Kali ini sorot matanya tajam mengarah pada sang papa. Membuat lelaki tua itu blingsatan. Dia tak menyangka kalau Sella pada akhirnya akan tahu.
"Sebaiknya Papa terus terang sama Sella, Pa! Jangan buat Sella tak percaya lagi."
"Enggak ada, Sella. Papa tak terlalu suka pesta 'kan?"
Mendengar ucapan sang papa, Sella hanya tersungging masam. Dia sangat tahu bangaimana Handy Santoso mempermainkan sang ibunya dulu. Semasa masih hidup.
Bahkan di depan mata Sella sendiri. Dia mendapati papanya membawa gadis muda ke hotel. Tak hanya sekali dua kali. Tapi, berkali-kali, yang membuat hatinya sakit.
Hanya saja keadaan sekarang jauh membaik dari sebelumnya. Saat mama Sella masih hidup. Gadis ini begitu membenci Handy Santoso. Dia sangat marah dengan perlakuan kasar dan ketidaksetiaan seorang suami pada istrinya.
Terdengar gadis itu menghela napas panjang dan beranjak pergi meninggalkan ruang tengah. Tanpa menoleh lagi pada lelaki yang dia sebut papa. Yan
Entah kenapa Sella jadi teringat siang itu Dia sangat yakin kalau di antara mereka ada hubungan yang lebih. Terlihat bagaimana cara Romy dalam memperlakukan Amelia. Cara pandang dan sikapnya. Sangat tampak kalau dia mencintai Amelia."Apa Adrian tahu hal ini? Apa mereka--"Seketika Sella terhenyak. Dalam pikirannya saat ini, menyangka kalau Amelia jalan dengan dua lelaki. Buru-buru Sella mencari ponsel yang tadi dia lempar di kasur."Adrian harus tau soal ini!"Sella yang sudah menemukan ponselnya. Segera menelepon Adrian. Dia melihat jam ponsel yang menunjukkan pukul sepuluh malam.Terdengar nada sambung. Namun masih saja belum diangkat Adrian. Raut wajah Sella berubah semakin kesal bercampur geram."Kau ini selalu bikin kesal Adrian. Hanya terima telepon aku saja enggak mau!"Namun bukanlah Sella bila langsung menyerah. Dia masih mencoba menelepon Adrian."Aku enggak akan berhenti sampai kamu terlima telepon aku, Adrian."
Apartemen Romy ....Terlihat Salsa yang gelisah menunggu kepulangan Romy. Pikirannya semakin tidak tenang. Ponsel Romy tiba-tiba tidak aktif. Tak seperti biasanya."Kamu ke mana, Mas?" bisik Salsa kebingungan.Dia semakin cemas dan resah."A-pa dia bersama Amelia? A-pa--"Salsa tak sanggup menyelesaikan kalimatnya yang terputus. Berulang kali dia menggeleng. Seakan ingin mengingkari apa yang dia pikirkan saat ini."Jangan! Enggak mungkin. Ini pasti enggak mungkin terjadi. Aku enggak yakin kalau Mas Romy saat ini bersama Amelia."Dia terus berjalan mondar mandir mengelilingi seluruh ruangan. Suara hentakan kaki Salsa sampai terdengar."Huuuuhhh! Mas Romy kamu di mana? Masa aku tanyakan Tante sih? Yang ada Mas Romy akan marah dan menjauhi aku lagi."Saat dalam keresahan hati yang tak menentu. Terdengar bunyi bel berbunyi. Membuat hati Salsa berdetak tak karuan. Langkahnya terburu-buru menuju pintu
Pesan WA itu membuat dada Salsa bergemuruh. Jantungnya berdebar-debar. Dengan dagu yang berkerut-kerut menahan gejolak di dada."Kamuuu ...."Suara Salsa tertahan. Dia mengulang lagi membaca pesan itu. Menatap cukup lama layar ponsel Romy."Ada apa di hari jumat?"Salsa semakin gelisah. Dia tak menyangka kalau antara Amelia dan Romy masih berlanjut. Bukannya dulu dia pernah mendapatkan pesan dari Salsa?Dadanya semakin bergemuruh oleh api cemburu. Kali ini Salsa benar-benar kesal dan gedrma pada Amelia. Hanya dua kali tekan di layar. Pesan itu sudah terhapus dari ponsel Romy."Maafkan aku, Mas. Aku tak ingin kau ada hubungan lagi dengan wanita itu. Apa pun alasannya."Kembali dia menuju kamar Romy. Dia sudah berdiri di depan pintu dengan tersenyum lembut."Apa Mas Romy ingin sesuatu?"Dia hanya menggeleng. Lalu membereskan piring dan gelas kotor dari kamar Romy."Salsa!"Panggilan itu membuat langkah Raisa
