Beranda / Romansa / Dosenku, Musuhku, Suamiku / Bab 61. Ajakan Antonio

Share

Bab 61. Ajakan Antonio

Penulis: Agniya14
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-01 14:24:00

Vivi baru saja melangkah masuk ke ruang kelas, masih menenteng buku catatan ketika tiba-tiba seseorang menarik lengannya pelan.

“Eh—” Vivi menoleh cepat. Ternyata Antonio. Tanpa banyak bicara, cowok itu menuntunnya duduk di bangku kosong di sebelahnya.

“Kamu kenapa narik-narik? Ada apa?” tanya Vivi sambil mengangkat alis.

Antonio menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, matanya menatap penasaran. “Gimana acara camping malam keakraban kemarin? Seru, nggak?”

Vivi langsung paham arah pertanyaannya. Antonio memang nggak hadir di acara itu.

“Biasa aja,” jawabnya santai. “Nggak ada yang aneh. Tapi kamu kenapa nggak datang? Setahu aku itu acara wajib, kan?”

Antonio menghela napas. “Aku nggak bisa datang karena ada acara keluarga. Wajib banget ikut. Daripada dipecat jadi anak.”

Vivi menatapnya heran. “Emang ada ya acara keluarga yang modelnya gitu?”

Antonio memiringkan kepala, menatapnya tajam, tapi sambil senyum tipis. “Jangan pura-pura nggak tahu, Vi.”

Vivi mengembuskan napas, malas menanggapi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 61. Ajakan Antonio

    Vivi baru saja melangkah masuk ke ruang kelas, masih menenteng buku catatan ketika tiba-tiba seseorang menarik lengannya pelan.“Eh—” Vivi menoleh cepat. Ternyata Antonio. Tanpa banyak bicara, cowok itu menuntunnya duduk di bangku kosong di sebelahnya.“Kamu kenapa narik-narik? Ada apa?” tanya Vivi sambil mengangkat alis.Antonio menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, matanya menatap penasaran. “Gimana acara camping malam keakraban kemarin? Seru, nggak?”Vivi langsung paham arah pertanyaannya. Antonio memang nggak hadir di acara itu.“Biasa aja,” jawabnya santai. “Nggak ada yang aneh. Tapi kamu kenapa nggak datang? Setahu aku itu acara wajib, kan?”Antonio menghela napas. “Aku nggak bisa datang karena ada acara keluarga. Wajib banget ikut. Daripada dipecat jadi anak.”Vivi menatapnya heran. “Emang ada ya acara keluarga yang modelnya gitu?”Antonio memiringkan kepala, menatapnya tajam, tapi sambil senyum tipis. “Jangan pura-pura nggak tahu, Vi.”Vivi mengembuskan napas, malas menanggapi

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 60. Kesambet Apa?

    Vivi berdiri sambil merapikan tasnya. “La, aku duluan ya. Taksi udah nunggu di depan.”Lala langsung menoleh cepat. “Hah? Kok bisa? Kapan kamu pesen taksinya? Tadi di truk kamu tidur pules, baru melek juga sekarang. Mana sempet pesen taksi?”Vivi sempat terdiam sepersekian detik, matanya bergerak gelisah sebelum cepat-cepat menjawab, “Oh, aku pesennya pas kita masih di gunung tadi.”Senyumnya muncul, tapi agak kikuk, lebih mirip orang habis bohong.Lala menatapnya dari atas sampai bawah dengan ekspresi nggak percaya. “Hilah, kamu tuh aneh banget. Masa pesen taksi dari gunung? Udah sana pulang. Hati-hati di jalan, istirahat yang bener ya, Vi.”“Iya, La.” Vivi mengangguk kecil. “Aku jalan dulu. Ketemu lagi Senin ya.”Lala hanya mengangkat tangan sambil mengangguk, masih heran, tapi malas memperpanjang.Vivi kemudian melangkah cepat menuju gerbang kampus. Matahari siang menyengat, tapi pikirannya hanya tertuju pada satu hal

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 59. Taksi Pesanan Giorgio

    Vivi malas menanggapi celotehan Lala. Ia menunduk, menghabiskan suapan terakhir sarapannya tanpa komentar. Begitu kotaknya kosong, ia langsung bangkit dan berjalan cepat menuju tenda. Jaketnya yang tebal ia lepas satu, lalu disampirkan di ujung tas.“La, aku mandi duluan, ya,” ucapnya sambil membongkar perlengkapan mandi.“Heh, Vi, tunggu dulu!” Lala menyusul. “Kamu pasti ngambek gara-gara Pak Giorgio, kan?”Vivi mendengkus pendek tanpa menoleh. “Nggak, La. Lihat ini udah jam berapa? Udah setengah sembilan. Jam sembilan kita harus kumpul lagi.”Lala spontan melirik jam tangannya. “Eh, iya juga!” Ia buru-buru menyuap sisa sarapannya. “Tunggu aku habisin dulu sarapanku, Vi!”“Cepetan,” sahut Vivi sambil mengganti pakaian.Lala masuk ke dalam tenda menyambar baju ganti. Tak lama kemudian mereka berjalan menuju kamar mandi. Untungnya, antrean sudah tidak sepanjang pagi tadi.“Nah, lumayan kosong,” gumam Lala, senang.

