Share

Terbukti Mand*l

Author: Jeni Sasmita
last update Last Updated: 2023-11-25 01:45:08

Hari-hari pun berlalu, Anya berusaha untuk tetap bersikap biasa saja, seperti tidak perna terjadi apa-apa. Begitu pula dengan Heru, sekarang ia juga sudah sangat pandai mengatur waktu. Ia selalu pulang kerja tengah hari untuk menemui Silvia. Malam harinya ia bersama Anya. Terkadang izin ke luar kota dengan alasan pekerjaan padahal menghabiskan waktu dengan Silvia.

Sertifikat rumah sudah ada ditangan Anya, Heru menyimpannya tidak terlalu tersembunyi. Karena tahu Anya yang polos tidak akan mengetahui semuanya.

Sertifikat itu atas nama Heru dan tertara juga disana bahwa Heru membelinya sebulan yang lalu.

Perihal dompet yang ia temukan, Anya juga sudah memeriksa ke bank, ia berhasil menebak pin ATM milik Heru, Heru mengunakan tanggal lahir Silvia. Tentunya Anya tahu dari data-data Silvia yang diberikan oleh Luna kemarin. Diantara tiga ATM itu ternyata hanya ada satu ATM yang jumlah saldonya sangat besar dan itu pun sudah diamankan oleh Anya.

Masih menyisakan keganjalan di hati Anya, kenapa suaminya tidak perna mencari dompet itu, bukankah jelas-jelas Heru tidak punya uang di dompet yang satunya? Tapi kenapa ia terlihat biasa saja.

Getaran ponsel membuat Anya tersadar dari lamunannya yang berkelana tentang masa depan.

Melihat panggilan masuk dari Angga.

"Selamat pagi kak," ucap Anya pelan.

"Anya, datang kemari sekarang!" Kata Angga datar, tanpa menjawab sapaan Anya seperti biasanya.

Belum sempat Anya menjawab, Angga sudah memutuskan sambungannya secara sepihak. Tentunya membuat Anya sedikit kaget.

"Nggak biasanya kak Angga seperti itu, kenapa ya? Apa jangan-jangan mereka sudah tahu kalau—" Perasaan Anya langsung tak enak, tak ingin membuang waktu Anya langsung bergegas untuk pergi.

Anya pergi mengunakan ojek, jantungnya berdetak lebih cepat sejak mendapatkan telpon dari kakaknya.

Tak lama kemudian Anya pun tiba dirumah orangtuanya, dengan tergesa-gesa Anya langsung masuk kedalam rumah. Ternyata, di ruang keluarga Mama dan kakaknya sudah menunggunya.

Dengan memelankan langkahnya Anya mendekat, tangannya saling meremas, gugup. Ia merasa suasana di ruangan itu sangat tegang. Terlebih wajah keluarganya seperti menahan amarah terutama kakaknya.

Anya pun duduk di sebelah Alda.

'Duh, gue merasa sedang kek mau sidang aja. Tegang amat,' batin Anya.

"Anya, adakah yang mau kamu jelasin sama kita?" suara datar Angga terdengar mengerikan untuk Anya. Angga adalah sosok yang tegas namun penuh kasih sayang.

"M—maksud kak Angga?" Anya belum tahu arah pembicaraan itu mengarah kemana.

Angga mengambil amplop coklat yang sudah ia siapkan, ia pun mengeluarkan dan memberikan isi amplop itu kepada Anya.

Anya kaget sekaligus bingung dari mana Angga mendapatkan foto-foto Heru bersama selingkuhannya itu.

"Jelaskan, apa maksud semua ini? Kamu sudah tahu kan." tegas Angga.

"Dari mana kakak mendapatkan semua ini?" tanya Anya pelan.

"Aku butuh penjelasan bukan pertanyaan, Anya," ucap Angga menatap tajam pada Anya.

Anya membungkam, nyalinya mencium melihat tatapan Angga, mengerikan. Dia sadar bahwa sebenarnya keluarganya khawatir dengan rumah tangganya, mereka tidak ingin Anya menghadapi masalahnya sendiri.

"Angga, biarkan adikmu menjelaskannya secara tenang." Alda mencoba menasehati Angga, ia tahu Anya pasti sangat terluka dengan semua ini.

Setelah menghela napas berulangkali, Anya mulai menceritakan apa yang terjadi dengan pelan.

Tangan Angga mengepal, matanya menyorotkan kemarahan, andai saja Heru berada disana mungkin saat itu juga ia ingin menghabisinya. Kakak mana yang tega melihat adiknya tersakiti.

"Kamu sudah tahu dan tidak memberi tahu aku ataupun mama!"

"Sudahlah Nak, sabar. Seharusnya kamu memberikan solusi pada adikmu bukan memojokkannya seperti ini."

