Home / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 4. Jadilah Pelayan Ranjangku

Share

4. Jadilah Pelayan Ranjangku

Author: OTHOR CENTIL
last update Last Updated: 2025-08-14 00:21:52

“Masuk gak ya? Masuk, enggak, masuk, enggak.” Diana menghitung jari jemarinya sambil sesekali menggigiti kuku.

Resah!

Sejak dua menit yang lalu telah tiba di depan ruangan dosen barunya itu. Namun, hatinya dilanda gelisah lantaran takut bila pria yang ada di dalam sana akan memangsanya hidup-hidup.

“Masuk kena sembur sama si singa, kalo enggak kena DO. Lebih baik masuk, hadapin singanya. Siapa tahu dia mau daging, ‘kan? Di bawah ada daging wagyu, gurih dan legit pula! Siapa tahu, ... itu bisa gue gunain buat pelet dosen killer itu. Lagi pula ... ya wajar aja sih kalau pria di dalam sana marah. Kemarin ‘kan gue nguras 3 kartu kreditnya sampai 250 juta lebih. Ya ampun! Gue emang suka banget berhadapan dengan maut.”

Setelah mempertimbangkan matang-matang mengenai apa yang harus Diana lakukan, pada akhirnya dia mengetuk pelan. Ketukan ke tiga kali, hingga terdengar sahutan dari dalam sana.

“Masuk!”

“Mampus! Dari suaranya yang datar itu, gue udah tahu kalau pria itu benar-benar galak! Ya ampun! Apa ini beneran akhir nasib gue?”

Meskipun ketakutan setengah mati, namun Diana tidak memiliki pilihan lain. Gadis muda itu lantas menekan handle pintu dan mendorongnya menggunakan bahu kanan.

Ketika Diana masuk, wajah tampan dengan jambang tipis terlihat datar ketika menatapnya. Dia membatin dengan dahi yang mengerut, “Heh, kenapa dia gak langsung marah? Apa dia amnesia sama gue? Gak inget kah sama apa yang gue lakuin ke dia? Tapi, gak mungkin dia amnesia! Dari tatapannya aja jelas kalo dia nyimpan dendam kesumat sama gue.”

Begitu Diana melangkah lebih dekat, suara bariton pria itu menyadarkannya. “Sepertinya ada banyak hal yang harus kita bahas, Diana Putri Atmaja!”

“Ba-bapak tahu nama lengkap saya?”

“Apa itu penting?”

Diana bahkan sampai menelan ludah. Tatapan Damar yang tajam bagaikan elang begitu menusuk. Sudah dapat dipastikan kalau pria itu telah mengetahui latar belakangnya, semuanya.

Diana mendekat, dia menundukkan wajahnya sambil meremas ujung kaos press body yang dia kenakan.

Tatapan pria itu yang begitu buas, seolah-olah ingin menerkamnya mencabik-cabiknya, lalu mengunyahnya sampai halus, seperti tiga hari lalu.

“Ma-maaf. A-ada apa Bapak manggil saya ke sini?” tanya Diana berusaha untuk berbasa-basi.

Pria itu terlihat meletakkan dokumen ke atas meja yang ada di belakang tubuhnya. Kemudian, raga tinggi dan tegap itu bersandar sambil melipat tangan di depan dada.

“Saya rasa kamu belum amnesia.”

Ketika Diana tidak membalas pernyataannya sama sekali, Damar mengambil berkas lainnya ada di atas meja.

Kemarin, ada lembar surat yang dikirim ke rumahnya. Itu semua tagihan kartu kredit yang dicuri Diana dengan nominal sangat fantastis!

Lebih dari 260 juta!

Lalu, Damar sodorkan kertas berisi tagihan kartu kredit itu tepat ke muka diana. Dengan nada dingin, dia berucap, “Lihat dan baca dengan teliti. Kamu pikir saya tidak tahu apa yang kamu lakuin. Bukankah itu namanya pencurian? Kau tahu itu salah, tapi kau tetap melakukannya.”

Tanpa menunggu lebih lama lagi, akhirnya Diana menjatuhkan bobot tubuhnya ke lantai. Sambil menangkupkan tangan di depan dadanya, Diana memohon-mohon kepada pria itu.

