Share

tegaskan

Penulis: Jeni Sasmita
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-25 01:49:09

"Tidak Bu, saya tidak diberi apa-apa sama bapak, hanya diancam akan di pecat Bu," jelas Siska membela diri, sementara air matanya terus mengalir deras.

"Jadi kamu lebih takut dipecat oleh suami saya dari pada kak Angga?"

"Saya minta maaf Bu, beri saya kesempatan. Saya berjanji akan selalu memberi laporan, tolong Bu, saya sangat butuh pekerjaan ini."

"Minta pak Irwan kesini dan bawa semua laporan keuangan," pintah Anya dengan tegas. Siska langsung bergegas menuruti.

Tak lama kemudian, seorang pria setengah baya masuk kedalam ruangan dengan beberapa map ditanganinya.

"Silahkan duduk, Pak Irwan."

Pak Irwan pun duduk setelah dipersilahkan.

"Ada apa Bu, apa ada masalah?" tanya Pak Irwan tak mengerti.

"Saya ingin melihat data keuangan."

"Ini Bu." Pak Irwan menyodorkan map kepada Anya.

Walaupun Anya tidak terlalu mengerti masalah perusahaan, tetapi ia juga tidak terlalu bodoh, setelah meneliti beberapa saat Anya bisa melihat kecurangan itu. Beberapa transferan masuk ke rekening milik suaminya dengan jumlah yang tidak sedikit.

'Brengsek! Jadi uang dari perusahaan ini yang dia gunakan untuk membahagiakan gundiknya.'

Amarah Anya tak dapat lagi terpendam, orang yang sangat ia percayai telah menusuknya dari belakang.

"Tentu saja Kak Angga tidak mengetahui hal ini, karena dia sudah sangat sibuk dengan cabang barunya. Ini tidak bisa dibiarkan, aku akan balas kalian." grutu Anya dalam hatinya. Sorot matanya penuh kekecewaan.

"Saya lihat disana ada transferan ke rekening suami saya, bisa di jelaskan."

"Iya Bu, pak Irwan yang meminta. Karena dia bilang semua sudah diberikan izin oleh pak Angga maupun Bu Anya."

Anya menghela napas panjang, "Mulai sekarang jangan transfer uang ke rekening dia walaupun dia bilang atas perintah saya maupun kak Angga."

"Baik, Bu."

Anya menatap satu persatu wajah tegang dua orang yang ada di dalam ruangan itu. Anya sadar kalau ia juga salah disini, tidak seharusnya ia melampiaskan kemarahannya kepada orang lain.

"Dengar pak Irwan, saya tidak perna memberikan izin kepada suami saya untuk mentransfer uang perusahaan ke rekening pribadi kecuali gaji dan jika itu seandainya terjadi aku ataupun kak Angga tentu kami akan memberi tahu anda."

Wajah pak Irwan terlihat pias

"Awalnya saya juga menolak Bu, hanya saja pak Heru mengatakan kalau semua kebutuhan rumah tangga ibu berada dalam jaminan perusahaan ini. Maka saya memberikannya Bu."

"Sebenarnya tidak perna saya menggunakan uang perusahaan untuk kebutuhan keluarga kami. Tapi semuanya juga sudah terjadi, lain kali bapak jangan lagi melakukan hal ini kecuali saya sendiri yang memintanya."

"Baik, saya mengerti Bu."

"Dan kamu Siska, " kini beralih pada Siska yang tengah merutuki kebodohan "beri semua laporan apapun itu tentang suami saya. Kali ini saya beri kesempatan untukmu, saya tahu kamu terpaksa melakukannya karena dibawah tekanan suami saya."

Siska bernapas lega mendengar penuturan Anya.

"Terimakasih, saya janji tidak akan merusak kepercayaan ibu lagi." Siska benar-benar menyesali perbuatannya.

"Kalian boleh keluar sekarang."

Anya menyandarkan kepalanya, memikirkan kini semuanya tidak bisa lagi di anggap santai.

'Aku harus bergerak cepat, kalau tidak perusahaan ini bisa bangkrut gara-gara menyenangkan ular itu.'

***

Keesokan harinya Anya sudah janji sama Luna, mereka hari ini akan makan, shopping, terus ke salon. Untuk menenangkan pikiran Anya yang sudah sangat kacau oleh masalah kemarin. Selain itu Luna sudah sangat rindu masa-masa mereka dulu.

"Anya, sebenarnya aku dapat info baru tentang Heru." Luna mencoba membuka percakapan.

"Apa?" tanya Anya penasaran melihat wajah Luna yang tampak serius.

"Tapi kamu yang sabar ya, janji kamu harus kuat."

"Apaan sih Lun." Anya tak sabar.

"Wanita itu hamil Anya, dan mereka akan menikah minggu depan."

