Home / Urban / Dokter Terhebat / Bab 7 - Pacar Palsu

Share

Bab 7 - Pacar Palsu

Author: Naga Hitam
last update Last Updated: 2025-04-11 09:42:20
Matanya menatap Lastri dengan nafsu. Lastri merinding, wajahnya pucat pasi.

“Kau cukup patuh malam ini. Jangan coba-coba melarikan diri,” ancam Jalok, suaranya seram.

Pak Agus mengangguk puas, merasa masalah akan segera selesai.

“Jalok, cepatlah! Aku tak bisa menunggu lebih lama lagi,” desaknya tak sabar.

“Sudah kubilang, tenang saja. Setelah kami bersenang-senang dengannya, semua akan beres,” jawab Jalok sambil tertawa kecil.

Tanpa banyak bicara, Jalok langsung merangkul Lastri dengan kasar dan mulai menyentuh tubuhnya.

“Apa yang kau lakukan?!” seru Lastri panik, mencoba menolak.

Namun Jalok jauh lebih kuat. Ia membopong Lastri yang meronta dan membawanya ke kamar terdekat.

“.....”

Pak Agus hanya menonton, ekspresinya datar.

Dalam hati, ia tahu Lastri adalah selingkuhannya. Tapi semua ini, baginya, adalah konsekuensi dari pilihan Lastri sendiri.

Para preman lainnya tertawa, bersiap menunggu giliran.

Mereka menanti "pesta" yang baru saja dimulai.

***

Sementara itu, di dalam sebuah mobi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dokter Terhebat   Bab 8 - Sandiwara

    Nada suaranya penuh kekecewaan.Ia merasa dimanfaatkan, seperti boneka dalam drama yang tidak pernah ingin ia perankan.Ia tahu posisinya—miskin, tak punya apa-apa, dan bahkan membawa beban impoten. Ia tidak ingin menjadi bahan tertawaan para orang kaya.“Aku tahu ini terdengar egois, tapi aku benar-benar tak punya pilihan,” ucap Miranda pelan. “Aku tidak dekat dengan pria lain. Aku hanya butuh bantuanmu malam ini...”Untuk pertama kalinya, Miranda memohon. Wajahnya serius, tak lagi penuh percaya diri seperti biasanya.“Aku memang salah karena tidak memberitahumu dari awal... tapi tolong... bantu aku kali ini saja. Aku akan membayarmu, berapa pun yang kau minta,” ujarnya tulus.Udin menghela napas.Baginya, tawaran uang bukanlah hal yang bisa menggoyahkan harga dirinya. Ia memang miskin, tapi bukan pengemis yang bisa dibeli.Namun, melihat wanita secantik Miranda memohon di hadapannya... hatinya sedikit luluh. Ia tidak tahan melihatnya bersedih.(Uang bisa dicari… tapi harga diri tetap

    Last Updated : 2025-04-11
  • Dokter Terhebat   Bab 9 - Terluka

    Miranda sadar satu-satunya cara untuk mempertahankan kebohongannya adalah memperdalam hubungan palsunya dengan Udin.Ia harus tampil lebih meyakinkan sebagai pasangan.Walaupun sebagai wanita ia merasa dirugikan, tapi demi kelangsungan rencana ini, Miranda tak punya pilihan selain membiarkan Udin memainkan perannya sepenuhnya.“Itu tidak benar! Kami sudah lama bersama, hanya saja tidak ingin mengumumkannya ke siapa pun. Benar begitu, Sayang?” ucap Miranda penuh penghayatan, meski wajahnya memerah karena malu dan tegang.(Tolong bantu aku...) desaknya dalam hati, menekan tangan Udin dengan lembut namun penuh arti—sebuah sinyal jelas bahwa Udin harus segera bertindak.Udin bisa merasakannya.Meski sempat teralihkan oleh kedekatan fisik mereka, ia segera sadar ini bukan waktunya untuk terbawa suasana.“Mas Bro! Kenalin, aku Udin,” ujar Udin dengan senyum santai. “Aku nggak peduli sama bajuku atau penampilan luar. Yang penting, aku pacarnya Nona Miranda. Dan kamu? Kamu bukan siapa-siapa.”

