Beranda / Fantasi / Elara: Penjaga Lembah Sunyi / Warisan dan Pengkhianatan

Share

Warisan dan Pengkhianatan

last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-09 12:04:17

Elara tertegun, menyaksikan makhluk mengerikan itu mengamuk di hadapannya. Pria bertopeng, yang tadinya tampak begitu mengancam, kini tampak ciut dan ketakutan. Makhluk itu, dengan raungan memekakkan telinga, menerjang pria bertopeng itu, mencabik-cabik jubah hitamnya dengan cakar-cakar tajamnya.

"Apa... apa itu?" bisik Elara, matanya membulat karena terkejut.

Makhluk itu terlalu fokus pada pria bertopeng untuk memperhatikannya. Elara, dengan hati-hati, mundur selangkah demi selangkah, berusaha menjauh dari pertempuran yang mengerikan itu. Ia tahu bahwa meskipun makhluk itu membantunya saat ini, makhluk itu tetaplah ancaman yang sangat besar.

"Aku harus pergi dari sini," gumamnya pada dirinya sendiri. "Ini terlalu berbahaya."

Namun, sebelum ia sempat melarikan diri, pria bertopeng itu berhasil melepaskan diri dari cengkeraman makhluk itu. Dengan gerakan cepat, ia melemparkan bom asap ke tanah. Asap tebal langsung mengepul, menutupi seluruh area.

"Sial!" umpat Elara. Ia terbatuk-batuk karena asap yang menyesakkan. Ia tidak bisa melihat apa-apa.

Ketika asap mulai menghilang, Elara menyadari bahwa pria bertopeng dan makhluk itu telah menghilang. Ia sendirian lagi di tengah hutan yang sunyi dan mencekam.

"Ke mana mereka pergi?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Elara merasa bingung dan ketakutan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Ia tahu bahwa pria bertopeng itu akan kembali, dan ia juga tahu bahwa makhluk itu masih berkeliaran di sekitar lembah. Ia harus menemukan tempat yang aman untuk bersembunyi dan menyusun rencana.

"Aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini," gumamnya. "Mengapa makhluk itu muncul? Dan siapa pria bertopeng itu sebenarnya?"

Elara memutuskan untuk kembali ke rumahnya, sebuah gubuk kecil yang terletak di dekat tepi hutan. Ia berharap ia bisa menemukan jawaban di sana.

Ketika ia tiba di gubuknya, ia menemukan pintu terbuka lebar. Ia merasa curiga. Ia tidak pernah meninggalkan pintunya terbuka.

"Siapa di sana?" serunya, tangannya menggenggam erat artefak kuno.

Tidak ada jawaban.

Elara dengan hati-hati memasuki gubuknya. Ia melihat sekeliling, mencari tanda-tanda penyusup.

Tiba-tiba, ia mendengar suara dari belakangnya.

"Mencari sesuatu, Elara?"

Elara berbalik dengan cepat dan melihat seorang wanita berdiri di ambang pintu. Wanita itu mengenakan jubah hitam panjang dan memiliki wajah yang dingin dan tanpa ekspresi.

"Siapa kau?" tanya Elara dengan nada waspada.

Wanita itu tersenyum tipis. "Namaku Lilith," jawabnya. "Aku adalah utusan dari Penyembah Kegelapan."

Elara terkejut mendengar nama itu. "Penyembah Kegelapan?" tanyanya. "Apa yang kalian inginkan?"

"Kami menginginkan artefak itu, Elara," jawab Lilith. "Serahkan artefak itu kepada kami, dan kami akan membiarkanmu hidup."

"Tidak akan pernah!" balas Elara dengan nada marah. "Aku tidak akan pernah menyerahkan artefak itu kepada kalian."

"Sayang sekali," ucap Lilith dengan nada menyesal. "Kalau begitu, aku tidak punya pilihan lain."

Lilith mengangkat tangannya dan menjentikkan jarinya. Tiba-tiba, beberapa pria bertopeng muncul dari balik bayangan, mengelilingi Elara.

"Kau tidak bisa mengalahkan kami, Elara," ucap Lilith. "Kami terlalu banyak untukmu."

"Aku tidak akan menyerah," balas Elara dengan nada menantang. "Aku akan berjuang sampai akhir."

"Itu pilihanmu," ucap Lilith. "Serang!"