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 58. Jaket Pink

    Vivi merapatkan jaket pink berbahan lembut yang membungkus tubuhnya. Sentuhannya hangat dan nyaman, seakan dibuat khusus untuk menghalau dingin semacam ini. Semakin ia tarik resleting hingga leher, semakin yakin, ini pasti pemberian Giorgio. Ia tak tahu kapan pria itu memasukkannya ke dalam tas. Satu-satunya kemungkinan adalah saat ia tertidur di apartemen.Di dalam tenda, hanya ada suara napas dan bunyi gesekan sleeping bag. Lala baru saja duduk sambil mengucek mata, rambutnya masih acak-acakan.“La,” bisik Vivi sambil menatap pintu tenda yang tertutup rapat, “acara mulai jam enam kan? Di luar dingin banget. Kita di sini aja dulu ya?”Lala masih mengantuk, tapi mengangguk pelan. “Iya, Vi.”Tatapannya lalu jatuh ke jaket Vivi. Keningnya langsung berkerut. “Eh, Vi,itu jaket kamu? Aku baru lihat. Beli di mana?”Vivi refleks terdiam sepersekian detik, jantungnya berdebar. Ia buru-buru memalingkan wajah, pura-pura sibuk membetulkan tudung jaket.“Oh, ini.” Vivi berdeham sambil tersenyum

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 57. Jaket Siapa?

    Tanpa banyak bicara, ia mendekat dan memeriksa keadaan. Tatapannya singkat ke arah panitia, lalu ke kaki Vivi.“Mana yang sakit?” tanyanya dengan tenang. Panitia menunjuk Vivi. “Kakinya terkilir sepertinya. Bawa ke tenda panitia aja biar dicek.”Giorgio berjongkok di depan Vivi. “Berdiri atau harus kupapah?”Vivi berniat menyangkal, tapi saat ia coba bangkit, kakinya kembali goyah. Giorgio langsung mengambil alih tanpa menunggu persetujuan.Dengan gerakan mantap, ia membelakangi Vivi sedikit. “Pegang bahu aku. Naik.”Vivi melotot refleks. “Hah? Nggak usah, aku bisa ja—”“Jangan banyak ngomong,” potong Giorgio dingin, nada suaranya tidak bisa dibantah.Akhirnya Vivi menaruh tangan di bahunya, perlahan menaiki punggungnya. Giorgio mengangkatnya dengan stabil seolah itu hal biasa.Lala terbengong. Beberapa peserta yang belum terlalu jauh ikut melirik, sebagian syok, sebagian mendadak bisik-bisik.

  • Dosenku, Musuhku, Suamiku    Bab 56. Vivi Terkilir

    Langkah kaki itu terdengar jelas dan cepat, tapi berirama, seolah sesuatu atau seseorang sengaja mengikuti dari belakang.Cowok berkacamata langsung merapat ke Vivi, hampir menabrak punggungnya. “Vi, Vi, kamu denger, kan?”“Diem dulu,” bisik Vivi tanpa menoleh. Ia memusatkan pendengaran, menunggu bunyi itu datang lagi.Sunyi.Hanya suara daun bergesek karena angin.Cowok itu menahan napas, jari-jarinya mencengkram udara. “Tadi jelas ada yang jalan, sumpah.”“Kalau kamu makin berisik, yang jalan bisa lari ke arah kita,” balas Vivi lirih tapi ketus.Ia akhirnya melangkah maju dan meraih bendera kecil yang menggantung di tali jemuran seadanya. Talinya agak tinggi, jadi ia harus sedikit berjinjit. Cowok itu ikut sigap menahan tali supaya tak melambai.Begitu bendera diambil, suara terdengar lagi kali ini lebih dekat, seperti diinjak seseorang.Cowok itu langsung mendesis, “Ya Allah, Vi itu apaan?!”Vivi menarik napas, menoleh setengah dan berucap tenang tapi tajam, “Lari balik sekarang. J

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status