Dua Hati Satu Cinta

Dua Hati Satu Cinta

last updateLast Updated : 2021-11-22
By:  Tyna Anggun Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
9Chapters
2.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Vania adalah gadis cantik yang harus menjalani kisah hidup tragis. Dirinya harus terjebak oleh keegoisan dua pria bersaudara yang sama-sama memiliki rasa cinta kepadanya. Dari setiap masalah yang di hadapi, Vania harus jatuh bangun untuk menjalaninya. Dirinya tak pernah menyangka, setelah kebahagiaan menghampiri, dirinya harus di hadapkan kembali dengan seorang yang pernah hadir dalam masa lalunya. Mampukah Vania lepas dari jerat orang yang ingin masuk kembali kedalam kehidupannya?

View More

Chapter 1

Dua Hati Satu Cinta

             Bab 01. Penghianatan 

         

      "Hai sayang, kamu ada dimana. Lama banget sih!" sahutku kesal. Aku Vania gadis cantik dari desa Sebong Lagoi. Aku memiliki paras wajah yang lumayan cantik dan berlesung pipi. Kekesalan yang kurasakan saat ini ya menunggu. Satu jam ditunggu tidak juga muncul. Gilang, ya pacarku itu kalau sudah buat janji susah sekali untuk menepati. Kalau gak telat, ya lupa. Terkadang membuatku jengah. Aku mencintainya karena kepribadiannya yang sopan dan gak neko-neko sih jadi cowok. 

      Setelah menjalani hubungan yang serius Gilang mencoba untuk melamarku. Tentunya aku sangat bahagia dibuatnya. Pernah satu hari aku dibawa kerumah orang tuanya. Tepatnya di desa sebelah dimana aku tinggal sekarang. Dari situ aku tahu, ternyata Gilang memiliki satu saudara laki-laki yang bernama Raja. Usia mereka bertaut dua tahun. Yang kulihat dari Mas Raja ini orangnya kalem dan tak kalah tampan dengan sang adik.

     Awal perkenalan ku dengan Mas Raja melalui  tatapan matanya yang begitu tajam dan menusuk hati. Biarpun begitu sikapnya selalu ramah. Terkadang sekilas kulihat, Mas Raja mencoba mencuri-curi pandang. Sebenarnya risih juga sih di perhatikan seperti itu. Tapi lama kelamaan aku terbiasa dengan semua sikapnya itu. 

     Hingga hubungan kami sudah menginjak satu tahun dan Gilang mencoba melamarku. Pastinya dengan senang hati kuterima niat baiknya itu. Tapi, ntah mengapa kulihat perubahan wajah tidak suka dari Mas Raja. Yang biasanya suka memberikan senyuman untuk ku, tetapi setelah mengetahui niat adiknya itu berubah menjadi pendiam. 

       Malam itu Gilang hadir bersama keluarganya datang kerumah untuk melamarku dan mengikatkan sebuah cincin di jari manisku. Setelah disepakati, akhirnya ditentukanlah hari pernikahan aku dan Gilang. Yang terhitung satu bulan dari sekarang. 

      Setelah kepulangan keluarga Gilang, akupun merebahkan tubuh diatas ranjang. Dengan senyum bahagia ku kecup cincin yang melingkar di jari manis ku ini. Baru berapa menit rasanya hatiku sudah merasakan rindu dengan calon suamiku, Gilang.  Ku raih gawai dan menghubungi nomor whatsappnya. Aku pun terkejut dari seberang sana terhubung dengan panggilan lain. Aku hanya bisa menarik nafas berat. "Lagi telpon siapa sih yang?" lirihku dengan wajah cemberut. Karena menunggu lama akhirnya akupun tertidur pulas. 

      Keesokan harinya seperti biasa di hari libur aku membantu Ibu memasak. Saat sedang asyiknya bercengkerama dengan Ibu tiba-tiba gawaiku yang berada di kamar berdering. Saat ku angkat ternyata Mas Raja yang berbicara. 

     "Lho, Gilangnya mana Mas?" tanyaku heran. Panggilan yang tertera itu dari aplikasi hijau menandakan bahwa dari Gilang, tetapi saudaranya yang berbicara. 

     "Oh tidak apa-apa kok Mas,  memang Gilang kemana kok gawainya ditinggal?"