Para pria bertopeng itu menyerang Elara secara bersamaan. Elara bertarung dengan gagah berani, menggunakan artefak kuno sebagai senjatanya. Namun, para pria bertopeng itu terlalu banyak untuknya. Mereka berhasil menjatuhkannya ke tanah dan merebut artefak itu dari tangannya.

"Tidak!" teriak Elara, berusaha meraih artefak itu kembali.

Lilith mengambil artefak itu dan memeriksanya dengan cermat. "Akhirnya," ucapnya dengan nada puas. "Setelah sekian lama, kami berhasil mendapatkan apa yang kami inginkan."

"Apa yang akan kalian lakukan dengan artefak itu?" tanya Elara dengan nada khawatir.

"Kami akan menggunakannya untuk membangkitkan kekuatan kegelapan dan menguasai dunia," jawab Lilith dengan senyum jahat.

"Kalian tidak boleh melakukan itu!" seru Elara. "Kalian akan menghancurkan dunia!"

"Itu bukan urusanmu," ucap Lilith. "Sekarang, kau tidak berguna lagi bagi kami."

Lilith mengangkat tangannya dan memberi isyarat kepada para pria bertopeng itu. "Bunuh dia," perintahnya.

Para pria bertopeng itu mendekati Elara dengan pisau.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Elara: Penjaga Lembah Sunyi   Ujian Pengorbanan

    Lorong itu terasa lebih dingin dari sebelumnya. Hawa kematian menyelimuti mereka, membuat bulu kuduk Elara dan Valerian meremang. Makhluk itu, dengan mata merah menyala, menatap mereka dengan penuh kebencian. "Kalian pikir bisa lolos begitu saja?" geram makhluk itu, suaranya serak dan mengancam. "Kuil ini akan menjadi kuburan kalian!" Makhluk itu melesat maju, pedangnya menebas dengan kecepatan kilat. Valerian dengan sigap menghadang serangan itu dengan pedangnya. Denting senjata beradu menggema di lorong sempit, menciptakan percikan api yang menari-nari dalam kegelapan. Elara, dengan cekatan, menarik busurnya dan membidik makhluk itu. Anak panah melesat dengan akurat, namun makhluk itu dengan mudah menepisnya dengan pedangnya. Pertempuran sengit pun tak terhindarkan. Valerian dan Elara bertarung dengan sekuat tenaga, namun makhluk itu terlalu kuat. Ia bergerak dengan lincah, serangannya brutal dan tanpa ampun. Valerian terhuyung mundur, merasakan sakit yang membakar di lengannya

  • Elara: Penjaga Lembah Sunyi   Ujian Kesetiaan

    "...Ujian yang kedua: Ujian Kesetiaan." Suara itu akhirnya menyelesaikan kalimatnya, menggema di seluruh ruangan. Elara dan Valerian saling pandang dengan cemas. Kesetiaan. Apa maksudnya? Siapa yang harus mereka setiai? Dan apa yang akan terjadi jika mereka gagal? "Kesetiaan?" tanya Valerian, mengerutkan kening. "Apa maksud dari semua ini?" "Aku tidak tahu," jawab Elara, menggigit bibirnya. "Tapi aku merasa ini ada hubungannya dengan masa lalu kita." "Di depan kalian, terdapat sebuah cermin," lanjut suara itu. "Cermin itu akan menunjukkan kepada kalian masa lalu kalian. Kalian akan melihat semua kesalahan dan kegagalan yang pernah kalian lakukan. Kalian akan melihat semua orang yang pernah kalian khianati. Jika kalian berhasil menerima masa lalu kalian dan tetap setia pada diri sendiri dan pada satu sama lain, maka kalian akan lulus ujian ini. Tetapi jika kalian gagal, maka kalian akan terjebak di dalam masa lalu kalian selamanya." Elara menelan ludah. Ia merasa takut dan gu

  • Elara: Penjaga Lembah Sunyi   Ujian Keberanian

    Valerian mendekat dan mengamati batu itu dengan seksama. Ia tidak melihat atau merasakan sesuatu yang istimewa, tetapi ia mempercayai intuisi Elara. Ia tahu bahwa Elara memiliki hubungan yang kuat dengan alam dan kekuatan magis di sekitarnya. "Baiklah," kata Valerian. "Mari kita coba. Apa yang harus kita lakukan?" Elara memejamkan matanya dan berkonsentrasi. Ia mencoba merasakan energi yang terpancar dari batu itu, dan mencoba memahami makna dari simbol-simbol yang terukir di permukaannya. Setelah beberapa saat, ia membuka matanya dan berkata, "Aku tahu. Kita harus menyentuh batu itu bersama-sama, dan mengucapkan mantra yang pernah diajarkan oleh ayahku." Valerian mengangguk setuju. Ia berdiri di samping Elara dan menyentuh batu itu dengan tangannya. Elara mulai mengucapkan mantra dalam bahasa kuno yang terdengar asing dan misterius. Suara Elara mengalun seperti melodi kuno, dipenuhi dengan kekuatan dan keajaiban. Setiap suku kata yang ia ucapkan seolah beresonansi dengan energi