Uhuk! Jus yang hampir saja melewati kerongkongan Anya dengan terpaksa harus keluar lagi.

'Bagaimana mungkin wanita itu bisa hamil? Sudah jelas kalau mas Heru mandul. Pasti ada yang disembunyikan oleh wanita itu.'

"Anya, aku tahu ini berat. Kamu yang sabar ya." Luna memeluk Anya, ia tahu sahabatnya pasti akan sangat terluka.

"Eh, Luna. Aku hanya kaget aja, kamu kira apaan?" tanya Anya yang merasa heran dengan sikap Luna.

"Ya, aku tahu wanita mana yang tidak merasa kecewa, sakit hati kalau suaminya menghamili wanita lain, aku tahu itu Anya walaupun aku belum menikah."

Anya hanya tersenyum mendengar penuturan Luna.

"Loh, kok kamu senyum-senyum gitu, aneh? Jangan bilang kamu jadi gila karena berita ini Anya." Luna menutup mulutnya yang menganga dengan sengaja.

"Idih, amit-amit."

"Lah, terus kenapa?"

"Gini ya Lun, kan kemarin aku sudah bilang kalau aku dan mas Heru periksa ke dokter dan hasilnya terbukti kalau mas Heru mandul."

A"Lah, itu cewek hamil bagaimana ceritanya?"

"Yups! Berarti ...." Anya mengembangkan senyumnya, Luna yang mengerti maksud Anya pun ikut tersenyum.

Setelah selesai makan-makan, mereka pun beranjak dari sana dan akan melanjutkan shopping.

***

Sementara dilain tempat, sepasang kekasih sedang memasuki sebuah toko dan disana mereka disambut hangat oleh pelayan toko.

Karena terlalu fokus melihat pemandangan indah di hadapannya, tanpa sadar posisi mereka terpisah. Silvia fokus pada berlian yang ditawarkan oleh pelayan toko sedangkan Heru iseng melihat yang lain.

Sampai ada seseorang yang memeluk Heru dari belakang.

"Berliannya sudah kamu dapatkan, Sayang?" tanyanya tanpa menoleh.

"Suamiku so sweet banget mau belikan aku berlian."

Mendengar suara itu jantung Heru berdegup kencang.

'Nyatakah ini? Atau halusinasi?'

'Mengapa suaranya berbeda?'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
waaaaw nggak tahu diri benar ini laki-laki SIAL nggak SADAR uang dari mana ngumbar diri kaya nggak tahu kayak monyet
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dompet Rahasia Suamiku    Tamat

    "Anya mas mohon, beri mas kesempatan lagi. Mas janji akan nurut sama kamu."Belum sempat Anya menjawab, yang ditunggu pun akhirnya tiba. Sepupu Anya datang membawa orang-orang dari pihak kepolisian. Dengan bukti-bukti yang kuat, Heru dinyatakan bersalah."Sayang, kamu tidak mungkin melakukan itu kan."Anya tak menghiraukan ucapan lelaki yang kini sudah menjadi mantan suaminya itu.Heru pun langsung dibawa, dengan sangat terpaksa ia harus menurut. dia tidak punya tanaga dan kuasa untuk melawan.Heru menyesali semua kebodohannya, demi ambisi dia menghancurkan semuanya. Seharusnya ia bersyukur dan berterima kasih derajatnya telah dinaikkan oleh mertuanya. Juga ada istri yang selalu setia dan menghormatinya. Tetapi kini semuanya hanya menjadi kenangan belaka. Nasi telah menjadi bubur.Anya adalah manusia biasa yang juga memiliki perasaan, ia tidak memasukkan Silvia ke penjara karena Silvia sedang hamil."Apalagi yang kamu tunggu? Cepat tinggalkan rumahku.""Tidak, aku tidak mau pergi dar

  • Dompet Rahasia Suamiku    Terbongkar

    "Hey, cepat bangun. Jangan pada lemes gitu. Ini belum selesai, masih ada lagi hadiah spesial untuk kalian. Yuk." Luna menarik paksa tangan Silvia.Semuanya pun ikut keluar dan lagi-lagi Heru di buat bingung oleh Anya. Karena di depan sudah banyak tetangga kompleks yang berdatangan. Tak hanya itu, di depan juga sudah berdiri rapi sebuah kain putih lebar. Lebih tepatnya layar tancap."Ternyata dia pelakor." Tetangga mulai membicarakannya"Pantas aja selama ini hidupnya mewah.""Iya, ngaku-ngaku orang kaya, eh ternyata."Silvia mencoba menahan malu, karena selama ini ia merasa sangat bangga dengan apa yang dia miliki."Wow, sepertinya kita akan nonton nih, serasa di bioskop aja," ujar Rianty."Iya Mbak, bahkan ini lebih seru daripada nonton di bioskop," jawab Anya."Anya, jelaskan apa-apaan ini? Kok ada beginian?" tanya Heru tak mengerti."Diam saja kamu disitu, ini adalah kejutan spesial untuk kalian.""Bisa diputar sekarang Pak," titah Anya pada laki-laki yang telah siap dari tadi.Set

