Share

Bab 3 Klaim

"Maaf Anna. Kakak sudah ada janji dengan Anze besok siang. Kami sudah berencana pergi ke kebun binatang," Dusta Zeya menyebut tempat rekreasi yang tidak disukai oleh Anna.

Saat Anna menghubungi Zeya sore ini, suasana hati Zeya belum pulih akibat melihat kedekatan Anna dan Andrew saat tadi pagi.

"Oh. Sayang sekali, padahal hari ini aku memiliki waktu luang," Nada suara Anna terdengar sedih.

Zeya menatap wajahnya melalui pantulan cermin di kamar hotel. Dari pantulan cermin, Zeya bisa melihat tubuh Anze yang tengah terbaring di atas ranjang. Anze terlihat tidur nyenyak setelah siang tadi puas bermain di pusat permainan anak di salah satu mall.

Zeya menatap wajahnya yang masih tampak cantik walaupun tanpa riasan kosmetik. Namun sinar matanya tidak terlihat bersinar saat ini.

"Mungkin besok kita bisa bertemu di salah satu restoran," Ucap Zeya sambil mengepalkan tangan.

"Aku tidak bisa Kak. Ada janji sama Andrew."

#See, bahkan Anna lebih memilih orang yang tidak memiliki ikatan darah dengannya dibandingkan aku# Zeya berbicara dalam pikirannya kepada bayangannya di depan cermin.

Perasaan itu kembali hinggap, perasaan itu kembali muncul. Perasaan rendah diri. Perasaan diabaikan. Perasaan tertolak karena tidak diinginkan. 

"Well, kalau begitu kita sepertinya tidak bisa bertemu saat Kak Zeya berada di Dallas," Kekeh Zeya menutupi perasaan dia saat ini.

Anna menghela napas lelah mendengar ucapan Zefanya. Bahkan Anna tidak berani untuk sekadar bertanya mengenai keberadaan kakak tiri dan keponakannya tadi pagi. 

"Andrew menanyakan keberadaan Kak Zeya tadi pagi padaku di area krematorium. Kakak tenang saja karena aku menutup rapat mulutku setiap kali dia bertanya mengenai keberadaan Kakak. Dia sepertinya ingin menemui Kak Zeya. Mungkin dia ingin meminta maaf atas masa lalu."

Zeya tidak pernah sekalipun mengharapkan kata maaf dari Andrew. Zeya tahu bahwa Andrew mencarinya untuk maksud tertentu. 

#Apakah Andrew mulai curiga dengan keberadaan Anze atau dia hanya ingin melihat bagaimana kehidupan orang yang dibencinya yaitu aku# 

"Untuk apa dia meminta maaf pada Kakak. Dia tidak melakukan kesalahan apa pun. Kak Zeya bahkan sudah melupakan Andrew jika kamu tidak mengungkit nama Andrew. Kakak sudah bahagia dengan hidup Kakak saat ini," Dusta Zeya lagi.

Jika menyangkut Andrew, Zeya terlihat pandai bersilat lidah.

Di apartemen, Anna tentu saja tidak percaya ucapan Zefanya sama sekali. Terlihat jelas bahwa Kak Zeya menghindari Andrew. Bagaimana mungkin Kak Zeya bisa tinggal di dekat kediaman keluarga Park tanpa pernah bersinggungan dengan para anggota keluarga Park. Andrew Park.

"Aku pun tidak tahu alasan Kakak menghindari Andrew jika bukan karena penolakan Andrew atas perasaan Kak Zeya di zaman kuliah dulu. Bahkan Kak Zeya dulu sangat akrab berteman dengan Andrew."

Persetan dengan keakraban palsu dari Andrew. Zeya menolak untuk membela diri. Biarkan saja Anna menganggapnya sebagai manusia dengki karena masih sakit hati untuk hal sepele seperti ditolak cinta oleh lawan jenis di zaman kuliah.

"Kami tidak pernah berteman. Teman tidak akan melakukan hal yang Andrew lakukan. Kak Zeya harus memesan makan malam untuk Anze. Kakak sudahi dulu percakapan kita. Bye Anna." 

Zeya menutup sambungan telepon secara sepihak. Zeya sudah muak dengan isi pembicaraannya dan sang adik tiri mengenai Andrew. 

Percakapan unfaedah menurut Zeya. Membuat hari ini terlihat semakin buruk saja. 

&√&√&

Hari kedua di kota Dallas...

Zeya mengajak Anze bermain sampai puas di area kebun binatang publik. 

Sejak jam buka kebun binatang, Zeya dan Anze sudah berada di depan pagar loket pembelian karcis. 

Melihat antusias Anze, Zeya pun menjadi antusias juga untuk menikmati liburan terakhirnya hari ini. Besok siang mereka akan kembali terbang ke kota Jakarta. 

"Kamu suka Nak dengan tempat ini?" Tanya Zeya menarik topinya semakin turun hingga hampir menutupi sebagian wajahnya.

Anze yang sejak awal merasa riang diajak berjalan-jalan menikmati pemandangan hewan, tentu saja mengangguk-angguk.

"Suka Ma. Koleksi di sini lebih lengkap dibanding Rangunan maupun taman safari," Cerocos anak lelaki usia sembilan tahun ini.

"Mama setuju sama kamu. Kita nikmati liburan terakhir kita hari ini. Besok kita harus kembali pulang."

