Damn it. Kalian adik-adik durhaka," umpat Andrew saat matanya melihat Dirga dan Koscky masih menertawakan dirinya.
Untung saja adik perempuannya sudah meninggalkan mereka saat ini. Jika Alin masih berada di sini, sudah dapat dipastikan bahwa Andrew akan menjadi bahan bully-an Alin bersama dua adik sepupunya.
"Gimana rasanya ditolak oleh Zeya?" Ejek Dirga, adik sepupu termuda Andrew.
Dirga adalah keponakan dari Wilona. Usia Dirga sama seperti usia Alin.
"Pertanyaan bodoh, Ga. Tentu saja Andrew merasa malu," Sahut Koscky.
#Dasar pemuda bau kencur. Mereka kira aku merasa malu karena penolakan Zeya#
Dirga menyanggah pendapatan Koscky, Kakak sepupunya itu.
"Sok tahu kamu," Ujar Dirga meledek Koscky.
"Dasar tak sopan. Panggil aku seperti kamu memanggil Kak Andrew. Kak Koscky," Tegur Koscky menepuk pelan belakang kepala Dirga.
"Kak Koscky yang terhormat, bisa kita segera ke ruang rapat," Ucap Dirga dengan sika
Belakangan ini Anze sering dititipkan oleh Zeya pada Lenna. Kendati Lenna dalam kondisi hamil tua, sahabat baik Zeya itu malah senang menghabiskan waktu bersama anak lelaki Zeya."Tante Lena, Om Kiki ke mana sih. Kok jarang kelihatan?" Tanya Anze yang sedang duduk menonton tayangan kartun di televisi kabel.Lenna yang duduk di samping Anze, menjawab rasa penasaran Anze."Om Kiki lagi tugas di luar kota. Anze kangen sama Om Kiki?" Tanya Lenna.Anze mengangguk tanpa mengalihkan tatapan matanya dari arah layar televisi."Anze kangen main sepak bola di halaman rumah," Ujar Anze.#Ya ampun, memang anak Zeya ini sangat terus terang sekali# Pikir Lenna."Kenapa tidak ajak teman-teman Anze main ke rumah?" Tanya Lenna.Anze menggelengkan kepalanya.Anze malu mengatakan pada Tante Lenna bahwa dia tidak memiliki teman banyak di sekolah.Melihat wajah sendu Anze, Lenna menjadi iba. Lenna memang tahu kalau Anze ini
Apakah Bonding itu penting dilakukan?Mungkin pertanyaan itu kerap ditanyakan beberapa pakar psikologi anak. Termasuk Zeya yang pernah mempertanyakan hal yang sama.Walaupun sudah cukup sibuk dengan kegiatan sebagai kuli perusahaan, Zeya selalu menyempatkan waktu untuk sekadar mengobrol sebelum Anze terlelap tidur.Seperti malam ini yang Zeya lakukan.Dia sudah selesai membersihkan wajah, kaki, dan juga tangan. Menggosok gigi serta memakai pelembap wajah.Zeya melangkah turun ke lantai dasar, di mana kamar Anze berada.Bukan tanpa sebab, Zeya menaruh Anze di lantai bawah supaya anak itu tidak cedera saat naik turun tangga.Kebiasaan buruk Anze yang suka berlari di anak tangga.Membuat Zeya selalu was was bila dia tidak berada di sisi anak lelakinya.Ceklek...Saat Zeya membuka pintu kamar, dia melihat Anze sedang duduk dengan punggung bersandar pada dipan ranjang.Anak le
Andrew mematut diri melihat pantulan wajahnya dari kaca spion tengah mobil.Dia ingin memastikan bahwa Zeya masih miliknya. Hati Andrew belum bisa tenang saat melihat rekaman video yang direkam oleh adik perempuannya, Arleen.Oleh sebab itu, Andrew saat ini berada di balik kemudi mobil hanya untuk menguntit kediaman Zeya.&+&+&Sabtu siang di kediaman Zefanya ...."Ma, kapan kita berangkat ke toko buku," Tanya Anze menopang kepalanya dengan dua tangan bertumpu pada meja makan.Zeya sedang menghabiskan menu makan siang yang dia masak.Berhubung Lenna dan Kiki masih tinggal di rumah Zeya, Zeya bisa memasak dalam porsi banyak."Sabar ya Anze. Lihat nih, mama belum selesai makan," Ucap Zeya dengan mulut penuh makanan.Lenna dan Kiki masih asyik menikmati makan siang mereka."Masakan Mama Zeya enak gak Anze?" Tanya Lenna sengaja mengalihkan rasa bosan Anze dengan bercakap
Menikmati siang hari dengan bercakap bersama anak kecil, tentu saja tidak pernah Andrew alami sebelumnya. Sebagai anak sulung dari dua bersaudara, Andrew merasa cukup nyaman bersama anak-anak. "Om Andrew mau ikut Anze jalan-jalan ke mall?" Tanya Anze dengan wajah bersemangat. Anze yang lugu tidak menyadari niat tersembunyi Andrew yang memang "ingin ikut" ke manapun Anze dan Zeya pergi. "Kamu mau jalan-jalan sama Mama Zeya?" Tanya Andrew berpura-pura tidak tahu apa pun. Akting Andrew yang menyakinkan serta kepolosan anak seusia Anze, membuat Anze tentu saja bersikap jujur. Anze yang tengah berdiri di samping Andrew, menceritakan secara jujur mengenai rencana Anze hari ini. Andrew berdiri diam di depan mobil, dengan tubuh bersandar pada bamper mobil, bersedekap, mendengar dengan tekun setiap patah kata yang diucapkan Anze. @)@)@ "Len, aku susulin Anze dulu ya di taman," Ucap Zeya, bangkit ber
