Share

Kecolongan

Author: Jeni Sasmita
last update Last Updated: 2023-11-25 01:47:02

Dengan tergesa-gesa Heru turun dari mobilnya, berlari masuk kedalam rumah dan mencari Silvia.

Saat pintu kamar terbuka, Heru menemukan Silvia yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Sayang, kamu kenapa? Sakit?" tanya Heru khawatir.

"Cuma sedikit agak pusing Sayang, dan yang penting aku punya sesuatu buat kamu." Silvia memberikan benda pipih yang ada ditangan sejak tadi.

"Apa ini?" tanya Heru sedikit bingung?

"Mas beneran nggak tahu itu apa? Aku hamil Mas," jawab Silvia sumringah.

Heru pun membelalakkan matanya, mencoba mencerna ucapan Silvia.

"Kamu hamil, Sayang." Heru tak dapat menahan rasa bahagianya, kecupan pun mendarat di seluruh wajah Silvia.

"Aku akan menjadi seorang ayah, akan ada seorang yang memanggil aku ayah," ucapannya terharu. Seharusnya kebahagiaan itu ia rasakan dengan Anya. Tapi, sampai saat ini Anya belum juga hamil.

Silvia tersenyum melihat Heru yang terlihat sangat bahagia.

"Mas, saat hamil muda aku nggak bisa terlalu capek, jadi aku mau mas carikan assiten rumah tangga untukku."

"Iya Sayang, aku akan mencarinya." Heru memeluk istrinya.

"Mas kit—"

"Minggu depan kita akan menikah."

Senyum Silvia melebar saat mendengar Heru menjawab pertanyaannya yang masih menggantung.

"Terimakasih Mas." Silvia mempererat pelukannya.

"Iya Sayang, sekarang kamu siap-siap kita akan belanja kebutuhanmu."

***

Pukul sembilan pagi, Anya baru selesai mandi, kini dirinya berada di depan meja rias memandang dirinya didepan cermin. Ia merasa bingung, sebab Heru tadi pagi sudah tidak ada dirumah.

Ting.

Sebuah pesan W******p masuk. Anya pun langsung membacanya setelah tahu itu pesan dari Luna.

[Anya, emangnya dompet Heru yang kamu temukan, masih ada pada lo kan?]

"Luna mempertanyakan soal dompet, pasti ada sesuatu," gumam Anya. Dengan cekat jari-jari membalas pesan Luna.

[Iya masih aku simpan, emangnya kenapa Lun?]

[Yakin lo, coba deh lo cek lagi. Siapa tahu Heru mengambil ATM-nya.] Membaca balasan dari Luna, Anya pun langsung memeriksa dompet yang sudah ia simpan rapi.

[Iya beneran ada, ini lagi aku pegang dan isinya juga masih lengkap. Emangnya kenapa sih?]

[Ya, aku curiga, sekarang aku melihat Heru dan gundiknya berbelanja dimall dan jelas banget tadi Heru yang membayar semua belanjaannya. Kalau dompet itu ada padamu, berarti Heru punya uang simpanan lain dong.]

[Oh, ya. Itu pasti Lun, soalnya selama ini dia tidak perna memeriksa dompet ini, dia masih nggak tahu kalau dompetnya sudah ku simpan.]

[Ya sudah, itu intinya kita harus mencari tahu dari mana lagi dia mendapat uang.]

[Oke Lun, aku juga akan cari tahu sekarang. Kamu pantau mereka terus ya.]

Anya meletakkan ponselnya kembali setelah mendapatkan jawab Oke dari Luna. Ia pun langsung bersiap-siap untuk pergi memeriksa sendiri ke perusahaan almarhum ayahnya yang akan dikelola oleh Heru.

Taksi yang ditumpangi oleh Anya berhenti tepat didepan sebuah gedung 10 lantai itu. Perusahaan yang seharusnya sudah lama menjadi miliknya, tetapi karena ia lebih memilih pergi dengan Heru maka perusahaan itu di kelola oleh dulu oleh Angga.

Sudah sangat lama ia tidak menampakkan kakinya di sini, terakhir sebelum ia menikah dengan Heru.

"Selamat pagi Bu" sapa resepsionis dengan ramah, karena ia masih mengunggah siapa yang datang itu.

"Selamat pagi, Thalia. Suami saya ada didalam?" tanya Anya langsung.

"Maaf bu pak Heru belum masuk kantor."

'Belum ke kantor juga, masih senang-senang dengan gundiknya. Dasar!'

Anya melangkah masuk, semua karyawan yang melihat kedatangan anak pemilik perusahaan menyapa hormat dan dibalas senyuman oleh Anya.

Dilantai 10 Anya melihat Siska sekertaris Heru, ia sudah sangat lama mengenal Siska jauh sebelum ia menikah dengan Heru.

"Selamat Pagi, Bu." Siska langsung menyapa ketika menyadari siapa yang datang.

"Pagi, Sis boleh kita bicara sebentar." Anya masuk kedalam ruangan Angga yang kini ditempati oleh Heru.

'Tidak ada yang berubah,' batinnya. Setelah memperhatikan kondisi ruangan itu.

