Share

BAB 33

Penulis: Dentik
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-13 04:29:34

Leonard membuka pintu ruang makan privat dan mempersilakan Nadine masuk lebih dulu. Ruangan itu hangat dan intim, dindingnya dihiasi lukisan klasik, dan hanya ada satu meja kecil bundar yang sudah ditata sempurna dengan lilin di tengahnya. Pencahayaan temaram dari chandelier kristal menggantung di atas, menambah kesan elegan. Di luar, kaca lebar menampilkan pemandangan kota yang berkilau malam itu.

Nadine menelan ludah pelan. Rasanya terlalu mewah untuk seseorang sepertinya. Ia bisa merasakan aroma lembut lavender dan wine menguar di udara.

Leonard menarikkan kursi untuknya dengan sopan. "Silakan duduk."

Nadine mengangguk kecil dan duduk, lalu memperhatikan pria di hadapannya. Leonard tampak tenang, tapi di balik sorot matanya, ada kegelisahan yang seolah tak bisa ia tutupi sepenuhnya. Sesekali, ia melirik Nadine, seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi urung.

Tak lama, pelayan datang membawa hidangan pembuka. Mereka tak banyak bicara, hanya terdengar dentingan alat makan yang lembut.

S
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 36

    RUANG PERTEMUAN DONOVAN PRIVATE CLUBRuangan tempat Nadine dibawa tak ubahnya ruang interogasi, meski tak ada lampu gantung menyala di atas kepala atau cermin dua arah. Tapi hawa di dalamnya cukup untuk membuat siapa pun kehilangan kendali atas detak jantung.Lantai marmer mengilap, karpet mewah dari wol Turki, dan meja oval panjang dengan hanya tiga kursi. Dua kursi sudah terisi. Nadine menelan ludah saat matanya bertemu sosok di sisi kanan meja.Alexander Sinclair.Ayah kandung Leonard.Sosok yang hampir tak pernah muncul di hadapan publik, tetapi namanya berkumandang di koridor kekuasaan sebagai raja bisnis minyak, logam, dan ia adalah mantan perdana menteri. Sampai sekarang ia masih berjibaku di dunia politik bayangan. Wajahnya dingin, rahangnya tegas, dan sorot matanya menembus, seperti mampu membongkar isi pikiran Nadine tanpa perlu berkata apa pun.“Duduk,” ujar Victoria datar, tanpa memandang Nadine.Nadine menunduk, berjalan pelan, dan duduk di kursi yang tersedia. Kedua tang

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 35

    KEESOKAN PAGINYANadine duduk di sofa kamar hotel dengan tangan memegang secangkir teh hangat. Matanya masih mengantuk, rambutnya dikuncir rendah seadanya, dan ia masih mengenakan hoodie kebesaran milik hotel. Tapi meski tampak santai, pikirannya berkelana.Ketukan pelan di pintu membuatnya tersentak."Nadine? Ini aku."Suara Leonard.Nadine bangkit dan membuka pintu. Ia sedikit terkejut melihat Leonard telah berpakaian rapi dengan setelan jas abu gelap yang menegaskan aura karismatiknya. Dasi biru tua yang dipilihnya memberikan kesan tenang dan dapat dipercaya—penampilan seorang calon presiden yang sudah siap turun ke lapangan.“Pagi,” sapa Leonard, tersenyum kecil. Matanya menyapu penampilan Nadine sekilas. Tak ada kritik. Hanya... kehangatan.“Pagi,” balas Nadine, suara pelan.Leonard mengangkat kotak kecil dari tangannya. “Sarapan. Aku tahu kamu nggak suka makan pagi di restoran hotel karena terlalu ramai. Aku pesan khusus dari koki pribadi.”Nadine sempat menahan napas, lalu ters

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 34

    Usai makan malam yang hangat dan tenang, Leonard menawarkan tangan pada Nadine saat mereka meninggalkan ruang makan privat. Lampu-lampu lorong hotel meredup dengan hangat, menyinari langkah mereka menuju taman kecil di sisi belakang bangunan—tempat yang jarang dilewati tamu lain, terutama di malam hari.Begitu kaki mereka menginjak jalan setapak berbatu yang mengarah ke taman, udara malam menyambut dengan embusan lembut yang menggesek pelan helai-helai rambut Nadine. Rerumputan terpangkas rapi, dan pohon-pohon palem berdiri seperti penjaga diam. Cahaya kuning temaram dari lentera taman membuat suasana seolah berbisik, "Rahasiakan momen ini hanya untuk kalian."Leonard menyelipkan tangan ke dalam saku celananya. Sesekali, ia mencuri pandang ke arah Nadine yang berjalan di sampingnya. "Aku tahu kamu masih menyimpan banyak hal," kata Leonard akhirnya, suaranya rendah dan pelan, hampir seperti gumaman angin.Nadine menoleh, menatapnya sekilas. "Aku tidak bermaksud menyembunyikan apa-apa."

