Home / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 308. Ucapan Selamat, Menyayat Hati

Share

308. Ucapan Selamat, Menyayat Hati

Author: OTHOR CENTIL
last update Last Updated: 2025-11-22 22:00:31

“Baik. Saya bersedia. Tapi, ... saya tidak bisa menjamin ide itu akan berhasil 100%.”

Bima pun mengangguk-anggukkan kepalanya dan ia juga setuju. “Meski tidak akan berhasil 100%, tetapi aku percaya kamu bisa melakukannya lebih dari 80%. Aku percaya padamu, Jim.”

Jimmy menghela nafas dan merasa sedikit lega sebab ia telah mendapatkan lampu hijau dari pria ini mengenai pernikahannya dengan Raline.

“Baik, akan saya usahakan, Tuan Bima. Mengenai hasilnya, saya tidak bisa menjamin. Tapi, saya akan berusaha semampu saya. Mohon doanya.”

Setelah itu, mereka berdua membuka pintu ruangan tersebut. Seketika itu pula, Raline menyongsong maju dan ia penasaran sekali mengenai pembahasan papanya dan calon suaminya ini.

Dalam hatinya pun bertanya-tanya, ‘Mengapa Papa dan Jimmy terlihat begitu akrab? Apa yang mereka bicarakan dan apa yang mereka bahas di dalam sana? Kenapa Papa tidak menghajar pria itu saja? Apa Papa tidak marah karena aku dipermainkan ol
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • ENAK, PAK DOSEN!   426. Musibah / Barokah?

    Bibir Diana pun melontarkan pertanyaan tajam pada Ara. Dia pandangi dari atas sampai bawah, sama sekali tak ada tanda-tanda keduanya habis … tidur bersama.“Bener kamu gak diapa-apain sama Sagara, Nak?” katanya. Dia telah berada di dekat Ara, memegangi Ara dan memutar badannya, takut ada sesuatu yang kurang.“Gak, Nyonya. Justru, saya yang mau minta maaf karena tadi … saya ….” Ara menggantung kalimatnya, merasa sangat tidak enak hati. Di depan tubuh, kedua tangannya saling meremas.“Kenapa?” tanya Diana penasaran.“Saya tadi banting Sagara ke lantai sampai dia pingsan karena dia … keterlaluan sama saya. Saya mohon maaf, Nyonya,” jawab Ara jujur sambil menunduk. Takut wanita ini akan memarahinya.Diana terdiam sejenak, lalu matanya berbinar seolah ia baru saja mendapatkan ide brilian. “Apa? Cuma banting doang? Gak kamu tonjok, gak kamu pukul, atau gak kamu tendang titid-nya?”“Hah? M–maksud Nyonya?” Ara melongo, benar-benar tidak

  • ENAK, PAK DOSEN!   425. Temen apa Demen?

    “Siapa yang kamu bawa ke rumah ini pagi-pagi buta, Sagara? Ini tas dan stiletto siapa?! Jawab!” tanya Diana dengan nada rendah namun tajam, menuntut penjelasan segera.Sagara menelan ludah kasar, tenggorokannya mendadak terasa kering. “Bun, itu ... itu punya temen, Bun.”“Temen? Yakin milik temen?” Diana menyipitkan mata, melangkah mendekat ke arah tangga. “Kalau emang cuma temen, buka kamar kamu sekarang! Bunda mau lihat.”“Bunda, jangan! Itu beneran cuma milik temen yang gak sengaja Saga bawa ke sini semalam!” cegat Sagara sambil merentangkan tangan, berusaha menghalangi jalan ibunya meskipun ia hanya berbalut selimut.“Bunda gak percaya! Kamu pikir Bunda anak kemarin sore yang bisa kamu bohongin?”“Beneran, Bun. Suer! Itu cuma temen Saga, gak lebih!” ujar Sagara dengan nada meyakinkan, meski jantungnya berdegup kencang.“Temen satu ranjang, iya?” tembak Diana tepat sasaran.“Iyaaa... eh—gak, Bun! Gak! Aku— AAAAAAA!”