Mendengar Alda sudah berkata sangat pelan, Angga pun berusaha meredam kemarahan sendiri.

"Jadi apa rencanamu?'

"Aku akan membalas mereka dengan caraku, aku mohon sama kakak dan mama, agar kalian berpura-pura tidak tahu tentang semua ini, bersikaplah seperti biasanya. kalian harus yakin aku pasti bisa," ucap Anya memohon.

Alda memeluk erat putrinya, ia tahu wanita itu pasti sangat rapuh.

"Baiklah, ingat jangan sampai kamu melibatkan perasaanmu kembali."

Anya menggeleng, "Tidak kak, cintaku sudah menghilang saat aku tahu mas Heru berkhianat."

*

Sepulang dari rumah orangtuanya, Anya langsung kerumah sakit setelah mendapatkan info kalau hasil pemeriksaannya dan Heru sudah keluar.

"Silahkan masuk bu, ibu sudah ditunggu oleh dokter Mega didalam," sapa suster di depan ruangan dengan ramah.

"Terimakasih Sus." Anya pun masuk kedalam ruangan itu.

"Silahkan duduk," ucap dokter Mega tersenyum ramah.

"Ibu hanya sendirian?" tanya Dokter Mega.

"Iya Dok, suami saya sedang sibuk dengan pekerjaannya," jawab Anya. Sebenarnya ia juga tidak memberi tahu Heru kalau hasilnya sudah keluar.

"Baiklah, ini hasil pemeriksaan ibu dan pak Heru." Dokter Mega menyerahkan amplop berlabel rumah sakit tersebut.

Anya menerimanya dengan tangan sedikit gemetar, bukan ingin melihat hasil miliknya, karena sudah dipastikan kalau dirinya subur. melainkan karena ingin tahu hasil pemeriksaan suaminya.

Perlahan ia membuka dan hasilnya sukses membuat mulutnya menganga.

"Dok, ini aslikan, maksudku tidak mungkin tertukar?" tanya Anya memastikan.

Dokter Mega tersenyum, "Hasilnya sangat akurat Bu dan kami pastikan itu tidak akan tertukar karena kami sudah melakukannya dengan sangat teliti," jelas Dokter Mega.

"Terimakasih banyak, Dok."

Anya bernapas lega mendengar penjelasan dokter, semua sudah terbukti benar. Letak kesalahan bukan pada dirinya melainkan pada suaminya. Ya, Heru dinyatakan MANDUL.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dompet Rahasia Suamiku    Tamat

    "Anya mas mohon, beri mas kesempatan lagi. Mas janji akan nurut sama kamu."Belum sempat Anya menjawab, yang ditunggu pun akhirnya tiba. Sepupu Anya datang membawa orang-orang dari pihak kepolisian. Dengan bukti-bukti yang kuat, Heru dinyatakan bersalah."Sayang, kamu tidak mungkin melakukan itu kan."Anya tak menghiraukan ucapan lelaki yang kini sudah menjadi mantan suaminya itu.Heru pun langsung dibawa, dengan sangat terpaksa ia harus menurut. dia tidak punya tanaga dan kuasa untuk melawan.Heru menyesali semua kebodohannya, demi ambisi dia menghancurkan semuanya. Seharusnya ia bersyukur dan berterima kasih derajatnya telah dinaikkan oleh mertuanya. Juga ada istri yang selalu setia dan menghormatinya. Tetapi kini semuanya hanya menjadi kenangan belaka. Nasi telah menjadi bubur.Anya adalah manusia biasa yang juga memiliki perasaan, ia tidak memasukkan Silvia ke penjara karena Silvia sedang hamil."Apalagi yang kamu tunggu? Cepat tinggalkan rumahku.""Tidak, aku tidak mau pergi dar

  • Dompet Rahasia Suamiku    Terbongkar

    "Hey, cepat bangun. Jangan pada lemes gitu. Ini belum selesai, masih ada lagi hadiah spesial untuk kalian. Yuk." Luna menarik paksa tangan Silvia.Semuanya pun ikut keluar dan lagi-lagi Heru di buat bingung oleh Anya. Karena di depan sudah banyak tetangga kompleks yang berdatangan. Tak hanya itu, di depan juga sudah berdiri rapi sebuah kain putih lebar. Lebih tepatnya layar tancap."Ternyata dia pelakor." Tetangga mulai membicarakannya"Pantas aja selama ini hidupnya mewah.""Iya, ngaku-ngaku orang kaya, eh ternyata."Silvia mencoba menahan malu, karena selama ini ia merasa sangat bangga dengan apa yang dia miliki."Wow, sepertinya kita akan nonton nih, serasa di bioskop aja," ujar Rianty."Iya Mbak, bahkan ini lebih seru daripada nonton di bioskop," jawab Anya."Anya, jelaskan apa-apaan ini? Kok ada beginian?" tanya Heru tak mengerti."Diam saja kamu disitu, ini adalah kejutan spesial untuk kalian.""Bisa diputar sekarang Pak," titah Anya pada laki-laki yang telah siap dari tadi.Set