“Tolong jangan apa-apakan saya, Pak! Saya tahu saya salah! Saya mohon! Saya ... hanya ingin mengambil hak saya! Saya terpaksa melakukan itu karena saya benar-benar terdesak oleh kebutuhan!”

“Hak kamu?” Pria itu bertanya demikian sambil memangkas jarak ke arah Diana. Setelahnya, dia ikut berjongkok. Dengan tatapan penuh intimidasi, pria itu bertanya lagi. “Hak mana yang seharusnya menjadi milikmu? Kamu jelas tak berhak menggunakan uang saya,” katanya datar nan menusuk.

Diana tercekat sesaat, dia kemudian memberanikan diri menatap pria tersebut meski raut wajahnya masih ketakutan dan panik.

“Saya ... kemarin, saya udah nyerahin diri sama Bapak, seenggaknya Bapak harus bayar saya, ‘kan? Sesuai dengan kesepakatan kita di awal! Saya kasih tubuh, Bapak kasih saya uang!”

Tidak terima dengan pernyataan itu, Damar lantas memojokkan Diana ke dinding sambil memindai wajah cantik itu yang pucat pasi seperti mayat.

“Kesepakatan mana yang kamu maksud? Bukankah kita tidak memiliki kesepakatan apapun sebelum melakukan semuanya? Apa kamu memiliki bukti hitam di atas putih tentang perjanjian kita?”

Mampus!

Diana kalah telak, dia tidak bisa berbicara sedikitpun untuk menyanggah pernyataan tersebut.

Bodohnya! Diana memang tidak memiliki pergantian tersebut tetapi dia yakin kalau pria ini bukanlah pria pembual yang akan mengingkari ucapannya.

“Kenapa diam? Gak bisa jawab?”

Tanpa memberi Diana kesempatan untuk bereaksi, Damar menggebrak tembok di sisi kanan dan kiri kepala Diana dengan keras.

Suara menggelegar itu membuat Diana tersentak dan memejamkan mata, jantungnya berdebar kencang seperti genderang perang.

Rasa takut mencengkeram Diana. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Damar selanjutnya. Apakah ingin melahapnya hidup-hidup, atau justru membunuhnya?

“Pak, saya terpaksa melakukan itu karena saya ....”

“Oke, lupain itu! Saya gak mau dengar alasan kamu!” sela Damar dengan cepat. Bahkan ia tidak memperdulikan pernyataan yang akan terucap dari bibir Diana kala itu. “Sekarang ... saya ingin kamu kembalikan nominal uang yang kamu curi!”

Diana tak tahu harus bagaimana. Uang tersebut telah dia gunakan sebagian besarnya. “Pak, saya tidak bisa mengembalikan uang itu dengan cepat, karena kemarin saya sudah menggunakannya untuk membayar uang UKT yang—”

Damar tak mau menunggu. Dia tak bisa kehilangan 260 juta dalam semalam. Meski dia kaya raya, tapi nominal itu tak pernah dia habiskan semalam.

“Kembalikan uang itu sekarang atau ... kita ke kantor polisi, akan saya laporkan kamu dengan pasal pencurian!” sela Damar dengan suara lirih.

Setelah Damar melepaskan Diana, Diana tak juga merasa lega sedikit pun. Diana segera memohon lagi pada pria itu sambil bersujud.

“Jangan, jangan! Tolong, tolong jangan laporkan saya, Pak! Saya janji akan bayar.”

“Bayar pakai apa? Katanya gak punya uang?”

“Saya ... saya bisa menjadi pelayan Bapak, pembantu, tukang kebun, atau ... apa saja! Asal Bapak gak menjarain saya. Tolonglah, Pak! Dari bangun sampai tidur, saya akan layanin Bapak. Bahkan ... bahkan saya bersedia jadi

“Hah?” Tercengang! Damar tak menyangka Diana merendahkan diri sampai seperti itu.