Sengaja Salsa menjerit lirih. Seakan memberi kesan kalau mereka saat ini sedang melampiaskan hasrat yang terpendam."Tanteee! Taaan ...?"Hening dan sunyi. Saat Salsa melihat ponsel Romy. Ternyata masih belum dimatikan."Tante cari Mas Romy?"Seketika terdengar telepon yang ditutup.Tut tut tut!"Aku akan kirimkan vidio ini buat dia."Hanya sekali tekan, vidio sudah terkirim. Dan langsung centang biru.""Hemmm, sudah dibaca ternyata. Rasakan Tante sakitnya rasa cemburu itu. Dan itu aku rasakan sejak lama."Senyum dingin mengembang di wajah Salsa."Maaf bila akhirnya aku menjadi sejahat ini!"_Rumah Amelia_Dadanya berdebar kencang. Saat menyaksikan video itu. Dia tahu benar bahwa laki-laki yang berada di sebelah Salsa memang benar Romy."Apalagi yang perlu dibuktikan? Semua ini sudah sangat jelas, Romy. Sangat jelas sekali!"Tak terasa bulir bening itu akhirnya membasah
Hancur? Iya. Untuk yang kedua kalinya Amelia rasakan. Luruh sudah segala rasa dan asa yang tersemat dalam palung hati terdalam.Dia hanya bisa duduk termangu. Tak ingin menyesali nasib dan takdir untuknya. Namun dirinya bukanlah seseorang yang sempurna. Yang mampu menahan segala kesedihan dengan ketegaran hati.Amelia pun hanya seorang wanita yang bisa lemah. Kala hatinya terluka. Dia pun bisa sakit dan menangis.Sejak ini dia ingin melupakan semua tentang Romy. Tak ingin sedikit pun untuk mengingat. Apalagi sampai mengulang rasa cinta yang selalu menyakitkan untuknya.{Aku hanya wanita biasa yang bisa terluka dan sakit, Rom. Tolong jangan pernah temui aku lagi. Apa pun yang pernah terjadi antara kita. Sebuah kesalahan besar. Kita manusia yang dewasa dan bisa saling mengerti. Jangan pernah berusaha untuk mencari diriku. Karena aku akan terus bersembunyi dari kamu. Cukup luka ini kau torehkan untukku dan juga Dita. Mungkin untukku aku akan cepat pulih,
Sejenak Romy merasakan tanah yang dia pijak berputar. Tubuhnya seketika oleng. Dia sampai terduduk di dalam mobil cukup lama."Di mana kamu, Mel? Di manaaaa?"Hampir satu jam lamanya Romy berdiam di dalam mobil. Pandangan mata terus mengarah pada rumah Amelia yang kosong."Aku tak bisa terima ini Amelia! Kau sangat kejam membuat aku seperti ini! Teganya kamu!"Berulang kali Romy terus memukul setir mobil. Dia kembali mencoba menelepon Amelia.Tut tut tut!"Aaaaarhhh! Kamu kenapa sih, Mel? Kenapaaaaa?" teriak Romy yang putus asa.Dia sudah tak tau lagi harus berbuat apa dengan semua ini. Hatinya benar-benar hancur. Tak pernah dia merasa putus asa sampai seperti ini."Kenapa kau pergi meninggalkan aku, Mel. Apa salah aku?"Romy benar-benar terpukul. Cinta yang selama ini dia pertahankan, musnah. Kandas seketika."Kenapa juga aku bisa membiarkan tanpa kabar padanya? Enggak biasanya aku seperti ini. Ada apa dengan aku
Bruaaakkk!Terdengar suara pintu yang dibanting keras. Buru-buru Salsa menghampiri. Dai tak menyangka jika Romy sudah datang dan pintu rumah lupa belum dia kunci sepertinya.Tampak ragu Salsa saat ingin menyusul ke dalam kamar. Sejenak dia terdiam dengan napas yang tertahan. Lalu dia mengurungkan niat untuk mengetuk pintu. Salsa lebih memilih menuju dapur."Sebaiknya aku buatkan es sirup aja," ucapnya lirih.Salsa bergegas membawa secangkir gelas menuju kamar Romy.Tok tok tok!"Mas Romy! Aku buatkan minuman nih."Tetap tak ada jawaban yang terdengar. Salsa pun memberanikan diri untuk menarik handle pintu kamar Romy. Lalu melangkah lambat menghampiri Romy."Mas Romy kenapa? Ehhhh ... ini aku buatkan es sirup."Salsa menyodorkan pada Romy, yang hanya melirik sekilas."Bisa enggak, kamu jangan ganggu aku!""Maksud Mas apa? Apa aku ada salah?"Salsa pun duduk di sebelahnya. Romy menoleh dan menata
"Adrian, terima kasih untuk semuanya. Kamu orang yang selalu hadir pertama kali setiap aku membutuhkan seseorang.""Mungkin kita memang berjodoh?"Amelia memukul lengan kokoh Adrian pelan."Apa pun keadaannya, makasih. Kamu lakukan semua ini penuh ketulusan buat aku.""Kalau aku tidak tulus, bagaimana?""Entahlah. Bagiku, kamu terlihat tulus dan aku tak peduli selebihnya alasan kamu."Senyum Adrian mengembang lebar. Baru kali ini dia mendapatkan jawaban yang menurut dia terdengar indah di telinganya."Rumah ini lama kosong, Mel. Hanya Pak Sadi dan istrinya yang menempati, karena buat bersih-bersih. Tapi setidaknya kamu nyaman di sini. Kalau enggak biar kita cari lagi rumah yang lain."Amelia menahan lengan Adrian. Keduanya terhenti dengan posisi saling berhadapan."Ada yang salah, Mel?"Dia tak menjawab pertanyaan Adrian. Amelia berjinjit tinggi dengan kedua tangan yang berpegangan pada lengan kokoh Adrian.