Share

Bab 4 Realistis

Bab 4 realistis

Penerbangan pulang dari Dallas, Texas, US menuju ibukota negara Indonesia, Jakarta, mengalami delay. 

Zeya yang sudah berada di dalam kursi penumpang pesawat kelas ekonomi, hanya bisa mengerucutkan bibirnya sembari menggerutu sebal karena pesawat mengalami keterlambatan penerbangan di saat Zeya sudah berharap akan tiba di rumah sebelum tengah malam menurut waktu Indonesia bagian barat.

Dipandanginya wajah putra kesayangannya yang tengah tertidur lelap di kursi sebelah Zeya. 

Terdengar suara dari lorong di sisi kiri Zeya.

"Miss... We're so sorry about this delay. This meal for you and your son," Ucap pramugari menyodorkan dua kotak makan siang untuk mereka. 

Zeya mengangkat wajahnya dan memberikan sedikit cengiran di sudut bibirnya menganggapi ucapan pramugari. Enggan mengobrol basa-basi dengan pramugari yang berdiri di samping kursi Zeya.

Zeya mengulurkan jemari tangan kanannya untuk meraih sekaligus dua kotak makan yang dijulurkan oleh sang pramugari. 

"Trims," Ucap Zeya singkat.

Pramugari itu membalas dengan senyum ramah. Lalu melanjutkan langkahnya untuk menghampiri kursi para penumpang untuk memberikan kompensasi makan siang gratis.

&+&+&

Di tengah rasa kesalnya, Andrew mengomeli seorang wanita yang tengah meminta maaf sembari memberikan kotak makan siang untuk Andrew. 

Walaupun menu makan siang yang diberikan wanita ini tergolong makanan mewah untuk pesawat jenis komersil seperti yang saat ini dia tumpangi, Andrew tetap tidak puas dengan pelayanan maskapai ini. 

"Kamu membuang waktu saya hanya untuk menunggu di sini," Bentak Andrew dengan bahasa Inggris fasih.

Wajah pramugari itu terlihat agak memucat setelah mendapat bentakan kasar dari Andrew. 

Bukannya merasa iba dan menurunkan tensi darahnya, Andrew malah kembali mengomeli kinerja para staf pesawat.

Sayangnya Merry, si pramugari, yang tertimpa sial saat ini. Dia yang bertugas melayani para penumpang kelas bisnis. Bukannya berhasil menggaet salah satu penumpang, dia malah mendapat curahan amarah dari Andrew.

"Maaf Pak. Kami sudah berusaha mempercepat pemeriksaan mesin pesawat. Hanya ini yang bisa kami berikan sebagai kompensasi atas keterlambatan kami," Merry membungkukkan badan sembilan puluh derajat di samping kursi Andrew.

Sebagai pria normal, Andrew tahu maksud terselubung dari wanita pramugari yang berdiri di dekatnya saat ini. 

Sengaja membungkuk hormat seperti orang Jepang, hanya untuk memperlihatkan belahan payudaranya. 

Andrew membenci wanita sejenis ini. Anna. Wanita ini nampak seperti Anna saat masih muda.

Merry mengembalikan posisi tubuhnya kembali berdiri di dekat kursi penumpang lalu mengedipkan sebelah matanya kepada Andrew, membuat Andrew bergidik jijik melihat tingkah laku pramugari yang seperti pelacur.

"Please, i don't need it. Miss..." Mata Andrew melirik name tag nama di dekat payudara sang pramugari.

P"I'm Merry, Sir. This is my phone number," Merry mengeluarkan secarik kertas dari saku rok, lalu menyelipkan kertas tersebut ke saku kemeja Andrew. 

Dengan melenggak lenggok pinggul, Merry melangkah pergi dari kabin penumpang kelas bisnis. 

Di balik punggung Merry, Andrew menyorotkan tatapan setajam laser ke punggung Merry.

Dengan gerakan kasar, Andrew menarik keluar kertas yang diselipkan Merry tadi. Tanpa memandang isi kertas, Andrew melempar isi kertas ke bawah kursi pesawat.

#Argh....seharusnya aku tadi menumpang pesawat milik papa# Andrew merutuki kebodohannya yang menumpang pesawat yang diperuntukkan untuk umum.

Pria paruh baya yang duduk di seberang Andrew, terkekeh geli melihat kekesalan Andrew. 

"Pesona Pak Andrew memang tiada duanya," Ucap pria baya yang menjadi asisten Andrew selama delapan tahun terakhir. 

"Ssst. Diam," Tegur Andrew memijit keningnya.

Clement menutup mulutnya untuk menahan tawa agar tawanya tidak sampai terdengar oleh telinga tajam Andrew.

&+&+&

Anze menguap sembari jemari tangan mungilnya mengucek matanya.

Melihat putranya sudah terbangun dari tidur, Zeya menahan jemari tangan Anze yang tengah mengucek matanya. 

"Jangan lakukan ini Anze. Bola matamu bisa bergeser akibat perbuatanmu ini," tegur Zeya. 