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 33

    Leonard membuka pintu ruang makan privat dan mempersilakan Nadine masuk lebih dulu. Ruangan itu hangat dan intim, dindingnya dihiasi lukisan klasik, dan hanya ada satu meja kecil bundar yang sudah ditata sempurna dengan lilin di tengahnya. Pencahayaan temaram dari chandelier kristal menggantung di atas, menambah kesan elegan. Di luar, kaca lebar menampilkan pemandangan kota yang berkilau malam itu.Nadine menelan ludah pelan. Rasanya terlalu mewah untuk seseorang sepertinya. Ia bisa merasakan aroma lembut lavender dan wine menguar di udara.Leonard menarikkan kursi untuknya dengan sopan. "Silakan duduk."Nadine mengangguk kecil dan duduk, lalu memperhatikan pria di hadapannya. Leonard tampak tenang, tapi di balik sorot matanya, ada kegelisahan yang seolah tak bisa ia tutupi sepenuhnya. Sesekali, ia melirik Nadine, seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi urung.Tak lama, pelayan datang membawa hidangan pembuka. Mereka tak banyak bicara, hanya terdengar dentingan alat makan yang lembut.S

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 32

    "Apa yang Mama katakan?" tanya Leonard sembari menyisir rambutnya dengan tangan."Miss. Victoria tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Jadi besok saya diminta membawa Anda-""Cukup." Leonard segera melangkah ke arah Nadine yang baru selesai bersiap. Wanita itu tampak lebih elegan dengan dress hitam dan rambut messy bun. Sudut bibir Leonard tersungging. "Perfect. Kita berangkat sekarang."Pria itu membuka sedikit lengannya, mengode Nadine untuk mengaitkan tangan di sana.Raymond hanya menghela napas. Ucapannya belum tuntas, tapi bossnya sudah pergi. Jack hanya menatapnya datar, dan meminta dia segera mengikuti mereka.'Aku merindukan hari-hari yang tenang,' batin Raymon menahan diri.Berhari-hari berlalu seperti itu. Raymond mendapat desakan dari Vectoria sekaligus Alexander untuk membawa Leonard ke kediaman mereka. Sedangkan Leonard sibuk menghadiri kampanye untuk meningkatkan popularitasnya. "Maaf, Madam. Tuan Leo benar-benar sibuk saat ini," akhir Raymond langsung memutuskan telepo

  • Dosa di Ranjang Sang Penguasa   BAB 31

    "Jadi malam ini kamu di kantor?" tanya Evelyn di ujung telepon."Ya. Aku harus memastikan semua pekerjaan tuntas." Adrian sibuk menelitidatabase yang ada di layar komputer."Baiklah. Kalau gitu, aku akan menghadiri pesta sendiri.""Ya, ya. Lakukan sesukamu. Sekarang aku sangat sibuk.""Okey. See you, Dear."Sambungan telepon pun terputus.Adrian meletakkan ponselnya di meja tanpa ekspresi. Matanya kembali fokus menelusuri data yang berbaris rapi di layar. Tangannya mengetik cepat, sesekali mengernyit saat menemukan kejanggalan dalam laporan keuangan bulan lalu.Sementara itu, suasana kantor sudah sepi. Hanya lampu di ruangannya yang masih menyala. Di luar jendela, kota mulai larut dalam cahaya malam. Tapi Adrian tak peduli. Ia lebih tertarik pada angka-angka yang tak sesuai ini. Ada transaksi dalam jumlah besar yang tercatat atas nama perusahaan—tetapi tak pernah ia setujui.“Ini aneh…” gumamnya, mengetuk pena ke meja. “Siapa yang menyetujui ini?”Ia membuka folder digital lain, menyam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status