Anze menggoyang lengan Mama Zeya karena sang mama hanya diam tak membalas sapaan teman barunya."Ma, Om Andrew boleh ikut kita jalan-jalan ke mall, bukan?" Tanya Anze yang tidak menyadari situasi tegang di sekitarnya.Zeya merutuki sikap polos Anze hingga ramah terhadap pria sejahat Andrew."Hush push," bisik Zeya dengan suara pelan.Telinga Andrew masih bisa menangkap ucapan pelan Zeya. Wanita-nya masih ingat kode rahasia mereka.Pikiran Andrew melayang kembali ke masa lampau.$:@:$Malam itu Andrew kembali pulang larut karena habis menghadiri party di salah satu rumah teman kuliahnya.Saat ini sudah hampir tengah malam, Anna, kekasihnya memilih menginap di rumah teman kuliahnya.Sedangkan Andrew memilih untuk tetap pulang ke apartemennya. Andrew tetap kembali ke apartemennya karena tidak ingin membiarkan teman baiknya menunggu lama di flat apartemennya.Andrew menempelkan kartu di pintu l
*Sial, kenapa lagi si Andrew malah nonggol di depan rumahku. Jangan-jangan dia mau mengambil Anze dariku*Mata Zeya menatap gerak gerik Andrew dengan tatapan intens. Membuat Zeya menyadari bahwa kini gelagat Andrew semakin aneh."Ma, Om Andrew kenapa lagi ya. Kok pipinya memerah seperti buah tomat," bisik Anze berjinjit supaya Zeya bisa mendengar suara pelannya.Zeya sendiri juga kaget sendiri ketika melihat tingkah laku absurd Andrew kini yang dulunya tidak pernah seperti ini.Suasana di depan kediaman Zeya semakin terasa panas terik karena matahari sudah tepat berada di atas kepala mereka bertiga. Anze yang berdiri di dekat Andrew memilih beringsut mundur ketika matanya melihat isyarat kode berupa lambaian tangan Zeya yang menyuruh Anze menjauh.Patuh. Anze tentu saja mematuhi titah mamanya.Selangkah demi selangkah Anze memundurkan tubuhnya agar tidak disadari sosok pria yang kini diam terpaku berdiri dengan kepala menun
Ternyata menjadi manager pemasaran di perusahan sebesar Maxima bisa membuat cara berpakaian Zeya ikut berubah.Selama hampir sepuluh tahun bekerja di dua perusahaan, baru kali ini seorang Zefanya mendapat kritikan pedas dari atasan perihal seragam kerja.Alin mendatangi kubikel meja kerja Zeya untuk mengajak "gebetan" pergi menemui klien baru."Ze, ikut aku keluar. Kita akan menemui tiga calon distributor baru," ujar Alin dengan mengetuk dinding kubikel meja yang Zeya tempati.Sontak saja beberapa pasang mata yang berada di lantai yang sama dengan Zeya, melirik dan mencuri dengar percakapan antara atasan mereka dengan Zeya.Zefanya mengangguk menanggapi ucapan Arleen. Dirinya pun sudah mempersiapkan berkas sebagai bahan untuk presentasi di hadapan calon pembeli. Beberapa barang pribadinya seperti ponsel, dompet, dan notes, dia masukkan secara sembarang ke dalam tas kerjanya.Lalu Zeya mengambil blazer tua kesayangannya dari belak
Berulangkali Zeya menarik turun rok putih (yang dipinjamkan Alin padanya) tengah terbalut ditubuhnya.Risih dan maluUsia Alin yang masih dua puluh dua tahun tentu masih pantas bila memakai rok seperti ini. Berbeda dengan Zeya yang merasa risih karena berpikir sudah terlalu tua untuk berpakaian semodis ini.Beberapa pasang mata pria pun melirik ke arah Zeya sejak Zeya turun dari mobil Alin.Alin menyadari bahwa pakaian miliknya cukup menganggu Hingga membuat Zeya bersikap malu menjadi pusat perhatian kaum Adam.Tentu saja wanita muda yang berjalan beriringan bersama-sama Zeya menyadari rasa canggung serta sikap menganggu para pria. Alin hanya berpura abai saja."Alin, please lain kali jangan pinta aku memakai baju seperti ini. Malu tahu," Zeya menggerutu dengan berbisik pelan di dekat telinga Alin.Suasana di salah satu pusat perbelanjaan siang ini tak tampak ramai seperti saat akhir pekan. Apalagi ini masih masuk ja