Menarik tangan Anze menjauh dari mata.

"Lihat cara Mama."

Zeya mengusap lembut kelopak kiri Anze, lalu mengusap juga yang sebelah kanan. Melihat Anze mendesah puas, membuat Zeya merasa apa yang dia perbuat sudah cukup.

"Mama keren." Anze mengacungkan kedua jempolnya.

Zeya hanya tersenyum kecil lalu menyodorkan kotak makanan yang memang merupakan jatah Anze. 

"Makan dulu. Perjalanan kita masih panjang."

Anze mengangguk paham.

&+&+&

"Mama, Anze mau pipis," Bisik Anze mencondongkan tubuhnya ke arah Zeya.

Pramugari yang kebetulan lewat di lorong kursi, mendengar ucapan Anze. Sehingga membuat pramugari itu, membantu Anze.

"Ikut Kakak yuk. Kakak antar ke kamar mandi."

Zeya menoleh ke asal suara. Melihat seorang wanita yang tadi memberikannya kompensasi makanan. Zeya mengangguk sopan pada pramugari yang berdiri di dekatnya.

"Ikut Kakak ya Anze. Mama tunggu di sini." 

Anze menatap wajah wanita yang menawarkan diri mengantarnya itu. Lalu setelah memastikan wanita itu terlihat baik, Anze mengangguk lalu bangkit berdiri dari kursi.

Zeya memundurkan kakinya hingga Anze bisa melewati tempat duduk Zeya. 

Anze mengulurkan jemari tangannya, dan wanita yang bekerja di pesawat ini, meraih jemari Anze dan menghela Anze menuju kamar mandi.

Saat mereka melewati pintu kamar mandi yang berada di depan, mata pramugari itu melihat pintu kamar mandi yang  tertutup rapat. Yang menandakan ada penghuni di dalam kamar mandi tersebut.

Pramugari itu akhirnya membawa Anze ke kamar mandi yang berada di kabin depan. Kamar mandi yang diperuntukan untuk penumpang kelas bisnis. 

"Kamu masuk ke dalam sini ya. Kakak tunggu di luar," Ucap pramugari itu memberi penjelasan.

Andrew menatap anak lelaki yang melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Melihat sekilas wajah anak lelaki tersebut membuat Andrew merasa familiar dengan wajah anak lelaki kecil itu.

Clement yang duduk di seberang Andrew pun ikut mengarahkan tatapan ke arah depan. Di mana arah Andrew sedang perhatikan.

"Pak Andrew ternyata tidak suka dengan wanita berdada besar. Lebih suka tipe wanita pramugari itu," Telunjuk Clement menunjuk pramugari yang sedang berdiri di depan pintu kamar mandi.

Pernyataan asisten pribadinya, membuat konsentrasi Andrew terpecah untuk mengingat wajah familiar anak kecil itu.

"Hm... jangan sok tahu," Deham Andrew menetralisir arah pandangnya. 

"Hehehe...Pak Andrew suka sama wanita itu," Tanya Clement lagi.

Clement tahu kalau pria muda yang menjadi atasannya ini tidak begitu menyukai perempuan. Selama Clement menjadi asisten, Clement belum pernah melihat Andrew pergi berkencan. Makanya Clement sempat heran saat melihat tatapan Andrew terpaku pada wanita yang berprofesi sebagai pramugari itu.

"Bukan begitu. Saya hanya heran dengan wajah anak lelaki itu."

Clement mengerutkan dahi mendapat jawaban aneh yang Andrew lontarkan. 

#Sejak kapan bos kecil menyukai anak kecil sampai merasa heran# Pikiran Clement saat ini tengah berkelana.

"Itu dia..." Pekik Andrew girang menunjuk ke arah Anze.

Anze yang melihat tingkah aneh Andrew yang menunjuk ke arahnya, membuang wajahnya ke samping lalu berlari pergi.

Pramugari yang sedari tadi menemani Anze, hanya bisa mengangguk sopan pada dua pria penumpang lalu berjalan menyusul Anze ke kabin kelas ekonomi.

Dengan napas terengah, Anze berhasil tiba di tempat duduknya. Zeya yang tengah tertidur lelap, tidak menyadari kehadiran Anze hingga Anze berjinjit pelan untuk kembali ke kursi tempat duduknya.

Pramugari yang menyusul di belakang Anze, tersenyum lega saat Anze sudah duduk kembali di kursi. Anze mengangguk sopan ke arah pramugari yang dibalas senyum ramah si pramugari. Lalu pramugari itu berlalu pergi untuk kembali melakukan pekerjaannya.

&+&+&

Sepanjang perjalanan 30 jam di dalam pesawat, baik Andrew maupun Zefanya, tidak saling mengetahui bahwa mereka berada di dalam pesawat yang sama. Mereka mungkin mengeluh karena waktu tempuh mereka yang lebih lama dari yang seharusnya. 

Namun jika mau bersikap realistis, mungkin mereka  memang belum seharusnya bertemu kembali.

&/&/&

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status