  • Dompet Rahasia Suamiku    kejutan

    "Anya plis ...." Heru menggeleng kepalanya agar Anya tidak memberitahu kebenarannya pada Silvia."Ternyata benar, wawasanmu hanya selebar selangkangan, Silvia. Seharusnya kamu mencari tahu dulu siapa sebenarnya mangsamu sebelum kau menaklukkannya. Agar kami tidak merasa dirugikan dikemudian hari.""Jelas mas Heru orang kaya, kamunya aja yang sok berkuasa," celetuk Silvia."Mas Heru sama sepertimu. Benalu! Manusia yang bisanya hanya menumpang hidup dirumah mertua. Jika bukan aku yang meminta, dia tidak akan perna merasakan empuknya kursi direktur. Kamu pikir dia siapa tanpa keluarga Wijaya. Hah," jelas Anya lantang.Terlihat jelas raut wajah Silvia berubah."Kenapa kamu? Keget?" tanya Anya. Berusaha untuk menahan tawanya."Jelaslah dia kaget, Heru bukan siapa-siapa tanpa keluargamu." Luna menimpali sambil berkutat terus dengan ponselnya."Nggak kalian bohong. Perusahaan itu milik mas Heru!" Silvia tetap kekeuh."Bodoh, itu adalah perusahaan cabang milik keluarga kami dan aku yang memin

  • Dompet Rahasia Suamiku    Menolak bercerai

    "Bagaimana suamiku dan maduku, sudah percaya?" tanya Anya menatap sekilas Silvia yang masih terpaku."Jadi bagaimana honeymoon kalian, Menyenangkan bukan?" tanya Anya sambil mengulum senyumnya."Jadi selama ini kamu memata-matai kami.""Bukan mematai, lebih tepatnya mengumpulkan bukti untuk menghancurkan kalian berdua dan sedikit bermain-main.'Dengan bersusah payah Heru berusaha berdiri," Sayang. Maafin mas, ini semua salah paham, mas khilaf.""Mas!" Bentak Silvia protes.Anya pun tertawa dibuat-buat, "Khilaf? Aduh Mas, jangan samakan aku dengan wanita bodoh ini yang bisa dikelabui olehmu. Khilaf itu cuma sekali bukan berulang kali dan lihatlah gundikmu protes tidak terima," ujar Anya disambut dengan tatapan tak suka dari Silvia."Aku bukan wanita bodoh," sergah Silvia."Terus? Apa aku harus mengatakan dengan jelas kalau kamu itu wanita murahan?""Aku bukan wanita murahan, brengsek!"Bagai api yang disiram bensin, amarah Anya langsung mengkilat. Dicengkeramnya wajah Silvia dengan kua

  • Dompet Rahasia Suamiku    Ada apa dengan Heni

    "Jika kalian bukan keluarga mas Heru, sebenarnya kalian siapa? Mengapa mengeroyok kami di rumah kami sendiri. Kalian akan ku adukan ke polisi." Ancam Silvia."Wow, silahkan saja namun sebelum itu terjadi maka kalianlah yang lebih dahulu merasakan dinginnya tidur dalam penjara. Atau kamu ingin merasakan bagaimana melahirkan dalam jeruji besi? Hah," ucap Rianty tersenyum sinis.Heru benar-benar kaget, Rianty yang terkenal sangat lemah lembut bisa bersikap seperti monster yang mengerikan."Lepaskan istriku, jangan sakiti dia. Ini semua salahku," ucap Heru lirih. Dia tak berdaya untuk menolong Silvia."Diam lo brengsek!" Angga memberi satu bogem lagi untuk Heru.Keadaan Heru saat ini sangat mengenaskan, wajah tampan yang ia banggakan kini lebam dan penuh luka. Angga tidak ada sedikit pun rasa kasihan nya, malah itu saja belum cukup untuk membalas sakit hati adik tercintanya."Kamu ingin melindungi sampah ini kan, sama seperti kami yang juga akan melindungi permata kami dari manusia biadab

