Home / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 44. Siap Mengalah

Share

44. Siap Mengalah

Author: OTHOR CENTIL
last update Last Updated: 2025-08-30 15:15:18

Bibir Diana menolak. Harus berapa kali dia menutupi perasaannya sendiri pada Damar?

Siapa juga yang tidak mau bersama lelaki tampan nan rupawan tersebut. Terlebih ada Shanum di antara mereka—yang tentunya membuat ikatan terus terjalin.

Sekuat hati dia menolak. Akan tetapi, cinta dalam hatinya tentu saja membuat ia terus berharap kepada lelaki tersebut supaya mau menjalin hubungan halal dengannya.

Namun, jika dipikir-pikir lagi, pastilah wanita mana pun tidak akan mau menjadi yang ketiga. Walau hidupnya akan terjamin sekarang dan sampai tua nanti, namun Diana tetap saja tidak mau.

Di dalam sela-sela palingan wajah Diana, Carol memberitahukan sesuatu. “Aku tidak bisa memiliki keturunan sampai kapan pun!” jelas wanita tersebut.

Diana kemudian menoleh. Dia sudah menduga sejak awal tadi. Lantas, apa hubungannya dengannya? Bukankah mereka berdua bisa mengadopsi bayi jika memang tidak dapat memiliki keturunan? Kenapa harus repot repot seperti ini dan malah membawanya ma
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • ENAK, PAK DOSEN!   258. Aku Yang Di Atas, Ya, Mas?

    “Ada apa, Ndan? Apa aku perlu kembali ke sana? Saat ini aku sedang berada di Bali, Ndan. Aku tidak bisa pulang begitu saja, karena aku sedang merayakan anniversary pernikahan dengan istriku.” Damar mengacak rambutnya, ia karuan sambil melihat turis yang sedang berlalu-lalang di hadapannya. Pikirannya resah, ia menduga pasti ada sesuatu yang sangat penting sampai komandan Yudhi menghubunginya di luar jam kerja seperti ini.Suara komandan Yudi terdengar dari seberang telepon dan pria itu terlihat sangat berat membicarakan masalah ini. “Kalau bisa sih kamu segera datang ke sini, Mar. Aku tidak tahu lagi harus melakukan apa karena aku sudah menunda ini sangat lama.”Jujur saja, Damar tidak suka berbadan basi. Ia tekan Komandan Yudhi lagi. “Sebenarnya ada apa sih, Ndan? Kenapa Anda tidak jujur saja? Katakan apa yang terjadi sebenarnya dan alasan apa yang mengharuskan aku kembali?”Kemudian terdengar helaan nafas panjang dari komandan Yudhi. Pria itu b

  • ENAK, PAK DOSEN!   257. Aku Menyerah!

    “Cepat atau lambat hiu itu akan segera datang menghampirimu! Aku sih tidak masalah melihatmu dicabik-cabik oleh kawanan mereka. Aku justru senang melihatnya. Karena tanpa harus bersusah payah mengotori tanganku, kamu akan mati perlahan.” Ketika Aldo bimbang dengan keputusannya, Jimmy segera menakut-nakuti. Ia tidak akan ambil pusing kalau memang Aldo bersikeras ingin kabur dari sini menggunakan jalur laut. Lagi pula, tempat ini sangatlah jauh dari daratan dan dapat dipastikan Aldo akan kelelahan berenang menuju daratan. Jadi, Jimmy pikir Aldo pasti tidak memiliki pilihan lain. Aldo sendiri termenung dan memikirkan solusi apa yang terbaik untuknya. Tapi setelah ia berdiam selama beberapa saat, nyatanya tidak ada yang bisa ia harapkan selain menyerah pada keadaan. “Kalau aku mati di sini, tubuhku akan dimakan oleh hiu. Apalagi yang diucapkan oleh pria ini benar adanya, tempat ini memang jauh dari daratan dan bisa saja kawanan