    Last Updated : 2025-04-11
  • Dokter Terhebat   Bab 10 - Karma

    Andai saja Udin tidak datang, ia yakin malam ini akan berbeda. Tapi semuanya sudah terlambat.Meski begitu, Erik bukan tipe yang menyerah begitu saja. Dendamnya membara. Ia bertekad menyingkirkan Udin—secara diam-diam.Dan demi alibi yang kuat, Erik takkan bertindak sendiri. Ia akan menyewa seseorang untuk menyelesaikan masalah ini... secara permanen.***Di luar restoran, Udin dibantu Miranda berjalan perlahan menuju tempat parkir.Keduanya tampak tidak punya pilihan selain meninggalkan tempat itu setelah insiden pemukulan oleh Erik Penadol.Miranda tampak diliputi rasa bersalah, merasa insiden itu terjadi karena dirinya.“Aku benar-benar minta maaf. Karena aku, kau jadi terluka seperti ini,” ucap Miranda dengan nada sesal.Dia tak pernah membayangkan Erik akan melakukan hal seburuk itu. Segalanya di luar perkiraannya.Ia tak bermaksud membuat Udin tersakiti, namun kini semuanya sudah terlanjur. Penyesalan saja tidak cukup untuk mengubah apa pun.“Jangan salahkan dirimu, Nona Miranda.

    Last Updated : 2025-04-11
  • Dokter Terhebat   Bab 11 - Pergi Ke Rumah Sakit

    “Hamil?” desisnya, menahan kekesalan yang bergolak di dada.“Kata itu tidak seharusnya keluar dalam hubungan seperti ini. Ini hanya main-main, Lastri. Aku tidak siap bertanggung jawab untuk hal sebesar itu,” ujar Pak Agus dengan nada datar, seolah semuanya hanya perkara sepele.Ia melanjutkan dengan ringan, seakan tidak ada hati yang sedang terluka.“Minumlah pil KB. Kalau pun kau hamil, tinggal gugurkan atau... bilang saja ke Udin kalau itu anaknya. Selesai, kan?” ucapnya enteng, nyaris tanpa perasaan.Saran kejam itu menghantam Lastri seperti palu godam.Namun, di balik kata-kata ringan Pak Agus, tersirat jelas penolakan tanggung jawab.Pak Agus malah berusaha memutarbalikkan keadaan.“Lagipula, semua ini bukan salah kita,” sahutnya cepat, mencoba membela diri. “Ini gara-gara bocah tengil itu—mantanmu. Kalau dia tidak merekam kita, kamu tidak perlu ‘melayani’ Jalok dan teman-temannya.”Lastri terdiam. Hatinya berperang. Kata-kata Pak Agus perlahan menyusup ke pikirannya yang rapuh.K

    Last Updated : 2025-04-11
  • Dokter Terhebat   Bab 12 - Pindah Bangsal

    Sementara itu, Udin berjalan ke bangsal umum tempat ibunya dirawat selama tiga tahun terakhir.Wajahnya muram.Setiap langkahnya terasa berat, seperti diseret beban tak kasat mata.Meski ia selalu datang, pemandangan yang ia lihat tak pernah berubah: ibunya terbaring kaku, tak sadarkan diri."Ibu, aku janji suatu hari akan menyembuhkanmu. Tak peduli berapa pun biayanya," batinnya penuh tekad.Kondisi keuangan Udin memang pas-pasan.Tapi ia bekerja keras, menabung setiap rupiah demi biaya perawatan. Ia menggantungkan harapan pada keajaiban.Namun hari ini berbeda.Begitu sampai di bangsal, Udin terkejut.Tempat tidur ibunya kini ditempati oleh orang asing. Ia celingukan, panik.Ibunya tidak ada.“Di mana ibuku?…” ucap Udin pelan, nyaris seperti gumaman yang tercampur kepanikan.Udin terpaku sejenak sebelum tersadar, dan panik membuncah dalam hatinya.Pasien yang terbaring di bangsal tersebut sama sekali tidak dikenalnya.Padahal, seingatnya, inilah ruangan tempat ibunya dirawat.Nomor b