     "Oh, ya sudahlah tidak apa-apa. Oke, bye!" sahutku dan mengakhiri panggilan. 

     Seketika aku termenung sejenak. Kemana sebenarnya Gilang dan kenapa gawainya ditinggal. Dan tak berapa lama kemudian aku bergegas melangkah keluar kamar. Tak ingin berlama-lama memikirkan hal yang tidak-tidak. 

      "Ada apa nak, kok terlihat seperti orang kebingungan begitu?  tanya Ibuku heran. 

    "Gak ada apa-apa kok Bu," jawabku singkat. 

    "Kamu tak salah memilihkan Van untuk calon imammu kelak, bukan Ibu tak yakin dengan nak Gilang. Tapi ...." tiba-tiba ucapan Ibu terputus. 

    "Jangan risau Bu, doakan saja Vania kelak hidup bahagia bersama Gilang." ucapku kemudian merangkul pinggang Ibu dan mencium pipinya dengan lembut. Ibu pun membalas pelukanku dengan erat. 

      Beberapa hari terakhir menjelang hari pernikahanku, entah mengapa hati ku merasa gelisah dan was-was. Seperti ada sesuatu yang kutakutkan. Rasa takut kehilangan dan ntahlah aku tak bisa mengungkapkannya. Semoga ini cuma perasaan ku saja. 

     Tiba-tiba ada panggilan masuk dari gawaiku. Tapi nomor yang tak dikenal. Aku bingung nomor siapakah gerangan. Karena terus berdering dengan berat hati ku angkat panggilan tersebut. Ternyata Mas Raja yang ada di seberang sana. Cukup lama mengobrol, akhirnya panggilan di matikan. Sempat tersirat di pikiran, kenapa akhir-akhir ini Mas Raja sering menghubungi ku. Tapi aku tak mau berfikiran negatif, mungkin ini hanya perhatiannya saja sebagai calon ipar. 

     Karena pantangan buat calon pengantin untuk bertemu, jadi dengan mendengar suara dari saluran seluler sudah membuat ku bahagia. Dua minggu menjelang hari pernikahan aku merasa ada sesuatu yang di sembunyikan oleh calon suami ku, Gilang. Setiap ku hubungi selalu ada panggilan lain. Hingga membuat ku jengkel. 

     Siang itu aku menerima pesan masuk dari salah satu aplikasi hijau di gawaiku. Setelah ku baca kalau Gilang ingin bertemu disuatu tempat. Tanpa rasa curiga ku iyakan saja permintaannya itu. 

    "Ternyata kamu juga rindu ya sayang, tapikan pamali untuk calon pengantin jika bertemu," batinku. Karena bimbang aku terdiam sejenak. "Kenapa ya, aku ragu untuk melangkah ke sana," ucapku dalam hati. 

     Setelah berpamitan dengan Ibu dengan alasan kerumah teman. Aku pun menghampiri taksi yang sudah terparkir di depan pintu gerbang rumah. Saat itu Gilang menginginkan ku untuk menemuinya di suatu tempat di tepi danau dimana dahulu kami sering bertemu. 

     Beberapa menit kemudian sampailah di tempat tujuan. Ku cari keberadaan Gilang tak juga kutemukan. Dengan sabar kunantikan kehadirannya. Beberapa menit kemudian berhentilah sebuah mobil di sisi jalan. Dengan tak sabar kuhampiri mobil tersebut. Dengan semangatnya ku panggil sayang dan saat pintu mobil terbuka betapa terkejutnya diriku saat yang kutemui bukan Gilang, tapi Mas Raja. Dengan raut wajah yang memerah karena menahan rasa malu aku pun melangkah menjauh menuju bangku di tepi danau. Tak berapa lama kemudian Mas Raja menghampiri dan duduk di sebelahku. 

     "Maaf Van, Gilang meminta Mas menemuimu disini." ucapnya lirih dan tatapannya terus menatap ku tajam. 

     "Memang Gilang kemana Mas!" tanyaku ketus dengan raut wajah cemberut. 

     "Van, sebenarnya ada yang ingin Mas sampaikan padamu. Tapi," ucapnya pelan dan tiba-tiba terhenti. 

     "Ada apa Mas!" tanyaku penasaran. 

Di tatapnya lekat-lekat wajahku dan terlihat raut kecemasan diwajah Mas Raja. 

