bahaya kalau pulang sendiri Ta, ingat, pasti anak buah musuh nya tuan Bumi berkeliaran disini, aku nggak mau kalau sampai mereka menangkapmu, jelas aku orang yang paling merasa bersalah kalau terjadi apa-apa sama kamu,” ucap Nina.“Tap–,”“Biar saya yang antar Jelita pulang,”DegRizal dan Nina langsung menolehkan kepala mereka ke asal suara, Tapi tidak dengan Jelita, yang mana hanya diam di tempat, bahkan Jelita tidak menolehkan kepalanya sama sekali karena sejujurnya Jelita sudah tahu

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Kamu Harus Pergi Jelita

    “Jadi pria yang aku tangani tadi itu yang sudah menculik ibu sama Bayu?” tanya Nina yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Jelita dengan cepat.“Fiks..kamu dalam bahaya Ta,”“Bahaya kenapa?” tanya Rizal yang baru saja masuk ke ruangan Jelita karena baru saja selesai operasi, dan samar-samar Rizal mendengar apa yang dikatakan Nina pada Jelita.“Ini Zal, orang yang sudah melukai tangan Jelita itu pasien yang tadi aku tangani yang sebelumnya Jelita tangani, mereka itu yang menculik ibu sama Bayu,” jelas Nina.“Apa!!” Rizal juga sama, tak kalah terkejutnya.“Dan aku sangat yakin kalau sekarang ini Jelita pasti dalam bahaya, karena pria itu adalah musuh tuan Bumi,” ucap Nina lagi memberi tahu.“Apa hubungannya sama tuan Bumi dan Jelita?” tanya Rizal yang memang belum mengetahui apa-apa, sebab Rizal tahu nya hanya Jelita di tahan tuan Bumi, dan Rizal tidak tahu soal Aaron karena Jelita memang menceritakan masalah Aaron pada Rizal dan Nina.“Dia itu musuhnya tuan Bumi, Aaron tau nya aku

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Dia yang Menculik Ibu dan Bayu

    Jelita terdiam terpaku di tempatnya saat melihat Aaron lah yang berada di brankar tepat di hadapannya.“Bawa saya lari dari sini, atau kau akan mati saat ini juga,” ancam Aaron mengeluarkan belati di tangannya.“Dok ini kain kasa dan kapas nya,” ucap suster yang mampu menyadarkan Jelita, dengan pelan Jelita menundukkan kepalanya mengambil kain kasa dan perban yang diberikan suster, matanya melihat Aaron yang juga menatapnya dengan tajam.Begitu sag suster pergi, Aaron kembali bersuara, “Bawa saya pergi dari sini, atau kau akan mati saat ini juga,” ancam Aaron lagi.“Bagaimana mungkin aku bisa membawamu dari sini, sementara saat ini kau terluka parah, kepalamu berdarah,” “Luka kecil ini tidak berpengaruh padaku, sekarang yang aku mau, kau bawa aku pergi dari sini, aku tidak mau tau caranya bagaimana,” kembali Aaron mengancam Jelita.“Maaf aku tidak bisa, aku akan memanggil dok–,”“Aaahhkk,” teriak Jelita saat tangannya ditusuk belati milik Aaron.Darah langsung mengalir keluar dari te

  • Dokter Cantik Pilihan Sang Mafia   Siapa Dia?

    “Tapi dia mengenalmu Jelita,” ucap Nina, Jelita sendiri langsung menatap Jelita.Dengan pelan Jelita bangkit dari duduknya, ditatapnya Nina,”Tapi aku tidak mengenalnya Nina, intinya aku sangat membenci dia, karena dia aku dan keluargaku menjadi seperti ini, bahkan aku juga tidak tahu apa karirku sekarang masih baik-baik saja atau tidak di rumah sakit, satu minggu lebih aku tidak masuk bekerja tanpa kabar dan semua itu karena dia, dan kamu masih bilang dia baik,” jelas Jelita yang membuat Nina hanya bungkam, tapi sejujurnya ingin sekali Nina memberitahu soal Bumi padanya.“Andai kamu tahu kenapa tuan Bumi sampai seperti itu sama kamu Ta,” batin Nina.“Kalau ibu dan Bayu sudah baik, kita pergi dari sini ya, aku nggak mau berhubungan lagi sama pria itu bu, dia sangat bahaya,” ucap Jelita yang hanya dijawab anggukan kepala oleh ibu dengan pasarah, begitu pun dengan Bayu, hanya bisa menurut apa yang disampaikan kakaknya.******Dua minggu sudah berlalu, apa yang disampaikan Jelita pada ibu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status