Share

Intervensi

Intervensi(n); ikut campur

******

Cinta itu seperti pasir; Semakin digenggam maka Dia akan semakin menjauh.

Pahami dan mengerti keadaan Dia maka hatinya akan menjadi milikmu. Tidak perlu terburu-buru, nikmati segala proses yang ada.

"Aku ingin perjanjian itu diubah!"

Mereka datang atas permintaan Jackson. Pria itu memprotes tentang isi perjanjian yang telah dibuat oleh Max, sekretarisnya.

"Tidak, Aku tidak bisa mengubahnya."

"Kalian harus mengubahnya! Itu merugikanku."

Bagaimana pun juga, Jackson seorang pria dewasa yang ingin kebutuhan biologisnya terpenuhi.

Married without sex? Yang benar saja!

"Dia masih delapan belas tahun jika Kau lupa, J! Gadis itu terpaksa menyetujui tawaranmu karena Dia membutuhkan uang untuk biaya hidupnya. Berhenti membuatnya dalam situasi yang rumit."

"Berhenti menyebut usianya! Kau mengatakan itu seolah Aku benar-benar seorang pedofil, Sean!" Jackson tak kalah sinisnya. Pria itu tidak mau mengalah meski ketiga sahabatnya mati-matian membela Elenora, "Gadis itu sudah menjadi istriku! Tidak ada yang salah jika Aku menuntut hakku sebagai suaminya."

"Apa Kau mencintainya?" tanya Alexis.

Hening kemudian. Sepasang amber Jackson menatap tajam Alexis yang masih menuntut jawaban darinya.

Kumohon katakan tidak, Jackson.

"Cukup! Kalian tidak berhak mengintervensi urusanku dengan gadis itu! Selesaikan perubahannya malam ini! Aku ingin dokumen itu sudah ada di meja kerjaku besok pagi, Max."

Pria itu melenggang pergi namun Alexis menahan lengannya, "Mau kemana Kau? Kita belum selesai bicara, Jackson!"

"Bukan urusanmu! Minggir!"

******

Kamar ini terlalu mewah bagi gadis muda seperti Elenora. Rasa sepi itu kembali datang.

Ia memeluk tubuhnya sendiri. Merasakan dinginnya udara malam yang menusuk kulit hingga ke tulang-tulang.

Kenapa tiba-tiba Ia merindukan Jackson?

Tidak. Elenora tidak bermaksud kurang ajar dan meminta lebih atas kebaikan Jackson padanya.

Apa Elenora mulai jatuh cinta pada pria Hoffman itu?

Entahlah!

Gadis itu hanya seorang gadis polos dan naif.

Ia tidak pernah jatuh cinta pada seseorang. Jadi Elenora tidak tahu bagaimana rasanya.

'Berhenti meratapi nasibmu, Bodoh!'

Sevanya.

"Apa maksudmu?"

'Apalagi jika bukan menguasai harta Jackson lalu Kita bisa pergi dan membalaskan dendam Kita atas kematian orangtuamu, El!'

"Kau gila? Aku tidak mau! Jangan coba-coba melukai suamiku, Sevanya!"

Perdebatan Mereka masih berlanjut. Elenora tidak menyadari jika suaminya berada di sana semenjak sepuluh menit yang lalu.

"Siapa Kau sebenarnya .... Elenora?"

Jackson berjalan ke arahnya dengan langkah berbahaya. Pria itu telah berhasil memojokkan tubuh Elenora ke dinding.

Gadis itu memejamkan mata.

Namun Jackson tidak akan berhenti. Ia semakin menghimpit tubuh mungil itu dan mencengkeram tangan Elenora hingga si empunya meringis kesakitan, "Siapa Sevanya? Apa Kau dikirim oleh seseorang untuk membunuhku? Jawab, Elenora!"

"Tidak, Herr. Anda salah paham. Saya bukan gadis seperti itu!"

"Lalu? Kenapa Kau selalu bicara seorang diri dan terus menyebut nama Sevanya?"

"Itu karena ..."

Ya Tuhan, bagaimana ini? Haruskah Aku mengatakan yang sebenarnya jika Aku memiliki Alter Ego? Tapi Aku takut.

"Elenora."

Cengkeraman tangan Jackson mengendur saat melihat ekspresi kesakitan Elenora.

Dan semua berubah dengan cepat.

Jackson menghempaskan Elenora ke ranjang lalu menindihnya. Amber itu sudah berkabut oleh nafsu, Jackson kehilangan kendali ketika menatap tubuh mungil tak berdaya itu terpejam dibawahnya, Ia juga tidak segan merobek lingerie satin milik istrinya hingga membuat gadis itu berjingkat kaget.

Elenora menggeleng!

"Tolong lepaskan Saya, Herr."

"Berhenti menolak dan terima semua ini! Kau benar-benar membuat kesabaranku habis!"

