"Maafin aku Jod!" ucap Alzena yang kini melangkah mendekati Jody disana.Tubuhnya seketika terasa kaku, saat ia melihat ternyata Jody yang benar benar terpukul dengan apa yang terjadi saat ini, karena pernikahannya malah justru membuat orang tersayangnya tersakiti."Kamu tega Zen."Terdengar ucapan itu dari seorang laki laki yang kini melangkah menjauh, membelakanginya dan enggan memperhatikan wajahnya.Hanya nafas yang kini tampak menjawab, sementara kata kata yang tak lagi dapat terucap karena mulut yang sudah tanpa suara, tertegun kaku menyaksikan kepahitan yang dirasa Jody."Kamu bilang hari itu adalah hari penikahan kakakmu, tapi nyatanya justru kamu yang menikah.""Sekali lagi aku minta maaf Jod, aku ngga bermaksud bohongin kamu.""Terus, apa maksudmu Zen? kamu bilang kamu tidak bohong? kamu salah Zen, bukan cuma bohong bahkan kamu juga mencampakkan aku begitu aja Zen, dan memilih menikah dengan laki laki lain. Siapa sih dia? dia orang kaya? atau lebih kaya dari keluargaku? jadi
Pagi yang cerah, matahari terbit dengan lincahnya, sinarnya yang seketika membuat suasana dingin menjadi hangat. Sehangat sikap Alzena pagi ini.Alzena yang sedang memperhatikan dirinya memalui sebuah cermin, untuk memastikan jika penampilannya sudah benar benar siap, siap melaju menuju sebuah kampus tercinta.Wanita cantik dengan mini dress berwarna cream, dan rambut panjang yang tergerai itu melengkungkan bibirnya, tanda bahagia. Entah apa maksud dari senyuman itu? hingga terus ia pandangi melalui cermin yang menampakan dirinya. Tingkahnya seperti ABG jatuh cinta, yang ingin terlihat sempurna dihadapan laki lakinya.Setelah penampilannya dianggap sudah lebih baik, dengan cepat Alzena pun meraih tas jinjingnya, sebelum akhirnya ia membuka pintu dan melangkah keluar ruangan. Namun langkahnya seketika terhenti, setelah ia melihat Emil dengan penampilan yang sudah rapi, yang juga keluar dari ruang kamarnya, yang terlihat sibuk dengan sebuah ponsel yang sedari tadi ia tempelkan ditelin
"Kamu kenapa?" tanya Riska pada Alzena, Setelah keluar dari ruangan Emil.Memperhatikan wanita itu berjalan dengan terus tersenyum, wajahnya berbinar dan pandangan matanya penuh kebahagian. Entah apa yang terjadi dengan Alzena saat ini, Riska bingung memperhatikannya, ia khawatir terjadi hal yang tak diinginkan pada sahabatnya itu."Kamu ngga lagi kesambet kan Zen?" tambah Riska dengan tatapan tajam memperhatikan wajah Alzena.Mendengar ucapan itu membuat ekspresi Alzena seketika berubah, ia baru mendengar jika Riska sedari tadi melontarkan pertanyaan untuknya. rupanya langkahnya sedari tadi tak ia sadari, akibat otak yang masih dipenuhi dengan panggilan sayang dari Emil."Yaampun, aku kenapa?" batin Alzena yang mulai memikirkan perasaan apa yang menghampirinya saat ini?Mengapa rasanya seperti jatuh cinta? panggilan sayang itu masih terngiang ngiang ditelinganya hingga saat ini, gambaran laki laki berwajah eksotis, dan tubuh atletis itu kian menari nari dipikirannya."Zen?" kembali
Dirumah Surya.Bibir wanita cantik itu tak berhenti tersenyum, kala ia pandangi Emilio Cullen yang tampak sangat akrab dengan Surya Dinata dan Aditya Dinata, Perbincangan yang terjadi diruang tamu rumah Surya ini benar benar membuat Alzena Dinata bahagia.Suasana hangat yang terjadi membuat hatinya luluh, dan akhirnya membentuk sebuah kalimat dalam hatinya, sebuah kalimat yang tersusun dari lubuk hatinya yang paling dalam."Ternyata dia memang laki laki yang baik," batinnya dengan pandangan yang terus tertuju pada ketiga laki laki disana.Ditengah tengah renungannya, tiba tiba terasa tangan meraih bahunya dengan lembut, hingga membuat Alzena seketika menolehkan wajahnya."Kak May," ucapnya setelah melihat wanita bertubuh tinggi itu yang kini ada dihadapannya."Kenapa ngga ikut gabung? ayo kesana," ajaknya yang juga mengarahkan pandangannya pada ketiga laki laki yang saat ini sedang berbincang bersama.Tampaknya terdapat sebuah tema yang tepat didalamnya, hingga membuat mereka tidak bo