  • ENAK, PAK DOSEN!   424. Gue Gorok Lu

    “Lo ... masih di sini?” “Kalau gue gak di sini, terus yang nolongin lo siapa?! Aneh banget lo! Lo hampir mati tahu gak!” semprot Ara, emosinya campur aduk antara marah dan khawatir. Tapi begitu melihat lawan bicaranya yang tengil ini sudah lebih baik, dia baru bisa tenang.“Hm ... thanks, ya …,” gumam Sagara sok tulus.“I–iya. Tapi, badan lo gimana? Udah enakan?” tanya Ara mulai melunak.“Belum sih.” Sagara meringis, ia melirik ke arah bawah dengan ekspresi yang sulit diartikan. “Tapi, yang itu kegencet, rasanya aneh, deh ….”“Aduh! Yang mana lagi?!” seru Ara panik, ia mulai meraba-raba area perut Sagara untuk mencari bagian yang sakit.“Junior gue ... lo duduki tuh. Lo kira gak sakit apa?” ucap Sagara datar namun dengan kilat jahil di matanya.“Hah?” Ara membeku. Ia refleks menunduk ke arah bawah, tepat ke arah tempatnya duduk sejak tadi. Matanya membelalak sempurna saat menyadari bahwa ia duduk tepat di atas

  • ENAK, PAK DOSEN!   423. Sekarat

    “Ini cowok kalo dibiarin makin ngelunjak!”Tanpa menunggu Sagara bertindak lebih jauh, Ara mengambil inisiatif. Dengan gerakan yang sangat cepat, dia menarik pergelangan tangan Sagara dan membanting tubuh pria itu ke lantai menggunakan teknik judo dasar.Bugh!Seketika, tubuh Sagara yang tidak siap melayang di udara, lalu punggungnya menghantam lantai dengan bunyi dentuman yang cukup keras.Pria itu langsung mengaduh dan mengerang kesakitan, “Aaarghhh!”Melihat Sagara meringis kesakitan dengan wajah pucat, Ara mendadak panik. Ia langsung berlutut di sampingnya, takut pria tengil itu benar-benar mengalami cedera serius atau bahkan mati. “Gara! Gara! Kamu nggak apa-apa, kan? Kamu nggak mati, kan?!”Melihat wajah Ara yang pucat pasi karena panik, ide jahil seketika muncul di kepala Sagara. Ia sengaja mengaduh lebih panjang dan mulai berakting dramatis. “Aaaargh ... g-gue ... kayaknya mau mati!”

  • ENAK, PAK DOSEN!   422. Suka Dipaksa, Ya?

    Sagara dan Damar akhirnya tiba di rumah. Namun, alih-alih mendapatkan pengampunan atau pengobatan untuk wajahnya yang babak belur, Sagara justru menerima titah kejam dari sang ayah.“Tidur di luar malam ini! Gak usah masuk ke rumah, ngerti?!” perintah Damar dingin begitu mobil berhenti di garasi.“Yah, kok gitu sih?!” protes Sagara dengan mata membelalak. “Muka aku bonyok begini, bukannya disuruh istirahat malah diusir!”“Salahmu sendiri banyak ttingkah! Udah, buruan turun. Tidur sana di pos satpam bareng Pak Kumis!” usir Damar tanpa perasaan.“Ck! Ayah gak seru banget, sih!”“Makanya jangan bandel! Ayah itu udah cukup sabar sama kamu. Udah ngerusakin mobil orang, mengurung anak orang di kamar hotel, masih aja ada kenakalan yang kamu lakuin. Kamu pikir uang Ayah tinggal metik di pohon, apa?”Sagara mendengus, mencoba membela diri sambil memegangi rahangnya yang berdenyut. “Cowok mah wajar kalo nakal, Yah. Kalau kalem kayak Kak Sh

  • ENAK, PAK DOSEN!   421. Idih, Najis!

    “Gak usah gitu, nanti kemakan omongan sendiri nyahok!” kekeh Damar, masih sempat-sempatnya menggoda Arnold. Ia menatap Ara sekilas, lalu dengan suara tenang menambahkan, “Tapi, syukurlah kalau si bocah tengil ini gak hamilin kamu.”“Ketemu juga baru sekali, kok hamil! Ayah ada-ada aja, deh!” gerutu Sagara sambil memutar bola matanya malas.“Hm, ya udah kalau gitu masalah clear, ‘kan? Sagara, uang jajan kamu Ayah potong untuk gantiin mobilnya Ara, dan kamu Ara, gantiin juga motor Sagara,” putus Damar dengan nada final yang tidak bisa diganggu gugat.Kini, Ara mengembuskan napas panjang, merasa beban di pundaknya sedikit terangkat. Tapi, was-was juga karena tatapan sagara padanya masih penuh ancaman. “Baik, Tuan Setyawan. Jadi lega dengernya,” ucap Ara. Meski suaranya terdengar sopan pada Damar, tatapannya mengarah lurus pada Sagara dengan kilatan kemenangan.Di balik sikap tenang yang ditunjukkan Ara, Sagara justru sebaliknya. I

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status