     "Lebih baik kamu batalkan pernikahan ini Van, karena Gilang tak menyintaimu. Dia sudah menyintai orang lain."

     Mendengar penuturannya tersebut seketika emosiku memuncak. Dengan suara berat ku jawab perkataannya dengan lantang. 

     "Jaga mulut mu ya Mas, atas dasar apa kamu memfitnah Gilang seperti itu. Jahat banget ya, adik sendiri di jelekin seperti itu." Seketika aku beranjak dari tempat duduk dan berniat meninggalkannya sendiri,          "Sudahlah percuma berlama-lama di sini buat sakit hati saja," ketusku. Saat hendak melangkah dengan cepat tangangku dicekal oleh Mas Raja. 

     "Tunggu Van, Mas belum selesai bicara. Dengarkan dulu!" 

    "Tolong ya Mas, aku tak punya banyak waktu mendengarkan omong kosong ini. Jadi tolong lepaskan tangan Mas!" ucapku lantang. 

    "Tidak, Mas gak akan merelakan kamu menikah dengannya!" tegasnya dan kemudian dengan paksa digiring tubuhku kearah mobil. Dengan cepat di dorong untuk masuk kedalam mobilnya. Dengan sekuat tenaga aku memberontak, tapi tenaga ku kalah kuat dibanding dengan tenaganya. Hingga di dalam mobil aku terus memberontak. Dengan cepat ditutupinya hidungku dengan kain dan seketika akupun tak ingat apa-apa lagi. 

     Saat tersadar kulihat di sekeliling tempat ku berada. Karena kepala yang kurasakan mendenyut, aku pun hanya bisa duduk terdiam. Mengingat-ingat apa yang terjadi. Dengan perlahan ku melangkah mengampiri sisi jendela. Saat kusibakkan tirai betapa terkejutnya diriku saat apa yang ku lihat arah luar. Aku berada tepat di tengah hutan. Untuk meyakinkan diri ku perjelas penglihatan ku ini. 

     Ternyata aku sudah di kurung oleh Mas Raja. Aku coba berteriak, tapi tak ada satu orang pun menyahut. Akhirnya aku pun hanya bisa menangis. Sungguh aku tak menyangka, kenapa begitu tega Mas Raja memperlakukan ku seperti ini. 

     Tepat hari terlihat sudah gelap gulita, aku terjaga dari tidurku. Saat pintu kamar dibuka, munculah sosok seseorang yang sangat ku benci. 

     "Apa maksud mu mengurungku disini!" tanyaku lantang sambil terus menatapnya tajam. 

     "Lebih baik kamu makan dulu Van, ini Mas belikan makanan kesukaan mu." lirihnya. Kemudian di hidangkan di meja yang berada di dalam kamar. 

     "Aku tak butuh apa-apa darimu, lepaskan aku segera. Pastinya kedua orang tua ku merasa khawatir. Tolong!" ucapku memohon. 

     "Tidak Van, kamu tak akan Mas lepaskan. Mas tak ingin kehilangan mu. Mengertilah sayang," ucapnya lirih dan perlahan meraih tanganku. Dengan cepat ku tepis. Tak ada lagi rasa hormat ku pada lelaki seperti dirinya. 

      "Pergilah Mas," ketusku. 

      "Kamu tahu Van, Gilang sedikit pun tak merasa khawatir dengan hilangnya dirimu. Kalau memang dia mencintaimu, tentu saat ini kamu sudah berada di dekatnya." ucapnya kembali mencoba menyakinkan ku. 

      "Cukup Mas, kau yang sudah membuat hidupku hancur. Kau yang sudah memisahkan aku dengannya. Pergi ...!" teriaku histeris. Kemudian ku raih apa yang ada di dekat ku dan ku lemparkan ke arahnya. Seketika membuat Mas Raja bergegas melangkah keluar dari kamar. Ku dengar pintu di kunci kembali dari luar. Aku pun kembali menangis terisak-isak. Hingga akhirnya rasa kantukku menyerang dan aku kembali terlelap. 

      Keesokan paginya saat mata terbuka, betapa terkejutnya diriku melihat Mas Raja tengah terduduk disebelah ku. Matanya terus menatap kearahku. Seketika aku cepat menjauh darinya. 