Disebuah pusat perbelanjaan, kini Emil dan Alzena berada didalamnya, karena tak memiliki pembantu rumah tangga, hingga Alzena harus belanja sendiri, bukan hanya itu, bahkan membersihkan rumah dan memasak pun ia lakukan seorang diri. Bukan karena tak mampu membayar seseorang untuk membantu Alzena mengurus rumah, namun Alzena sendiri yang memintanya.Karena ia masih sanggup mengurus semuanya sendiri. Ia lebih memilih memasak dengan tangannya sendiri, untuk menyiapkan sarapan serta makan malam untuknya dan Emil, dan siang hari mereka akan makan diluar karena kesibukannya masing masing. Sementara untuk kebersihan lingkungan rumah, Alzena lebih mengisi waktu liburnya untuk membersihkan sekeliling rumah.Dari pada harus mengeluarkan uang lebih, dan dari pada ia tak beraktifitas apapun sepulang kuliah, dan saat libur kuliah, jadi mungkin lebih baik mengerjakan semuanya sendiri, selain mencari nilai plus dimata suami, tapi juga sebagai pengabdiannya untuk suami.Alzena terbilang istri yang
Dikampus."Hay, Zen," sapa Riska penuh semangat yang menghampiri Alzena dikantin kampusnya.Wanita dengan segelas jus jeruk ini seketika menoleh namun tanpa tersenyum menyambut kedatangan wanita berambut sebahu dengan kulit sawo matang, sahabatnya itu."Ekhem. pengantin baru, ada apa sih pagi pagi udah bengong sendiri?" ucap Riska kala kini terduduk dihadapan Alzena.Ya, Alzena memang sedang termenung, lantaran kembali memikirkan antara Sabrina dan Emil, jika perpisahannya dulu adalah karena kehendak orang tua, itu tandanya sisa sisa cinta masih ada diantaranya. dan sekarang Sabrina kembali, bagaimana kalau mereka dekat lagi?Mungkin satu satunya jalan untuk membuat hatinya tenang adalah dengan merestui pernikahan Surya dengan Sabrina, dengan begitu Sabrina tak akan mungkin menggoda atau mendekati Emil lagi."Zen," panggil Riska pada wanita yang pikirannya tak ada di tempat itu."Iya.""Kamu kenapa sih? mikirin apa?""Mikirin suami aku," jawab Alzena spontan."Yaampun Zen, iya deh yan
"Jadi, kalian merestui pernikahan ayah dengan Sabrina?" Tanya Surya memastikan kalimat yang baru saja diucapkan oleh Alzena dan Adit, anaknya.Mendengar ucapan itu membuat Surya tersenyum, ia bahagia ternyata tak perlu berusaha keras untuk membujuk kedua anaknya itu, hari ini mereka yang datang dengan sendirinya, untuk memberinya izin menikahi Sabrina."Alzen mau, secepatnya ayah harus nikahin Sabrina, besok mungkin," ucap Alzena yang membuat Surya melebarkan mata."Besok?"Benar benar tak dapat dicerna oleh otak, sebelumnya tidak merestui, dan sekarang tiba tiba datang, bahkan memintanya untuk menikah besok, ada apa dengan Alzena? Surya tak tau hal apa yang difikirkan putrinya saat ini."Iya yah, Besok. bukankah lebih cepat lebih baik?" ucap Alzena.Sementara Adit dan Emil yang hanya terdiam mendengar setiap ucapan yang dilontarkan Alzena. Hadir sebuah tanya dalam hati Emil, mengapa harus terburu buru seperti ini?"Zen, semua butuh persiapan nak, kalau besok, sepertinya terlalu cepat
"Apa? lusa? why so fast? apa ngga terburu buru mas?" ucap Sabrina setelah Surya datang memberitahu niat kedua anaknya."Sayang, kamu kan tau untuk dapetin restu mereka ngga mudah, jadi mumpung mereka sedang berbaik hati, lebih baik kita gunakan sebaik mungkin."Mendengar ucapan Surya, Sabrina pun melangkah menjauh, menggelengkan kepala serta rasa tak percaya. Entah mengapa tiba tiba hadir rasa keraguan dalam hatinya, setelah ia melihat Emil berada didekatnya kembali.Atau mungkin perasaan Sabrina masih sama seperti dulu? mencintai Emil bahkan berharap menjadi tunangannya lagi."Kalau secepat itu, i am so sorry mas, sepertinya aku ngga bisa," tambah Sabrina yang membuat Surya melebarkan mata."Why?""This is too fast, aku ngga bisa dengan sesuatu yang terburu buru, setidaknya menikah itu perlu persiapan, tidak hanya sebuah kalimat ijab kabul yang kamu ucapkan nanti. Aku juga harus menghubungi kedua orang tuaku di London, dan mereka very busy, so ngga akan bisa secepat itu datang ke In