"Apa suami saya sering tidak masuk kantor?' tanya Anya to the point.

"Hmm, Aa—anu Bu, I—itu." Siska ragu, ia tak tahu harus menjawab apa.

"Siska, ceritakan saja apa yang kamu tahu."

"A—anu Bu," Siska mulai gemetaran.

"Siska, jawab!" Anya mengeraskan sedikit suaranya.

"Iya Bu, bapak sering tidak masuk kerja."

"Apalagi yang kamu tahu."

Siska diam, sebenarnya ia ingin menceritakan semuanya hanya saja rasa takutnya lebih mendominasi.

"Kami tidak mendengar pertanyaan saya Siska?" tanya Anya lembut, namun penuh penekanan.

"Bapak juga sudah mengambil uang perusahaan, Bu. Tapi tolong jangan pecat saya Bu, saya di ancam bapak, jika melapor saya akan di pecat Bu."

Mendengar itu Anya menggelengkan kepalanya, ia tidak menyangka kalau Heru benar-benar tega berbuat seperti itu. Tidak tahu bagaimana ia berusaha untuk menyakinkan ibu dan kakaknya.

Penyesalan pun menghampirinya.

"Siapa pemilik perusahaan ini?"

"Ibu Anya."

"Iya benar, saya adalah pemilik sah perusahaan ini, lalu mengapa kamu takut di pecat oleh suami saya? Dia tidak punya hak untuk memecat siapapun disini." ucapan Anya berapi-api.

"Dan kamu! Kamu sudah sangat lama bekerja di perusahaan ini, ayah maupun kak Angga sudah memberi kepercayaan kepadmu. Tapi, kamu malah memilih diam melihat kecurangan suami saya tanpa memberi laporan." lanjut Anya.

"Saya minta maaf, Bu." Siska memohon.

"Saya sangat benci pengkhianat dan kamu sudah berkhianat, atau jangan-jangan kamu juga mendapatkan percikkan dari uang itu."

"Tidak Bu, saya tidak diberi apa-apa sama bapak, hanya diancam akan di pecat Bu," jelas Siska membela diri, sementara air matanya terus mengalir deras.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
lagaknya kayak yang punya perusahaan Anya harus simpan surat surat perusahaan secepatnya jangan sampai di ubah oleh si PECUNDANG MISKIN
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dompet Rahasia Suamiku    Tamat

    "Anya mas mohon, beri mas kesempatan lagi. Mas janji akan nurut sama kamu."Belum sempat Anya menjawab, yang ditunggu pun akhirnya tiba. Sepupu Anya datang membawa orang-orang dari pihak kepolisian. Dengan bukti-bukti yang kuat, Heru dinyatakan bersalah."Sayang, kamu tidak mungkin melakukan itu kan."Anya tak menghiraukan ucapan lelaki yang kini sudah menjadi mantan suaminya itu.Heru pun langsung dibawa, dengan sangat terpaksa ia harus menurut. dia tidak punya tanaga dan kuasa untuk melawan.Heru menyesali semua kebodohannya, demi ambisi dia menghancurkan semuanya. Seharusnya ia bersyukur dan berterima kasih derajatnya telah dinaikkan oleh mertuanya. Juga ada istri yang selalu setia dan menghormatinya. Tetapi kini semuanya hanya menjadi kenangan belaka. Nasi telah menjadi bubur.Anya adalah manusia biasa yang juga memiliki perasaan, ia tidak memasukkan Silvia ke penjara karena Silvia sedang hamil."Apalagi yang kamu tunggu? Cepat tinggalkan rumahku.""Tidak, aku tidak mau pergi dar

  • Dompet Rahasia Suamiku    Terbongkar

    "Hey, cepat bangun. Jangan pada lemes gitu. Ini belum selesai, masih ada lagi hadiah spesial untuk kalian. Yuk." Luna menarik paksa tangan Silvia.Semuanya pun ikut keluar dan lagi-lagi Heru di buat bingung oleh Anya. Karena di depan sudah banyak tetangga kompleks yang berdatangan. Tak hanya itu, di depan juga sudah berdiri rapi sebuah kain putih lebar. Lebih tepatnya layar tancap."Ternyata dia pelakor." Tetangga mulai membicarakannya"Pantas aja selama ini hidupnya mewah.""Iya, ngaku-ngaku orang kaya, eh ternyata."Silvia mencoba menahan malu, karena selama ini ia merasa sangat bangga dengan apa yang dia miliki."Wow, sepertinya kita akan nonton nih, serasa di bioskop aja," ujar Rianty."Iya Mbak, bahkan ini lebih seru daripada nonton di bioskop," jawab Anya."Anya, jelaskan apa-apaan ini? Kok ada beginian?" tanya Heru tak mengerti."Diam saja kamu disitu, ini adalah kejutan spesial untuk kalian.""Bisa diputar sekarang Pak," titah Anya pada laki-laki yang telah siap dari tadi.Set

