Home / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 45. Shanum Hanya Milikku

Share

45. Shanum Hanya Milikku

Author: OTHOR CENTIL
last update Last Updated: 2025-08-30 17:15:24

“Ibu, aku tadi beli banyak makanan!” seru bocah kecil dengan kuncir 2 tersebut. Ia berlari ke arah Diana sambil menenteng aneka paper bag berisi makanan.

“Oh, ya?” tanya Diana. Dengan penuh kecanggungan, sekali dia menatap Damar yang sedang santai memainkan ponsel di ruang tamu sana.

“Iya. Tuan ini juga beliin aku pakaian yang bagus, loh. Banyak banget. Katanya, aku harus panggil beliau dengan sebutan Ayah. Apa dia memang ayahku, Bu?” adu Shanum kepada ibunya.

“Hm, begitulah.”

“Yeay! Aku punya ayah! Yeay, Yeay, Yeay, Yeay!” Shanum belum selesai berbicara, dia melanjutkan lagi. “Oh iya, tadi aku juga bertemu dengan Oma.”

Deg!

“Om— Oma?”

“Iya. Katanya ibunya dari ayahku. Memangnya ayahku yang mana, Bu? Kalau nenek aku, artinya nenek ibu mertuanya Ibu. Itu benar, ‘kan?” tanya Shanum dengan polos nya.

Diana hanya mendesah pasrah. Dia menyorot tajam pada Damar dengan sedikit tatapan marah.

Berani beraninya laki laki itu langsung memperkenalkan Shanum
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • ENAK, PAK DOSEN!   75. Selamat Jalan, Ma

    “Saya sebenarnya sudah menolak selama beberapa bulan terakhir. Tetapi karena Mama Mayang dan Mbak Carol memaksa, maka saya tidak kuasa membantah kemauan mereka,” jelas Diana. Inilah yang dia takut kan kerja dulu. Wanita kedua selalu saja dipandang rendah di mata orang lain.“Kamu memang wanita yang tidak tahu malu!” sarkas Helen dengan mendorong dada Diana.Carol mendekat. Dia menjadi tameng calon adik madunya. Dengan tatapan lurus dan tajam, dia menjawab, “Kenapa harus malu, Ma? Aku yang memintanya menjadi istri kedua!”“Cih! Mama tidak yakin dengan keikhlasan mu dimadu, Carol. Meski pun setitik, Mama yakin jika di hati kamu tetap ada rasa tidak rela. Kamu hanya terpaksa saja. Mama tahu bagaimana kamu, Caroline. Dari dulu kamu selalu saja mengalah! Mama tidak akan membiarkan semua ini terjadi!” ancam Helen yang bersungguh-sungguh.“Mau atau tidak, sebentar lagi Diana akan menjadi istriku, Ma! Tolong jangan ikut campur urusan kami!” balas Damar tak mau kalah.“Le

  • ENAK, PAK DOSEN!   74. Menggagalkan Pernikahan

    “Mama!” Caroline memekik. Dia mengerjapkan netra hazelnya berulang kali. Tidak percaya jika mamanya akan datang. Tetapi dia juga bersyukur, akad nikah sudah selesai. Kekacauan itu datang sebelum Damar sah memperistri Diana. “Oh, jadi dia yang menjadi istri kedua mu, Mar? Benar-benar wanita yang tidak punya hati! Syukurlah aku datang tepat waktu!” sarkas Helen dengan nada lantang. Sakit, tentu saja. Tak bisa terlukiskan mana kala tahu jika madu anaknya adalah wanita yang dulu pernah dia tolong. “Bagaimana Pak Damar, apa kita jadi melanjutkan—” “Pergi atau ku tikam kalian semua?” ancam Helen mengeluarkan pisau lipat dari dalam tas jinjingnya. Penghulu dan beberapa saksi lantas mundur. Acara jadi kacau balau karena ulah Helen. Wanita itu kemudian mendekat kearah Diana yang sedang duduk sejajar dengan Damar. Ditatapnya nyalang wanita itu dengan dada bergemuruh. “Dan kamu, Diana. Kamu tentu saja tid