  • Dompet Rahasia Suamiku    kejutan

    "Anya plis ...." Heru menggeleng kepalanya agar Anya tidak memberitahu kebenarannya pada Silvia."Ternyata benar, wawasanmu hanya selebar selangkangan, Silvia. Seharusnya kamu mencari tahu dulu siapa sebenarnya mangsamu sebelum kau menaklukkannya. Agar kami tidak merasa dirugikan dikemudian hari.""Jelas mas Heru orang kaya, kamunya aja yang sok berkuasa," celetuk Silvia."Mas Heru sama sepertimu. Benalu! Manusia yang bisanya hanya menumpang hidup dirumah mertua. Jika bukan aku yang meminta, dia tidak akan perna merasakan empuknya kursi direktur. Kamu pikir dia siapa tanpa keluarga Wijaya. Hah," jelas Anya lantang.Terlihat jelas raut wajah Silvia berubah."Kenapa kamu? Keget?" tanya Anya. Berusaha untuk menahan tawanya."Jelaslah dia kaget, Heru bukan siapa-siapa tanpa keluargamu." Luna menimpali sambil berkutat terus dengan ponselnya."Nggak kalian bohong. Perusahaan itu milik mas Heru!" Silvia tetap kekeuh."Bodoh, itu adalah perusahaan cabang milik keluarga kami dan aku yang memin

  • Dompet Rahasia Suamiku    Menolak bercerai

    "Bagaimana suamiku dan maduku, sudah percaya?" tanya Anya menatap sekilas Silvia yang masih terpaku."Jadi bagaimana honeymoon kalian, Menyenangkan bukan?" tanya Anya sambil mengulum senyumnya."Jadi selama ini kamu memata-matai kami.""Bukan mematai, lebih tepatnya mengumpulkan bukti untuk menghancurkan kalian berdua dan sedikit bermain-main.'Dengan bersusah payah Heru berusaha berdiri," Sayang. Maafin mas, ini semua salah paham, mas khilaf.""Mas!" Bentak Silvia protes.Anya pun tertawa dibuat-buat, "Khilaf? Aduh Mas, jangan samakan aku dengan wanita bodoh ini yang bisa dikelabui olehmu. Khilaf itu cuma sekali bukan berulang kali dan lihatlah gundikmu protes tidak terima," ujar Anya disambut dengan tatapan tak suka dari Silvia."Aku bukan wanita bodoh," sergah Silvia."Terus? Apa aku harus mengatakan dengan jelas kalau kamu itu wanita murahan?""Aku bukan wanita murahan, brengsek!"Bagai api yang disiram bensin, amarah Anya langsung mengkilat. Dicengkeramnya wajah Silvia dengan kua

  • Dompet Rahasia Suamiku    Ada apa dengan Heni

    "Jika kalian bukan keluarga mas Heru, sebenarnya kalian siapa? Mengapa mengeroyok kami di rumah kami sendiri. Kalian akan ku adukan ke polisi." Ancam Silvia."Wow, silahkan saja namun sebelum itu terjadi maka kalianlah yang lebih dahulu merasakan dinginnya tidur dalam penjara. Atau kamu ingin merasakan bagaimana melahirkan dalam jeruji besi? Hah," ucap Rianty tersenyum sinis.Heru benar-benar kaget, Rianty yang terkenal sangat lemah lembut bisa bersikap seperti monster yang mengerikan."Lepaskan istriku, jangan sakiti dia. Ini semua salahku," ucap Heru lirih. Dia tak berdaya untuk menolong Silvia."Diam lo brengsek!" Angga memberi satu bogem lagi untuk Heru.Keadaan Heru saat ini sangat mengenaskan, wajah tampan yang ia banggakan kini lebam dan penuh luka. Angga tidak ada sedikit pun rasa kasihan nya, malah itu saja belum cukup untuk membalas sakit hati adik tercintanya."Kamu ingin melindungi sampah ini kan, sama seperti kami yang juga akan melindungi permata kami dari manusia biadab