    Last Updated : 2025-04-12
  • Dokter Terhebat   Bab 13 - Kemunculan Miranda

    Dokter Jono menatap Udin dari ujung kepala hingga kaki.Pakaian Udin yang sederhana sudah cukup memberitahunya alasan keberatan itu.Ia langsung menyimpulkan bahwa Udin berasal dari keluarga kurang mampu.“Kami dari keluarga tak mampu, Dok. Saya mohon, kalau bisa tagihannya diturunkan menjadi setengahnya. Sisanya akan saya cicil selama setahun,” ujar Udin penuh harap.Ia mengira Dokter Jono akan berbaik hati.Baginya, ini kesempatan emas untuk mendapatkan keringanan.Tapi kenyataan justru berbanding terbalik.(Menurunkan setengahnya? Dia pikir ini pasar tradisional?) batin Dokter Jono geram.Wajahnya mengeras. Tatapannya tajam dan penuh superioritas.Ia memancarkan aura dingin yang membuat Udin semakin tertekan.Bagi Dokter Jono, tidak ada alasan untuk memberi keringanan.Terutama pada keluarga pasien yang menawar seolah biaya rumah sakit bisa ditawar sesuka hati."Kau ingin menawar tagihan rumah sakit?" tanya Dokter Jono tajam, memastikan apakah telinganya tidak salah dengar.Perminta

    Last Updated : 2025-04-12
  • Dokter Terhebat   Bab 14 - Dugaan

    Sementara itu, Dokter Jono mendadak kaku.Keringat dingin mengalir di punggungnya saat menyadari siapa pria yang barusan ia hina.Ia melirik Udin dengan panik, mulai berpikir macam-macam.Suaranya bergetar saat mencoba menguasai keadaan.“Nona Miranda pasti salah mengenali orang,” ucapnya gugup. “Tidak mungkin Anda mengenal pria miskin itu yang bahkan tidak mampu membayar tagihan rumah sakit.”Namun, ekspresi Miranda membantah segalanya.Dengan sikapnya yang semakin tegas, ia justru membuat Dokter Jono makin panik.“Hmph! Masih berani bicara buruk tentang Mas Udin?” sahut Miranda tajam. “Kau kira aku tidak tahu apa yang kalian lakukan di belakang kami?”Nada bicaranya menggigit, membuat udara di ruangan terasa menegang.Meski malu mengakuinya, ia tahu kasus pemerasan dan manipulasi tagihan bukan hal asing di rumah sakit ini.“Nona Miranda, tolong jangan salah paham,” ujar Dokter Jono dengan nada memelas. “Saya memang sempat bicara kurang baik tentang keluarga pasien, tapi saya tidak me

    Last Updated : 2025-04-12
  • Dokter Terhebat   Bab 15 - Pecat Langsung

    “Dokter Jono dan petugas administrasi menyampaikan bahwa tagihan rumah sakit untuk Ibu Sundari sangat tinggi. Saya ingin tahu apakah hal itu benar atau justru ada penyimpangan di baliknya,” ucap Miranda tegas.Ia tidak ingin membuang waktu. Pikirannya tajam, sorot matanya menusuk.Dugaan kuatnya muncul setelah mendengar percakapan antara Dokter Jono dan Udin sebelumnya. Miranda telah menyusun kesimpulan dan berniat meluruskan segalanya, khususnya untuk membantu Udin yang tampaknya menjadi korban.“Ini berkas yang Anda minta, Nona Miranda,” ujar Pak Tukul sambil menyerahkan catatan medis tersebut tanpa banyak bicara. Namun, matanya melirik ke arah Dokter Jono dan petugas administrasi dengan gelisah.Ia mulai merasa gelisah jika dugaan Miranda benar adanya."Kalau sampai benar mereka menipu, aku pun harus bertanggung jawab. Aku gagal melihat kesalahan di depan mataku sendiri," batinnya getir.Miranda menerima berkas itu, membukanya cepat namun teliti. Wajahnya tidak menunjukkan emosi,