  • ENAK, PAK DOSEN!   73. Pernikahan Kedua

    “Shanum? Main apa lagi?” tanya Diana menyahut sambil ikut duduk dekat putri semata wayang nya.Shanum cekikikan dan mapak bahagia. “Aku dibeliin boneka sama Bunda Carol. Lihat deh!”Diana hanya asyik menyimak apa yang dikatakan oleh putrinya. Setelah sedikit berbincang-bincang dengan putri semata wayang nya, dia kemudian menuju ke area dapur. Sangat penasaran dengan apa yang baru saja dialami oleh nya.“Bi, tolong jawab aku dengan jujur. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku sudah ada di kamar dan tiduran?” tanya wanita tersebut.“Maksudnya, Nona? Bukankah tadi Anda baru saja pulang bersama Tuan Muda dan Shanum? Lalu tidak lama setelah nya Anda dibawa masuk ke kamar karena sudah tertidur saat perjalanan pulang?” Dia sudah diwanti wanti oleh Damar supaya tidak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Padahal, dia tahu jika Tuan Muda nya tersebut baru saja meniduri Diana.“Oh, begitu ya.” Diana masih mencerna ucapan sangat asisten rumah tangga tersebut. Dia belum

  • ENAK, PAK DOSEN!   72. Dosa? Masa Bodoh

    Damar kembali ke rumah sakit. Dari kejauhan, lelaki itu tampak lebih bugar. Mungkin karena baru saja mendapatkan asupan energi dari Diana.Dosa? Ah, masa bodoh! Yang terpenting saat ini dia berharap, jika ada adiknya Shanum yang segera hadir dan bisa membelenggu Diana supaya tak lari darinya. Terlihat gila dan tak bermoral, tapi hanya itu yang dia mau.“Diana belum sadar ya Mas tadi?” tanya Carol dengan hati memanas. Entah apa jadinya nanti kalau sampai adik madunya tersebut hamil. Biarlah dia dikatai banyak orang yang tak sesuai dengan gayanya sehari-hari yang agamis. Mendorong suami untuk berbuat zina. Carol takut jika seandainya ia dan Damar bercerai, Diana juga tak mau kembali dengan Damar. Ia sudah buntu ide.‘Kalau sampai Diana dan Mas Damar punya anak lagi, aku akan tersingkirkan. Ya Allah, bimbang kan akhirnya?’Sebenarnya tidak masalah, dia pun telah ikhlas. Dia hanya ingin melihat kebahagiaan Damar dengan Diana di sisa-sisa umurnya. Meski hat

  • ENAK, PAK DOSEN!   71. Penyatuan Sempurna

    “Nggak mau! Lepas! Lepas!” Diana terus aja memberontak saat lelaki yang masih dicintainya sampai sekarang ini pun menggandeng tangannya secara paksa. Karena tidak mau nggak ribut, lalu menjadi pusat perhatian semua orang yang berada di rumah sakit tersebut nantinya, Damar segera menggunakan jurus jitu. Dia meletakkan sapu tangan yang sudah diolesi menggunakan obat bius pada area hidung Diana. Tidak sampai 1 menit kemudian, Diana lemah lunglai di dalam dekapan Damar. Beruntunglah hal itu sudah dipersiapkan sejak setengah jam yang lalu sebelum dirinya dan Shanum kembali ke rumah sakit. “Nah, akhirnya tidur juga. Salah sendiri tidak mau menurut denganku! Kamu benar-benar keras kepala, Diana. Hanya mengatakan iya, apa sulitnya?” Lelaki tersebut segera membawa pujaan hatinya untuk keluar dari rumah sakit ini. Sepanjang lorong rumah sakit, Damar hanya mengatakan jika wanita tersebut pingsan.

  • ENAK, PAK DOSEN!   70. Pemaksaan

    "Jangan macam-macam! Aku bisa melaporkan tindakan ini kepada security!" ancam Diana yang tidak sedikitpun membuat laki-laki itu bentar. "Katakan saja kepada mereka. Toh, mereka pasti sudah tidak akan mempercayai kata-katamu. Kalau aku mengatakan jika kamu istriku, pasti mereka tidak akan berani berbuat macam-macam!" Damar hanya tertawa pelan melihat tingkah dari Diana yang baginya sangat menggemaskan. "Bapak itu—" "Bisa nggak sih manggilnya itu yang agak enakan dikit? Bapak, Bapak! Mas! Itu lebih bagus daripada panggilan yang sebelumnya. Kamu membuatku merasa lebih tua." Damar sedikit memprotes. Damar paling tidak suka dipanggil dengan sebutan Bapak sejak dulu. Tetapi, entahlah. Memang wanita yang berada dihadapannya ini sangat keras kepala. Diminta untuk memanggil dengan sebutan lain sejak mereka masih bersama beberapa tahun lalu, tetapi Diana sudah memanggilnya dengan sebutan Bapak. Ah, bukankah itu sangat menggelikan? "N

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status