  • Dompet Rahasia Suamiku    kejutan

    "Anya plis ...." Heru menggeleng kepalanya agar Anya tidak memberitahu kebenarannya pada Silvia."Ternyata benar, wawasanmu hanya selebar selangkangan, Silvia. Seharusnya kamu mencari tahu dulu siapa sebenarnya mangsamu sebelum kau menaklukkannya. Agar kami tidak merasa dirugikan dikemudian hari.""Jelas mas Heru orang kaya, kamunya aja yang sok berkuasa," celetuk Silvia."Mas Heru sama sepertimu. Benalu! Manusia yang bisanya hanya menumpang hidup dirumah mertua. Jika bukan aku yang meminta, dia tidak akan perna merasakan empuknya kursi direktur. Kamu pikir dia siapa tanpa keluarga Wijaya. Hah," jelas Anya lantang.Terlihat jelas raut wajah Silvia berubah."Kenapa kamu? Keget?" tanya Anya. Berusaha untuk menahan tawanya."Jelaslah dia kaget, Heru bukan siapa-siapa tanpa keluargamu." Luna menimpali sambil berkutat terus dengan ponselnya."Nggak kalian bohong. Perusahaan itu milik mas Heru!" Silvia tetap kekeuh."Bodoh, itu adalah perusahaan cabang milik keluarga kami dan aku yang memin

  • Dompet Rahasia Suamiku    Menolak bercerai

    "Bagaimana suamiku dan maduku, sudah percaya?" tanya Anya menatap sekilas Silvia yang masih terpaku."Jadi bagaimana honeymoon kalian, Menyenangkan bukan?" tanya Anya sambil mengulum senyumnya."Jadi selama ini kamu memata-matai kami.""Bukan mematai, lebih tepatnya mengumpulkan bukti untuk menghancurkan kalian berdua dan sedikit bermain-main.'Dengan bersusah payah Heru berusaha berdiri," Sayang. Maafin mas, ini semua salah paham, mas khilaf.""Mas!" Bentak Silvia protes.Anya pun tertawa dibuat-buat, "Khilaf? Aduh Mas, jangan samakan aku dengan wanita bodoh ini yang bisa dikelabui olehmu. Khilaf itu cuma sekali bukan berulang kali dan lihatlah gundikmu protes tidak terima," ujar Anya disambut dengan tatapan tak suka dari Silvia."Aku bukan wanita bodoh," sergah Silvia."Terus? Apa aku harus mengatakan dengan jelas kalau kamu itu wanita murahan?""Aku bukan wanita murahan, brengsek!"Bagai api yang disiram bensin, amarah Anya langsung mengkilat. Dicengkeramnya wajah Silvia dengan kua

  • Dompet Rahasia Suamiku    Ada apa dengan Heni

    "Jika kalian bukan keluarga mas Heru, sebenarnya kalian siapa? Mengapa mengeroyok kami di rumah kami sendiri. Kalian akan ku adukan ke polisi." Ancam Silvia."Wow, silahkan saja namun sebelum itu terjadi maka kalianlah yang lebih dahulu merasakan dinginnya tidur dalam penjara. Atau kamu ingin merasakan bagaimana melahirkan dalam jeruji besi? Hah," ucap Rianty tersenyum sinis.Heru benar-benar kaget, Rianty yang terkenal sangat lemah lembut bisa bersikap seperti monster yang mengerikan."Lepaskan istriku, jangan sakiti dia. Ini semua salahku," ucap Heru lirih. Dia tak berdaya untuk menolong Silvia."Diam lo brengsek!" Angga memberi satu bogem lagi untuk Heru.Keadaan Heru saat ini sangat mengenaskan, wajah tampan yang ia banggakan kini lebam dan penuh luka. Angga tidak ada sedikit pun rasa kasihan nya, malah itu saja belum cukup untuk membalas sakit hati adik tercintanya."Kamu ingin melindungi sampah ini kan, sama seperti kami yang juga akan melindungi permata kami dari manusia biadab

  • Dompet Rahasia Suamiku    Sambutan hangat dari keluarga

    Sedangkan Silvia kebingungan sendiri."Siapa dia?" tanya Silvia heran. Orang asing keluar dari rumahnya.'Honeymoon? Apa mereka tahu, tamatlah riwayatku,' batin Heru ketakutan."Ayo masuk, kalian pasti lelah bukan habis jalan-jalan jauh. Mama sudah masak makanan enak dan banyak untuk menyambut kalian." Matanya yang memandang tajam tadi kini melembut begitu pun tutur katanya.Silvia terpesona melihat sosok Angga, matanya sampai tak berkedip."Dia lebih tampan dari mas Heru, gagah lagi," batinnya. Tanpa sadar dia mengigit bibir bawahnya. Menjijikkan.Heru terpaku dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kakak iparnya menyambutnya? Seharusnya dia marah.Heru dan Silvia mengikuti langkah Angga memasuki kediaman Silvia. Semua telah berkumpul dan menyambut mereka dengan ramah."Wah menantu mama sudah pulang. Bagaimana perasaan kalian Sayang? Apakah menyenangkan.""Menyenangkan Ma." Bukan Heru yang menjawab tetapi Silvia dengan senyuman yang manisnya."Ayo kita langsung keruang makan, mam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status