    Last Updated : 2025-04-12

Latest chapter

  • Dokter Terhebat   Bab 35 - Balas Dendam

    Keringat dingin mulai membasahi punggungnya.“Apa lagi sekarang?” tanya Pak Agus dengan nada tak sabar.Jalok mengernyitkan dahi, lalu berkata santai, “Bayar dulu sisa uangnya. Setelah itu, ponsel ini akan menjadi milikmu.”Pak Agus mendesah panjang.“Kau tahu aku bukan orang yang suka mengingkari janji!” sahutnya, berusaha menahan amarah.Meski kesal, Pak Agus tahu tidak ada pilihan lain.Kesepakatan harus dipatuhi, dan dia terpaksa menyerahkan uangnya meskipun hatinya berat.“Baiklah,” ucap Pak Agus akhirnya, lalu mendekatkan tubuhnya ke Jalok.“Tapi, pastikan dulu, apakah kau benar-benar sudah menyingkirkan bocah itu?” lanjutnya, curiga.Pak Agus hanya ingin memastikan. Ia takut Jalok diam-diam bersekongkol dengan Udin untuk menipunya.“Aku sudah membuang tubuhnya ke jurang. Polisi pun tak akan menemukan jejaknya. Kalau masih ragu, aku bisa kirimkan buktinya,” jawab Jalok santai.Ia segera mengeluarkan ponselnya, lalu mengirimkan foto ke Pak Agus, hasil jepretan anak buahnya setela

  • Dokter Terhebat   Bab 34 - Kembali

    Setelah menyelesaikan urusannya dengan Manik Surgawi, Udin mulai mencari jalan keluar.Pandangannya tertuju pada cahaya dari atas tebing yang tinggi."Dulu aku tak berdaya di tempat ini... Tapi sekarang," ucapnya pelan, "aku yakin bisa melewati tebing itu dengan kekuatan baruku."Tempat itu dulunya adalah titik terendah dalam hidupnya—tempat dia disiksa oleh Jalok dan antek-anteknya.Tapi sekarang, dia bukan lagi orang yang sama."Aku belum pernah mencoba... Tapi tak ada salahnya," batinnya yakin.Dengan napas dalam, ia sedikit berlutut, lalu melompat sekuat tenaga.Whoosss!Tubuhnya melesat tinggi, menembus udara, menantang gravitasi.Meski ini pertama kalinya, Udin berhasil menstabilkan tubuhnya di udara dan mendarat tepat di atas tebing.Baaamm!Kakinya menapak tanah dengan mantap. Ia menatap sekeliling, berharap menemukan Jalok, antek-anteknya, atau motor C70 pemberian Miranda.Tapi yang tersisa hanya bercak darahnya di tanah."Motorku... Mereka pasti membawanya kabur," sahutnya d

  • Dokter Terhebat   Bab 33 - Manik Surgawi

    Masalahnya, Udin belum pernah melihat langsung bentuk Manik Surgawi.Ia hanya mengandalkan potongan-potongan ingatan asing yang baru saja menyatu dalam pikirannya.Dalam kilasan itu, Manik Surgawi tampak seperti kubus kecil bercahaya hijau terang, seukuran kepalan tangan orang dewasa—mudah dibawa, bahkan bisa diselipkan ke dalam saku celana.“Tapi... aku bahkan belum pernah menyentuhnya. Bagaimana bisa aku mengakses kekuatannya?” batin Udin gelisah.“Kalau begitu, tidak ada pilihan lain,” ucapnya dengan suara tegas. “Aku harus menyelam.”Ia menarik napas panjang, menatap dalam-dalam permukaan air yang gelap dan seolah tak berujung.Meski cukup pandai berenang, Udin belum pernah menyelam sedalam ini sebelumnya.Tapi sekarang tubuhnya dipenuhi energi spiritual yang menyala samar—seperti nyala lilin di tengah kegelapan.Tanpa ragu, ia melompat ke dalam danau.Byuuuaaar!Tubuhnya menukik lurus, kedua tangan lebih dahulu menembus permukaan, sementara kaki menjejak udara seperti jarum yang