  • Dompet Rahasia Suamiku    Sambutan hangat dari keluarga

    Sedangkan Silvia kebingungan sendiri."Siapa dia?" tanya Silvia heran. Orang asing keluar dari rumahnya.'Honeymoon? Apa mereka tahu, tamatlah riwayatku,' batin Heru ketakutan."Ayo masuk, kalian pasti lelah bukan habis jalan-jalan jauh. Mama sudah masak makanan enak dan banyak untuk menyambut kalian." Matanya yang memandang tajam tadi kini melembut begitu pun tutur katanya.Silvia terpesona melihat sosok Angga, matanya sampai tak berkedip."Dia lebih tampan dari mas Heru, gagah lagi," batinnya. Tanpa sadar dia mengigit bibir bawahnya. Menjijikkan.Heru terpaku dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kakak iparnya menyambutnya? Seharusnya dia marah.Heru dan Silvia mengikuti langkah Angga memasuki kediaman Silvia. Semua telah berkumpul dan menyambut mereka dengan ramah."Wah menantu mama sudah pulang. Bagaimana perasaan kalian Sayang? Apakah menyenangkan.""Menyenangkan Ma." Bukan Heru yang menjawab tetapi Silvia dengan senyuman yang manisnya."Ayo kita langsung keruang makan, mam

  • Dompet Rahasia Suamiku    Tak mengerti keadaan

    "Nol lagi!" teriak keduanya bersamaan.Kerongkongan Heru terasa tercekat, menatap nanar pada layar. Uang yang sudah bertahun-tahun dikumpulkan kini hilang tampa bekas.Napas Silvia memburu, tak menyangka kesialan akan menimpanya hari ini.Tanpa menunggu lama lagi, Heru merogoh benda pipi di saku celananya untuk menghubungi istrinya.Tersambung, tetapi tidak di angkat."Sial!" Teriak Heru, lalu mencoba lagi tanpa menyerah."Lihat, ini semua pasti ulahnya. Siapa coba yang bisa melakukan semuanya kecuali dia." Silvia menambah keruh suasana hati Heru."Ini istri kemana lagi, nggak tahu apa suaminya sedang kesusahan." Celoteh Heru tak menghiraukan Silvia."Hallo." Suara lemah lembut terdengar dari ujung telepon, Heru langsung mengisyaratkan agar Silvia tak bersuara."Kemana aja sih, kok lama banget angkat telponnya?""Ponselnya tersilent Mas, jadi aku nggak tahu kalau ada panggilan masuk. Aku juga sedang dirumah mama, kumpul keluarga, soalnya ada keluarga Om Randi juga.""Kumpul keluarga?

  • Dompet Rahasia Suamiku    Liburan tanpa uang

    Pagi ini Heru bangun seperti biasa. Dia merenggangkan otot-otot yang terasa kaku. Semalam dia pulang dari rumah Silvia sudah sangat larut malam karena ia membantu packing barang bawaan Silvia agar tidak terlalu lelah, mengingat dia sedang hamil.Mendapati Anya sudah tidak ada lagi di atas ranjang, bukanlah hal yang di herankan pasti ia sudah berkutat di dapur.Mengingat tujuannya hari ini, Heru bergegas menuju ke kamar mandi. Selesai membersihkan diri lantas ia menurunkan koper yang ada di atas lemari memasukkan beberapa pakaian yang akan dia kenakan di Bali nanti dan tak lupa surat penting turut dibawanya, karena usahanya tidak mudah untuk mendapatkannya."Loh, kamu mau kemana mas?" tanya Anya saat ia memasuki kamar, terlihat suaminya sudah sangat rapi."Mau pergi!" Ucapnya datar."Kemana?"Cerewet banget, mau keluar kota urusan pekerjaan."Anya terkejut, tak biasanya sang suami ketus begitu, "Setahuku, tidak ada urusan kantor yang mengharuskan ke luar kota Mas.""Sudahlah Anya, aku

  • Dompet Rahasia Suamiku    mencuri aset

    "Sayang," ucap Heru setelah pintu dibuka oleh Silvia.Silvia hanya diam, mundur beberapa langkah saat Heru ingin memeluknya. Walau bagaimanapun ia tetap merasa sakit hati sama Heru."Sayang aku minta maaf." Heru memohon, Silvia hanya terdiam membisu."Aku mohon marahi aku Sayang, jangan kau diami aku seperti ini." Heru merasa sangat bersalah melihat Silvia tetap terdiam, ditambah dengan seisi rumah yang terlihat hancur.Heru hendak memegang tangan Silvia namun dengan cepat ditepis kasar oleh Silvia."Sudah puas kamu mempermainkan perasaanku?" Silvia buka suara."Semua bukan keinginanku, percayalah semua ku lakukan demi kita.""Demi kita? Selama di luar kota kamu bahkan tidak menghubungiku, setelah pulang dari sana kamu berjanji akan kemari dan liontin yang kamu janjikan untukku pun tak sampai ke tanganku. Kamu pembohong. Apa yang kamu lakukan bukan buat kita tapi buat wanita jalang itu!" teriak Silvia meluapkan kemarahannya yang telah berhari-hari ia pendam.Sebuah tamparan mendarat d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status