“Asal Bapak anggap lunas hutang saya, saya rela dijadikan budak sama Bapak! Termasuk budak di atas ranjang, saya mau, Pak! Tolong, Pak pertimbangan lagi! Bapak pria pertama untuk Saya, dan Bapak gak akan rugi! Saya ... saya—”

Akhirnya, Damar tergoda dengan tawaran itu. Dia pun menyela ucapan Diana dengan cepat dengan nada penuh ejekan, “Ya sudah, datanglah ke apartemen saya besok, lakukan semua tugas yang kamu sebutkan tadi.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Maria Clau Barros
lucunya cerita dewasa in
goodnovel comment avatar
Alan Nasution
kok tolol yg lucu karkater si diana . pdhal bpaknya kaya raya . seenggaknya dia ada harga diri sedikit . wlupun gak mnta uang sma bpknya , dia bisa oke cra lain selain tubuh. bloonnya lucu jdnya , bukan bloon yg gblek .
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ENAK, PAK DOSEN!   298. Pelajaran Setimpal

    “Kabar buruk apa, Dok! Katakan, apa yang terjadi pada anak saya! Apa dia ….”Damar tak melanjutkan ucapannya. Ia terlalu takut mengungkapkan apa yang menjadi ketakutannya sejak tadi.Saat dokter itu terdiam dan belum memberi penjelasan, Diana maju. Ia mendesak dengan suara serak basah, air matanya pun turut berderai.“Dokter … katakan ada apa! Anak saya selamat, ‘kan? Selamat, ‘kan? Iya, ‘kan, Dok? Tidak ada apa pun dengannya, ‘kan?”Dokter lelaki itu tampak mengembus panjang. Setelahnya, ia menyatakan, “Nona Shanum selamat.”Hal itu membuat Diana dan Damar bersyukur serentak. “Syukurlah. Lalu, apa yang terjadi?”“Begini, Tuan Damar dan Nyonya Diana. Karena Nona Shanum cukup lama tenggelam, dia mengalami edema paru.” Melihat kebingungan di wajah kedua orang tua itu, Dokter itu menjelaskan lebih lanjut, “Edema paru adalah kondisi di mana terjadi penumpukan cairan di paru-paru. Tenggelam dalam waktu lama menyebabkan air m

  • ENAK, PAK DOSEN!   297. Kabar Buruk

    “Sebenarnya apa yang terjadi sih, Yang? Kok Shanum tiba-tiba tenggelam di kolam?”Setelah shanum mendapatkan perawatan di ruang Instalasi Gawat Darurat, Damar menghampiri istrinya yang tampak kacau. Diana juga bahkan masih mengenakan celemek hitam yang penuh tepung. Kini, Diana menoleh pada sang suami. Air matanya belum mengering saat ia memeluk erat suaminya. “Aku juga tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, Mas. Dari dapur aku tidak terlalu memperhatikanmu Claudia dan Shanum masih cekikikan di dekat kolam. Setelah itu, hening beberapa saat dan terdengar teriakan Claudia saja.”“Ck! Pasti ada sesuatu yang dilakukan Claudia pada putri kita!” tebak Damar. Ia tahu, Claudia itu anaknya sangat usil dan jahil. Maka tebakannya bisa saja benar.Meskipun Diana sempat curiga pada Claudia tetapi ia tidak ingin menyalahkan keponakannya tersebut. Lagi pula, sama suami juga belum mengecek CCTV di sekitar sana dan ia belum dapat menyimpulkan.“Mas, ka

  • ENAK, PAK DOSEN!   296. Pertolongan Pertama

    “Tolong! Tolong! Tante, Ommmmm! Shanum tenggelaaaaam!” Alih-alih berlari dan meminta bantuan pada orang-orang yang ada di dalam rumah, Claudia justru menjerit histeris. Di tepi kolam, Claudia masih maju mundur untuk menyelamatkan Shanum. Sesekali, ia mengambil ancang-ancang dan bersiap untuk masuk ke dalam air. Tetapi mengingat kolam renang itu sangat dalam dan tidak diperuntukkan bagi anak kecil, maka ia mengurungkan niatnya. Sedangkan di dalam rumah, Diana menghentikan gerakannya ketika hendak memasukkan adonan kue ke dalam oven. Ia menoleh ke pintu sebelahnya dan berlari ke sana. Teriakan Claudia makin menggila dan ia sangat panik. “Claudia, ada apa?” tanya Diana Sambil menggerakkan tangannya agar Tantenya mendekat, Claudia berujar panik, “Om, Tanteeee! Shanum tenggelam! Tolongin, Tante, Om, tolongin! Aaaaaa! Itu! Itu Shanum tenggelam!” Diana menatap permukaan air kolam yang