  • ENAK, PAK DOSEN!   256. Santapan Nikmat

    “Come on! Come on! Cepatlah!”Speedboat Aldo melaju kencang, membelah air laut yang kini mulai tak bersahabat. Ombak yang diterjang makin besar seiring dengan cepatnya laju speed boat itu.Setiap Aldo menerjang ombak, ia justru menciptakan guncangan yang cukup menguji kemampuannya. Kin,i Aldo berjuang keras mempertahankan kemudi dari rasa sakit di telinganya seolah ikut menari mengikuti setiap hentakan gelombang.Tiba-tiba, di antara deru mesin dan deburan ombak, Aldo mendengar suara mesin speedboat lain mendekat. Suaranya lebih besar, lebih bertenaga, dan datang dari arah samping.“Siapa itu?”Saat mendapati tiga speed boat melaju ke arahnya, seketika wajahnya memucat. Takut jatuh ke tangan penjahat itu lagi, Aldo pun buru-buru menambah kecepatan.Sayangnya, Aldo kalah cepat dengan orang-orang itu yang sepertinya sangat ahli mengendarai speed boat.Ketika Aldo mencoba menghindar, speed boat mereka tiba-tiba menghantamnya dari kanan dengan keras

  • ENAK, PAK DOSEN!   255. Berhasil Kabur

    “Aaaargh!”Anak panah itu melesat dari busur Damar dengan kecepatan mematikan, hanya menyisakan desingan singkat membelah udara. Waktu terasa melambat bagi Aldo yang baru menyadari bahaya sesaat sebelum benda tajam itu tiba ke arahnya.Ujung panah yang runcing itu sempat menggores pipi, kemudian menghantam telinga kanan Aldo begitu brutalnya.Darah seketika menyembur dari luka terbuka itu dan memerciki pasir putih pantai dengan noda merah pekat.Di tengah deru ombak dan angin laut yang biasanya menenangkan, kini terdengar jerit kepedihan Aldo yang memekakkan telinga berulang kali.“Aaaa! Bunuh saja aku, Damar! Bunuh aku! Jangan siksa aku begini! Bajingan! Tolong! Tolong!”Jeritan kesakitan dan permohonan itu melolong tak tertahankan di sepanjang pantai. Namun, suara Aldo hanya menguar begitu saja ke udara tanpa ada yang mempedulikan. Rintihannya hanya menjadi soundtrack bagi eksekusi dingin ini.Di atas semua p

  • ENAK, PAK DOSEN!   254. Darah Bermuncratan

    “Damar, aku mohon! Jangan lakukan ini! Aku mohon ampun! Aku tidak bermaksud serius! Aku janji akan memberimu semua yang kau mau! Harta benda, mobil, rumah, uang, atau apa pun yang kau inginkan sebagai kompensasinya!” bujuk Aldo mencoba melakukan negosiasi. “Apa aku terlihat butuh uang, hm?” balas Damar tak kalah sengit. Merasa terhina dengan tawaran Aldo tadi, ia pun balas mengejek. “Kau bahkan tak bisa membayar anak buahmu. Dan kini, kamu menawarkan semua harta bendamu? Apa kamu pikir semua itu bisa membalikkan keadaan seperti sebelumnya? Tidak, ‘kan?” cecar Damar. Baginya, uang ganti rugi tak akan merubah apa pun. Rencananya sudah matang, dan ia harus membuat Aldo menyesal. Tak peduli ini bertentangan dengan hukum, Damar tetap maju untuk memberikan pelajaran setimpal untuk aldo. Jika Damar menyerahkan Aldo pada polisi, maka Aldo bisa saja kambuh. Pria itu akan tetap berambisi pada hubungan rumah tangganya dan Diana. Maka, Damar ingin mencegahnya agar kejadian serupa tak t

  • ENAK, PAK DOSEN!   253. Menyiksa Perlahan

    “Kau punya apel, Jim?” Sebelum melesakkan anak panah tepat ke dahi musuhnya, Damar berbalik. Ia menatap Jimmya yang duduk di sebelahnya dan ia bertanya demikian.Jimmy pun segera menegakkan badan. Ia menjawab dengan tenang, “Apel? Tentu saja ada. Bukankah saya sudah membeli satu keranjang penuh, Tuan?”Kini, Jimmy menyeringai. Permainan ini sangat mengasyikkan dan memacu adrenalin. Demi apa pun, Jimmy sebenarnya ingin melakukan eksekusi itu. Sayangnya, Jimmy tak memiliki kendali sebab eksekusi sepenuhnya ada di tangan Tuannya.Sambil mengangkat keranjang di tangan yang berisi aneka buah segar, Jimmy mengambil satu buah apel berwarna merah, berukuran cukup besar sekepalan telapak tangannya.Setelah menggenggam apel itu, Jimmy bertanya, “Em, … mau kita apakan apel ini, Tuan?”“Letakkan saja tepat di kepala Aldo!” perintah Damar.Begitu Jimmy meletakkannya tepat di atas kepala Aldo, Damar menyeringai. Ia angkat lagi busur

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status