  • Dompet Rahasia Suamiku    Sambutan hangat dari keluarga

    Sedangkan Silvia kebingungan sendiri."Siapa dia?" tanya Silvia heran. Orang asing keluar dari rumahnya.'Honeymoon? Apa mereka tahu, tamatlah riwayatku,' batin Heru ketakutan."Ayo masuk, kalian pasti lelah bukan habis jalan-jalan jauh. Mama sudah masak makanan enak dan banyak untuk menyambut kalian." Matanya yang memandang tajam tadi kini melembut begitu pun tutur katanya.Silvia terpesona melihat sosok Angga, matanya sampai tak berkedip."Dia lebih tampan dari mas Heru, gagah lagi," batinnya. Tanpa sadar dia mengigit bibir bawahnya. Menjijikkan.Heru terpaku dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kakak iparnya menyambutnya? Seharusnya dia marah.Heru dan Silvia mengikuti langkah Angga memasuki kediaman Silvia. Semua telah berkumpul dan menyambut mereka dengan ramah."Wah menantu mama sudah pulang. Bagaimana perasaan kalian Sayang? Apakah menyenangkan.""Menyenangkan Ma." Bukan Heru yang menjawab tetapi Silvia dengan senyuman yang manisnya."Ayo kita langsung keruang makan, mam

  • Dompet Rahasia Suamiku    Tak mengerti keadaan

    "Nol lagi!" teriak keduanya bersamaan.Kerongkongan Heru terasa tercekat, menatap nanar pada layar. Uang yang sudah bertahun-tahun dikumpulkan kini hilang tampa bekas.Napas Silvia memburu, tak menyangka kesialan akan menimpanya hari ini.Tanpa menunggu lama lagi, Heru merogoh benda pipi di saku celananya untuk menghubungi istrinya.Tersambung, tetapi tidak di angkat."Sial!" Teriak Heru, lalu mencoba lagi tanpa menyerah."Lihat, ini semua pasti ulahnya. Siapa coba yang bisa melakukan semuanya kecuali dia." Silvia menambah keruh suasana hati Heru."Ini istri kemana lagi, nggak tahu apa suaminya sedang kesusahan." Celoteh Heru tak menghiraukan Silvia."Hallo." Suara lemah lembut terdengar dari ujung telepon, Heru langsung mengisyaratkan agar Silvia tak bersuara."Kemana aja sih, kok lama banget angkat telponnya?""Ponselnya tersilent Mas, jadi aku nggak tahu kalau ada panggilan masuk. Aku juga sedang dirumah mama, kumpul keluarga, soalnya ada keluarga Om Randi juga.""Kumpul keluarga?

  • Dompet Rahasia Suamiku    Liburan tanpa uang

    Pagi ini Heru bangun seperti biasa. Dia merenggangkan otot-otot yang terasa kaku. Semalam dia pulang dari rumah Silvia sudah sangat larut malam karena ia membantu packing barang bawaan Silvia agar tidak terlalu lelah, mengingat dia sedang hamil.Mendapati Anya sudah tidak ada lagi di atas ranjang, bukanlah hal yang di herankan pasti ia sudah berkutat di dapur.Mengingat tujuannya hari ini, Heru bergegas menuju ke kamar mandi. Selesai membersihkan diri lantas ia menurunkan koper yang ada di atas lemari memasukkan beberapa pakaian yang akan dia kenakan di Bali nanti dan tak lupa surat penting turut dibawanya, karena usahanya tidak mudah untuk mendapatkannya."Loh, kamu mau kemana mas?" tanya Anya saat ia memasuki kamar, terlihat suaminya sudah sangat rapi."Mau pergi!" Ucapnya datar."Kemana?"Cerewet banget, mau keluar kota urusan pekerjaan."Anya terkejut, tak biasanya sang suami ketus begitu, "Setahuku, tidak ada urusan kantor yang mengharuskan ke luar kota Mas.""Sudahlah Anya, aku

  • Dompet Rahasia Suamiku    mencuri aset

    "Sayang," ucap Heru setelah pintu dibuka oleh Silvia.Silvia hanya diam, mundur beberapa langkah saat Heru ingin memeluknya. Walau bagaimanapun ia tetap merasa sakit hati sama Heru."Sayang aku minta maaf." Heru memohon, Silvia hanya terdiam membisu."Aku mohon marahi aku Sayang, jangan kau diami aku seperti ini." Heru merasa sangat bersalah melihat Silvia tetap terdiam, ditambah dengan seisi rumah yang terlihat hancur.Heru hendak memegang tangan Silvia namun dengan cepat ditepis kasar oleh Silvia."Sudah puas kamu mempermainkan perasaanku?" Silvia buka suara."Semua bukan keinginanku, percayalah semua ku lakukan demi kita.""Demi kita? Selama di luar kota kamu bahkan tidak menghubungiku, setelah pulang dari sana kamu berjanji akan kemari dan liontin yang kamu janjikan untukku pun tak sampai ke tanganku. Kamu pembohong. Apa yang kamu lakukan bukan buat kita tapi buat wanita jalang itu!" teriak Silvia meluapkan kemarahannya yang telah berhari-hari ia pendam.Sebuah tamparan mendarat d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status