  • ENAK, PAK DOSEN!   295. Tenggelam

    “Hoam ….”Damar menguap tatkala sampai di kediamannya. Semalaman, ia menjaga Jimmy dan sekarang, ia baru kembali ke rumah.Di ambang pintu, Sagara berjalan ke arahnya. Seketika, rasa lelahnya menguar begitu saja. Ia menggendong putranya yang menggemaskan sambil berjalan menghampiri Diana yang ternyata sedang membuat kue di dapur.“Sayang?”“Mas, kamu pulang?” Diana segera melepas celemeknya. Ia mencuci tangan kemudian menghampiri suaminya dan memberi pelukan singkat.“Iya, aku pulang. Capek, Yang.”“Ya udah, kamu istirahat aja dulu. Aku siapin sarapan. Belum sarapan, ‘kan?”“Udah, Yang di jalan tadi. Aku mau mandi terus tidur sebentar.”“Oh, ya udah, Mas.” Diana segera mengambil Sagara dari gendongan Damar. Ia menenangkan bocah tampan itu yang merengek, seolah enggan lepas dari sang ayah. “Hm, nanti ikut Ayah lagi. Ayah capek, Boy.”“Mana anak-anak?” tanya Damar. Ia melirik ke seluruh penjuru rumah, tap

  • ENAK, PAK DOSEN!   294. DiAntara Dua Pilihan

    “Aku hanya ingin berdamai denganmu dan aku tidak ingin menambah konflik di antara kita. Jadi, lebih baik kamu setuju saja untuk mempertahankan anak itu sampai 8 bulan kedepan daripada aku memperpanjang masalah ini. Kau mengerti?” tekan Jimmy pada wanita cantik yang tengah menangis itu. Sejujurnya, Jimmy sangat kasihan pada Raline yang pasti sangat syok dengan kabar kehamilan itu. Tapi, Jimmy juga tidak bisa melakukan apapun karena semua sudah kejadian dan tidak bisa dicegah. Sial bagi Raline yang tidak menginginkan hal tersebut. Ia mengira tidak akan serumit ini tetapi ia salah. Jimmy tak akan mudah diluluhkan. “Demi Tuhan! Aku tidak Sudi mengandung anakmu dan jangan paksa aku untuk mempertahankannya! Kamu yang menghadirkan anak ini ke dunia! Kalau kamu mau mempertahankannya, silakan ambil dan kandung sendiri! Aku tidak mau membawa beban itu selama 8 bulan ke depan!” tolaknya mentah-mentah. Raline membayangkan anak yang dik

  • ENAK, PAK DOSEN!   293. Ditangkap

    “Aku harus pergi. Paling tidak aku harus menjauhi Pak Damar sementara waktu. Masalah anak, bisa ku gugurkan di luar negeri. Toh, di beberapa negara melegalkan aborsi karena banyak juga orang yang terjebak ONS, atau apa lah itu. Ya, ya, ya. Aku akan mengungsi ke tempat Bibi di Jiangsu, dan aku akan aman.”Setelah kabur semalaman dan bersembunyi di rumah temannya agar tak dikejar orang-orang suruhan Damar, Raline segera menuju bandara.Semalaman Raline mencari tiket ke China dan akhirnya pagi ini pukul 8 ia akan bertolak ke China.Kini, Raline berdiri mematung di tengah hiruk pikuk Bandara. Ia tak membawa banyak barang. Hanya sebuah tas ransel berisi beberapa potong pakaian, powerbank, juga dompet. Tapi, tas ransel itu cukup memberatkan. Ia sampai terengah-engah karena berlari sambil membawa beban berat.“Ck! Ayolah, jangan membuatku susah! Ayo cepat pergi sebelum tertangkap!” Sebenarnya semalam, Raline tidak bisa tidur sama seka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status