  • Dokter Terhebat   Bab 32 - Warisan Kultivator

    Tubuh Mi Lin mulai bersinar, berubah menjadi cahaya menyilaukan. Udin menutup matanya rapat-rapat.Buuuzzz!Saat membuka mata, Udin mendapati dirinya berada di tempat berbeda.Ia masih di dasar tebing, namun tubuhnya kini terbaring di tepi danau yang gelap.Anehnya, meski tanpa cahaya, ia bisa melihat segalanya dengan jelas.Pandangannya menembus gelap, menangkap tiap detail kecil di sekitarnya.“Ini... tempat aku jatuh tadi...” gumamnya, bingung.Ia segera memeriksa tubuhnya. Tak ada luka. Kedua kakinya yang semula patah kini pulih sempurna.“Tubuhku... sembuh? Apa aku sedang berhalusinasi?” tanyanya pada diri sendiri.Aawh! teriaknya pelan saat mencubit pipi sendiri.“Nyata... ini bukan mimpi,” ujarnya, matanya membulat tak percaya.Ingatan tentang Mi Lin masih jelas dalam kepalanya.Namun ketika mencoba mengingat lebih dalam, tiba-tiba rasa nyeri luar biasa menyambar otaknya.Aaarrgghh! pekiknya, tubuh menggigil.Rasa sakit itu membawa banjir informasi asing—kenangan, teknik, dan p

  • Dokter Terhebat   Bab 31 - Mi Lin

    Tiba-tiba Jalok mengangkat tangannya dan meminta yang lainnya berhasil.“Tidak. Ada cara yang lebih berguna sebelum membunuhnya,” sahutnya tenang namun penuh maksud.Ia lalu berjalan mendekati Udin yang sekarat, lalu merampas tas kecil yang masih tergantung di tubuhnya.Di dalamnya terdapat barang-barang berharga: dompet, ponsel, uang tunai, serta benda-benda pribadi lainnya.“Aku ambil motornya, ponselnya, dan uang ini. Sisanya tak penting,” ujar Jalok sambil menyeringai kecil.Matanya menyipit saat membuka ponsel Udin dan melihat sebuah rekaman video tersembunyi.“Jadi ini alasan Pak Agus begitu ngotot ingin bocah ini mati…” gumamnya, lalu terkekeh. “Rekaman mesum dengan simpanannya sendiri… brengsek juga si tua bangka itu.”Jalok tertawa pelan, lalu berkata, “Sepertinya aku bisa memerasnya dengan ini…”Ia berencana menyerahkan ponsel itu ke Pak Agus, tapi tentu saja tidak tanpa menyimpan salinan terlebih dahulu.Siapa tahu ia bisa mendapat lebih banyak uang.“Lempar saja tubuhnya k

  • Dokter Terhebat   Bab 30 - Di keroyokan

    Jalok dan anak buahnya, preman-preman bayaran, telah menerima tugas dari Pak Agus, singkirkan Udin.Sejak kemarin mereka tidak menemukan jejaknya, namun kini keberuntungan berpihak.“Itu dia! Akhirnya Udin muncul juga!” seru Jalok dengan semangat membara, matanya membelalak penuh gairah pemburu yang menemukan mangsanya.Para anteknya yang sudah jengkel karena menunggu langsung bergemuruh.“Ayo cepat, jangan biarkan bocah itu kabur!” sahut salah satu dari mereka dengan nada penuh amarah.“Benar! Aku udah muak nunggu. Sekarang waktunya bertindak!” ucap yang lain sambil menyalakan motor.“Cepat kita habisi dia dan ambil ponselnya. Tugas selesai, duit datang!” tambah yang lainnya dengan tawa kasar.Namun Jalok tetap tenang.“Tenang, kita tidak bisa gegabah,” ucapnya sambil menatap tajam arah motor Udin yang menjauh. “Ikuti aku dan pastikan semuanya berjalan lancar.”Dengan komando itu, mereka segera melaju, membuntuti Udin dari kejauhan, seperti serigala memburu mangsanya.Di jalan, Udin