Dan malam ini, Jackson telah mengambil sesuatu yang sangat berharga baginya, sesuatu yang telah lama Ia jaga dan Jackson tidak akan berhenti sebelum Ia mencapai kepuasannya sendiri.

******

Semenjak kejadian semalam, Elenora berjanji akan lebih berhati-hati dan mengatur kondisi dirinya supaya Jackson tidak mencurigainya lagi.

Gadis itu menjadi lebih pendiam pagi ini. Menjawab ucapan Jackson seperlunya tanpa menatap ke arah sang suami.

"Mulai sekarang Aku yang akan mengantarmu ke sekolah dan menjemputmu pulang."

"But Herr, Anda tidak perlu ...."

"Kau membantah perintah suamimu?"

Menunduk.

Pria diktator itu selalu bersikap sesuka hati. Mendekret seseorang untuk menuruti semua keinginannya, tidak peduli orang itu menyukainya atau tidak, Jackson tidak mau repot memikirkannya.

"Guten morgen, Darling."

"Kupikir Madre pulang ke Jerman."

Pria itu menyudahi sarapannya lalu beranjak pergi saat Frau Anna ikut bergabung di meja makan, "Aku selesai! Kutunggu di mobil!"

"Dimana sopan santunmu, Jackson? Duduk! Madre perlu bicara pada Kalian berdua."

Jika ada pilihan lain untuk menolak, maka Jackson akan memilihnya. Ini masih terlalu pagi hanya untuk berdebat dengan sang ibu.

"Bagaimana dokumen itu? Kau sudah menandatanganinya?"

"Belum. Aku sibuk! Madre, sebaiknya Kita bahas ini di kantor. Menantumu harus segera pergi ke sekolah sekarang, permisi."

Astaga, si bodoh itu benar-benar berperan sebagai suami yang bertanggung jawab sekarang.

Lalu Alexis datang. Wajahnya terlihat masam, "Frau, apa Jackson sudah setuju dengan rencana Anda? Saya akan berusaha membujuknya, Anda tidak perlu khawatir."

"Kupikir saat ini Jackson sedang menikmati waktu bersama istrinya."

"Tapi Frau ..."

"Kau tidak mendengarku, Alexis? Seharusnya Mereka pergi berbulan madu sekarang. Aku harus memberi Mereka hadiah pernikahan akomodasi liburan ke luar negeri." Wanita itu tersenyum tipis, "Kau tahu? Sudah lama Aku menginginkan seorang cucu dari putra brengsekku itu! Dan sepertinya, Elenora gadis pilihan Tuhan yang mampu menggantikan posisi Rachel dihati Jackson."

Tidak, Frau! Hanya Aku yang boleh menempati posisi istimewa dihati Jackson. Bukan Rachel atau gadis sialan itu!

******

Mereka telah sampai.

Perubahan sikap Jackson pagi ini membuat Elenora merasa bingung.

Elenora memalingkan wajah saat pria itu mendapatkan pelepasan pertamanya.

Mereka memang sepasang suami dan istri yang sah secara hukum tapi bagi Elenora, hubungan Mereka hanya tertulis diatas kertas. Jackson tidak pernah mencintainya.

"Berhenti menangis! Gadis cengeng sepertimu memadamkan gairahku!"

Adalah kalimat terakhir yang Ia dengar sebelum Jackson pergi meninggalkannya sendirian.

Di kamar yang luas nan mewah ini, Elenora meringkuk, memeluk tubuh telanjangnya seorang diri.

Jackson telah membuatnya seperti seorang jalang.

Tidak berharga dan bersikap kasar padanya lalu meninggalkannya saat puncak kenikmatan itu datang!

Ia terkesiap saat mendengar ucapan Jackson, "Tunggu sampai Aku datang, mengerti?"

Di depan semua murid, pria itu memberikan kecupan ringan pada bibir cherry yang menjadi candunya.

Dan hal itu mengundang teriakan histeris dari murid perempuan saat melihat adegan romantis tersebut.

Jackson sengaja melakukan itu karena Ia mendapat laporan bahwa Mereka telah memperlakukan istrinya dengan buruk di hari pertama Elenora masuk sekolah.

"H-herr, tolong hentikan! Mereka melihat Kita," protesnya.

"Kau tahu, satu kalimat yang keluar dari bibirmu akan menjadi penentu hidup Mereka jika Mereka berani mengganggumu lagi."

"Bagaimana Anda ..."

Lagi. Jackson mengecup dalam kening Elenora seraya berbisik, "Kau lupa jika menyandang status sebagai Frau Hoffman bukan perkara mudah? Tidak sulit bagiku mengetahui masalah sekecil ini karena dinding pun bisa berbicara."

Dan secepatnya Elenora harus mengatakan keadaan yang sebenarnya. Tentang Alter Ego yang Ia miliki.

******

Touch vote and like, please!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status