      "Mandilah Van, lihat tubuhmu sudah kotor. Baju buatmu sudah banyak di dalam lemari, pakailah." ucapnya dan kemudian bergegas melangkah keluar kamar. 

     Ya memang aku terlihat kumal sekali, sudah dua hari tubuhku tidak tersentuh oleh air. Dengan segera ku melangkah menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar. 

     Setelah selesai aku pun memakai pakaian yang ada di dalam lemari. Terlihat sekali wajah sayuku saat di depan cermin. 

    

****

      Hari berganti hari, dan bulan pun berganti bulan. Sampai saat itu pun tak ada seseorang yang mencari keberadaan ku, termasuk Gilang. Begitu mudahnya dirinya melupakan diriku disini. Hingga pada suatu malam saat mataku terpejam, betapa terkejutnya diriku setelah mengetahui kalau Mas Raja membuka pintu kamar dengan kasar. Dalam keadaan mabuk di hampirinya diriku dengan jalan yang sempoyongan. Belum sempat menghindar, dengan beringas Mas Raja menarik tanganku dan melempar tubuhku ke atas ranjang. Dengan cepat tubuhnya di baringkan diatas tubuhku yang tak berdaya. Dengan sekuat tenaga aku memberontak, dengan terus mencoba mencumbui leher jenjangku Mas Raja semakin menjadi-jadi. Di lumatnya bibirku dengan nafas yang memburu. Tangannya yang terus menggerayangi area sensitif ku. Aku yang mulai terpancing hanya bisa mendesah. Semua aksinya yang terus memancing membuat ku tak sadar. Terus terus dan terus. Dan pada akhirnya aku merasakan sesuatu benda menusuk area keperawananku dan mengoyakkan hingga kurasakan perih. 

     Akhirnya setelah sama-sama merasa puas aku dan Mas Raja terkulai lemas. 

     Keesokan paginya saat ku terbangun, betapa terkejutnya diriku setelah melihat tubuhku yang bugil dan ku lihat Mas Raja yang tengah tertidur pulas di sebelah ku. 

     "Tidak ...." jeritku histeris hingga membuat Mas Raja terbangun. 

      Dilihat tubuhnya yang tak tertutup sehelai kain pun, kemudian di raih dan dipakai pakaiannya kembali. Melihat diriku yang masih terisak, Mas Raja mencoba menghibur ku dan meminta maaf. 

      "Maaf Van, Mas khilaf!" ucapnya tertunduk. 

      "Kamu jahat Mas hiks hiks hiks," isakku. 

     "Mas akan menikahi mu Van!"

     "Tak perlu, tak sudi aku menjadi istrimu. Lebih baik aku mati!" ucapku lantang. 

     "Van, janganlah berkata seperti itu. Mas tulus menyintaimu, jadi tolong--" ucapnya terhenti seketika. 

    "Cukup Mas, sudah cukup lama kau mengurangku disini. Tolong izinkan aku menemui kedua orang tua ku."

     Seketika Mas Raja terdiam, "baiklah besok Mas antar kamu pulang. Tapi ingat, jika dirahimmu tumbuh benih dariku jangan coba-coba menggugurkannya. Camkan itu Van!" 

     Aku hanya diam mendengar ancamannya itu. "Takkan ku biarkan darah dagingmu bersemayam di rahimku Raja, jangan harap." batinku. 

     Keesokan harinya Raja membawa ku keluar dari villa itu. Di bawanya diriku ke rumah kedua orang tua ku. Setiba di sana, dengan terisak-isak Ibu memelukku dengan erat. 

    "Ya Allah nak, benarkah ini kamu Vania?" ucap Ibu tak percaya dengan kehadiran ku di hadapannya.

     "Ayah mana bu?" tanyaku kembali karena tak melihat sosoknya. 

     "Ayah di dalam kamar Van, mendapatkan kamu pergi di saat menjelang hari pernikahan mu, Ayah langsung jatuh sakit. Hingga sampai sekarang ini."

     "Maafkan Vania bu," ku peluk erat tubuhnya. 

    "Kamu sebenarnya kemana sih Van, kamu tahu tidak cerita tentang Gilang. 

     "Memang kenapa dengan Gilang bu?" tanyaku penasaran. 

      Seketika ku lihat reaksi wajah Ibu berubah sedih.

        

   

  

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
9 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status