  • Dokter Terhebat   Bab 29 - Tempat Tinggal Baru

    Sementara itu, di sebuah kawasan kos yang cukup jauh dari tempat tinggal lamanya, Udin tengah membonceng Risma, mencari tempat tinggal baru untuk malam ini.Jika tidak segera menemukannya, mereka terpaksa harus tidur di luar, dan itu tentu bukan pilihan, apalagi bagi Risma yang seorang perempuan.Udin tidak mungkin membiarkan Risma tidur di emperan toko, apalagi di bawah kolong jembatan.Lebih buruk lagi, mereka bisa saja ditemukan oleh anak buah Juragan Somat yang masih memburu Risma.“Mas Udin, kita mau ke mana?” tanya Risma pelan, terlihat lelah meski hanya duduk di belakang sambil memegang barang bawaan.Beban ransel Udin yang cukup berat juga menambah kesulitannya.Namun Udin sudah punya tujuan. Ia tahu ke mana harus pergi.“Sedikit lagi sampai. Setelah itu, kau bisa istirahat,” jawab Udin sambil memutar gas, mempercepat laju motornya.Ia merasa puas dengan performa motor barunya, jauh lebih baik dibandingkan motor lamanya yang sudah usang.Tapi pikirannya kembali pada Miranda, w

  • Dokter Terhebat   Bab 28 - Ambisi Torik

    Sementara itu, anak buah Juragan Somat mulai mendobrak setiap kamar satu per satu.Tak lama kemudian, Torik mendekat dan bertanya, “Bagaimana? Kalian menemukan Udin dan Risma?”Namun ekspresi kecewa terlihat jelas di wajah mereka.“Torik, kau bilang target ada di sini. Tapi tak ada jejak mereka,” ujar salah satu dari mereka dengan nada curiga.“Benar. Hanya ada beberapa penyewa paruh baya. Tak ada target,” sahut yang lain sambil menggeleng.“Beberapa kamar kosong, tapi tak ada yang sesuai deskripsi,” tambah yang ketiga, tampak frustasi.Kegagalan ini membuat mereka kesal. Tatapan sinis mulai tertuju pada Torik.“Kau pasti berbohong! Target tak ada!” tuduh salah satu anak buah dengan nada tinggi.“Kalau Juragan tahu, kau akan dapat masalah besar,” ucap lainnya penuh ancaman.Keluhan dan kecurigaan mulai bermunculan. Mereka bahkan meragukan kemampuan Torik sebagai pemimpin lapangan. Merasa terpojok, Torik buru-buru membuat alasan.“Ada satu tempat lagi yang bisa kita periksa. Mungkin

  • Dokter Terhebat   Bab 27 - Pergi Dari Kost

    Udin tersentak.Namun, ia berusaha tetap tenang.“Saya... saya akan lunasi malam ini, Bu. Tadi saya sempat tarik uang dari rekening,” jawab Udin buru-buru, mencoba tersenyum walau canggung.“Bagus. Jangan cuma janji ya!” sahut ibu kost sambil mengangguk singkat.“Tentu saja aku sudah menyiapkan uangnya. Tunggu sebentar, akan kuambil dulu,” ujar Udin sambil tersenyum tenang.Tanpa membuang waktu, Udin segera menuju lemarinya dan mengambil sejumlah uang tunai yang telah dipersiapkannya sebelumnya.Ia berniat melunasi seluruh tunggakan sewa kost tanpa meninggalkan utang sedikit pun.Pemilik kost, yang semula hanya berdiri santai di depan pintu, langsung terbelalak begitu melihat tumpukan uang di tangan Udin.“Lho... kamu serius?” gumamnya setengah tak percaya.Udin hanya mengangguk singkat sambil menyerahkan uang tersebut.“Ini untuk sewa tiga bulan terakhir. Dan mulai bulan depan, saya tidak akan tinggal di sini lagi. Saya akan cari tempat lain,” ucapnya mantap.Wajah pemilik kost langs

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status