  • Elara: Penjaga Lembah Sunyi   Kuil yang hilang

    Saat Valerian menyelesaikan kalimatnya, pepohonan di sekitar mereka mulai bergoyang dengan lebih hebat. Angin bertiup semakin kencang, membawa serta aroma belerang yang menyengat hidung. Langit semakin gelap, tertutup awan hitam pekat yang menggantung rendah. Kilatan petir sesekali menyambar, menerangi hutan dengan cahaya pucat yang menakutkan. Tiba-tiba, dari arah depan mereka, munculah sesosok makhluk yang sangat besar dan mengerikan. Makhluk itu memiliki tubuh seperti manusia, tetapi tingginya mencapai tiga meter. Kulitnya tampak seperti batu bara yang membara, memancarkan panas yang luar biasa. Matanya adalah dua lubang api yang menyala tanpa henti, dan dari mulutnya keluar asap tebal yang berbau busuk. Ia memiliki otot-otot yang besar dan kuat, dan di punggungnya tumbuh sayap bergerigi yang terbuat dari obsidian. Di tangannya, ia menggenggam sebuah palu godam yang terbuat dari logam hitam dan berhiaskan tengkorak manusia. "Makhluk itu..." Elara berbisik, suaranya tercekat di

  • Elara: Penjaga Lembah Sunyi   Bayangan Masa Lalu

    Elara memejamkan matanya, pasrah pada nasibnya. Para pria bertopeng itu semakin mendekat, pisau-pisau mereka berkilauan di bawah cahaya rembulan yang masuk melalui celah-celah dinding gubuknya. Ia tahu, inilah akhir dari perjalanannya. Ia gagal melindungi artefak itu, ia gagal melindungi Lembah Sunyi, dan ia gagal membalas dendam atas kematian ayahnya. Namun, sebelum para pria bertopeng itu sempat menyentuhnya, terdengar suara teriakan yang memekakkan telinga. Para pria bertopeng itu berhenti, menoleh ke arah suara itu. Dari balik pepohonan, muncul sesosok pria yang berlari dengan kecepatan tinggi. Pria itu mengenakan pakaian serba hitam dan memegang pedang yang berkilauan. "Valerian!" seru Elara, matanya membulat karena terkejut. Valerian adalah sahabatnya sejak kecil. Mereka tumbuh bersama, bermain bersama, dan belajar bersama. Mereka saling percaya dan saling menyayangi seperti saudara kandung. Namun, Elara tidak pernah menyangka bahwa Valerian akan muncul di sini, di saat-

  • Elara: Penjaga Lembah Sunyi   Warisan dan Pengkhianatan

    Elara tertegun, menyaksikan makhluk mengerikan itu mengamuk di hadapannya. Pria bertopeng, yang tadinya tampak begitu mengancam, kini tampak ciut dan ketakutan. Makhluk itu, dengan raungan memekakkan telinga, menerjang pria bertopeng itu, mencabik-cabik jubah hitamnya dengan cakar-cakar tajamnya. "Apa... apa itu?" bisik Elara, matanya membulat karena terkejut. Makhluk itu terlalu fokus pada pria bertopeng untuk memperhatikannya. Elara, dengan hati-hati, mundur selangkah demi selangkah, berusaha menjauh dari pertempuran yang mengerikan itu. Ia tahu bahwa meskipun makhluk itu membantunya saat ini, makhluk itu tetaplah ancaman yang sangat besar. "Aku harus pergi dari sini," gumamnya pada dirinya sendiri. "Ini terlalu berbahaya." Namun, sebelum ia sempat melarikan diri, pria bertopeng itu berhasil melepaskan diri dari cengkeraman makhluk itu. Dengan gerakan cepat, ia melemparkan bom asap ke tanah. Asap tebal langsung mengepul, menutupi seluruh area. "Sial!" umpat Elara. Ia terba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status