Anze melompat riang saat mendengar ucapan Mama Zeya. Kata "pulang" membuat Anze senang bukan kepalang.

"Kita belikan cinderamata untuk teman sekolahmu dan Kiki."

Zeya tiba-tiba teringat mantan teman sekolahnya yang sering membantunya selama sepuluh tahun terakhir.

"Sayang banget Om Kiki tidak bisa ikut kita," Keluh Anze yang teringat Kiki.

"Om Kiki harus menjaga Tante Lenna yang sedang mengandung, Nak." 

Kiki tentu saja akan menolak ajakan Zeya apabila Zeya mengajaknya. Dia dan istrinya sudah menunggu selama tujuh tahun untuk memiliki momongan. Mana mungkin suami sebucin (budak cinta) seperti Kiki rela berpisah seminggu dengan Lenna. 

"Oh iya. Anze lupa kalau tante Lenna lagi bawa dedek," Kikik Anze.

Zeya meraih tangan anak lelakinya lalu melanjutkan petualangan mereka di area kebun binatang.

&√&√&

Andrew mengajak Anna untuk jalan keluar. Bahkan Andrew rela mengeluarkan uangnya secara royal untuk memberikan Anna hadiah. 

Tujuan Andrew melakukan ini semua adalah untuk mendapat informasi keberadaan Zefanya saat berada di Dallas. 

Andrew tidak menemukan sosok Zeya di apartemen keluarga Anna. Lalu di mana Zefanya tinggal selama di Dallas?

&√&√&

Siang ini Andrew menjemput Anna di apartemen keluarga wanita itu untuk menepati janjinya.

Andrew membawa Anna ke salah pusat perbelanjaan Dallas. Andrew mengajak Anna untuk makan siang bersama di salah satu restoran.

Mereka berdua duduk di salah satu meja dengan posisi saling berhadapan. Sembari menunggu pramusaji mengantar pesanan makanan, Andrew memulai percakapan dengan Anna. 

"Kamu sudah mendapat kabar terbaru dari Zeya?" Andrew mengusap tengkuknya.

Anna sudah merias diri sebelum keluar dari apartemen. Sudah menyemprotkan pewangi parfum ke tubuhnya dan dia juga memilih dengan cermat dress yang dia kenakan saat ini. Tapi sepertinya Andrew, pria yang duduk di seberang, tidak memandangi Anna dengan tatapan pemujaan seperti masa lalu yaitu saat mereka berkencan. 

Tentu saja Anna merasa heran dengan alasan Andrew mengajaknya bertemu siang ini di luar apartemen. Namun kalimat pertanyaan pertama yang Andrew tanyakan membuat Anna paham dengan tujuan terselubung dari pertemuan hari ini.

"Kak Zeya sudah kembali ke Jakarta," Dusta Anna.

"Apa?" Tanya Andrew dengan mata melotot.

Tidak menduga reaksi Andrew akan seperti saat ini, Anna menahan diri untuk tidak melepaskan tawa.

"Jika kamu lupa maka aku bersedia membantu kamu untuk kembali mengingat. Kak Zeya memang tinggal di Jakarta. Dia hanya datang ke Dallas untuk menghadiri upacara kremasi Daddy."

"Tapi kemarin Zeya tidak hadir di acara kremasi," Ucap Andrew dengan wajah ketus.

Well...Anna pun tidak bisa membalas pernyataan Andrew karena Anna juga tidak bertemu dengan Kak Zeya kemarin.

"Sudah. Kita bahas yang lain saja. Mana oleh-oleh darimu. Kamu itu seorang CEO yang sedang mengunjungi teman lama. Masa menemui teman lama dengan tangan kosong," Ejek Anna bermaksud untuk mengalihkan pembicaraan dengan ucapan canda.

Andrew mengeluarkan kotak dari dalam saku celananya. Menaruh kotak perhiasan itu di atas meja. Mendorong kotak itu pada Anna.

Tanpa membuka untuk mengintip isi hadiah yang Andrew berikan untuknya, Anna membawa kotak itu masuk ke dalam clutch. 

Anna hanya perlu melihat logo G&G di depan kotak tanpa perlu memastikan isinya. 

Pramusaji datang menghampiri meja makan mereka sembari membawa nampan berisi makan siang untuk Andrew dan Anna. 

Pramusaji itu menata makanan di atas meja dengan tangan cekatan.

Selepas pramusaji itu berlalu pergi, Andrew mengutarakan kembali isi pikirannya.

"So, di mana tempat tinggal Zeya. Jakarta itu luas, Anna," Ucap Andrew dengan raut wajah frustrasi.

Lagi-lagi dia gagal mencari keberadaan Zeya-nya.

"Aku tidak tahu. Mungkin bila kamu lebih memperhatikan sekitarmu, kamu akan menemukan jawaban. Try it Andrew," Anna seolah memberikan teka-teki untuk Andrew temukan.

"Jika aku sampai menemukan Zeya, aku tidak akan membiarkan Zeya lepas lagi dari pandanganku."

Anna bergidik ngeri saat mendengar ucapan Andrew yang bahkan terdengar seperti sumpah.

"Dia bukan milikmu," Sahut Anna.

"Yeah, she is," Andrew mengangguk yakin.

&/&/&

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status