Share

6. Tawaran Rujuk

Diah langsung melengos setelah melihat Dion dan perempuan itu berdiri di hadapannya.

Talak karena nusyuz? Siapa yang selingkuh? Geram Diah dalam hatinya.

Rika yang justru maju ke hadapan kedua pengkhianat itu.

“Oh, istri lagi hamil diceraikan, jalan sama pelakor? Suami macam sih kamu?” teriak Rika memancing rasa ingin tahu orang sekitar mereka.

Dion tersentak, memandang nanar ke arah Diah yang sibuk menarik Rika dari area itu.

“Ayo Ka, ambil obat terus pulang,” bisik Diah jengah, orang-orang sudah memperhatikan mereka. Bahkan ada yang merekam lewat telepon seluler.

“Nanti dulu, aku belum puas, Di,” tolak Rika.

“Nggak usah cari ribut, Ka. Ayo pergi,” bisik Diah, tangannya sibuk menarik-narik sahabatnya.

Sejujurnya, dia sudah malas berurusan dengan Dion.

“Diah, benar kamu hamil?” Dion bertanya, dia pun berusaha melepaskan lengannya yang dibelit oleh Sari.

“Ya! istrimu yang baru kamu talak demi pelakormu itu tadi pagi, sedang hamil empat minggu!” Rika yang menjawab, sedangkan Diah sama sekali tidak mau melihat wajah Dion.

Suara bisik-bisik para pengunjung rumah sakit santer terdengar. Wajah’ Sari memerah karena hampir semua orang yang ada di sana mencibir ke arah dirinya.

“Oh, istri sama pelakor lagi hamil semua?”

“Padahal cantik istrinya, si pelakor cuma menang makeup aja.”

“Bisa ya nyakitin perempuan lain?”

“Kasihan istrinya.”

Sari tidak tahan digunjingkan. Dia berteriak membela dirinya.

“Itu perempuan diceraikan karena boros, tahu nggak!” serunya kesal. Dion menoleh ke arah Sari, wajahnya menahan kekesalan dengan keributan yang diciptakan oleh Sari

“Boros atau habis dimakan pelakor?” tanya Rika pedas.

“Nah bener, tuh!”

“Boros yang pakai anak istri, pelakor cuma maling!”

Sari gelagapan, kata-katanya malah jadi bumerang untuk dirinya sendiri. Sedangkan Dion gelagapan karena banyak juga yang menuding dirinya.

Diah yang sudah lelah, melangkah ke hadapan mereka.

“Kamu ingin suami saya? Ambil! Sampah memang pantas dengan ampas!” dengan sisa keberanian yang dimilikinya, Diah menyerang Sari.

Kemudian dirinya menoleh ke arah Dion. Senyum sinisnya terukir di bibir penuh miliknya.

“Kamu talak aku dengan alasan nusyuz? Padahal hanya untuk menutupi borokmu,” perkataannya keluar dari bibirnya, mencibir sang lelaki pecundang.

“Didi,” panggil Dion lemah. Didi adalah panggilan kesayangan Dion kepada Diah.

“Tenang saja, aku bersedia kamu cerai!” seru Diah. Orang-orang memberikan semangat pada dirinya.

Diah tidak peduli dengan reaksi para penonton. Dirinya langsung menarik tangan Rika, meninggalkan pasangan selingkuh itu.

Dion hampir menyusul kedua perempuan itu, tetapi ditahan oleh Sari.

“Kamu ke sini untuk mengantarkan aku periksa, Mas,” desis Sari tidak suka.

Dion menghela napas, jengkel dengan keadaan yang dihadapinya. Dengan terpaksa, diikuti kemauan kekasihnya itu.

Tetapi Dion seperti tidak mau meninggalkan Diah begitu saja. Setelah mendaftar ulang Sari di poli kandungan, memastikan kekasihnya itu sudah duduk tenang di kursi tunggu. Dia pun beranjak pergi.

“Mau kemana?” tanya Sari seraya mencekal lengan Dion erat.

Laki-laki berusia 40 tahun itu menghela nafasnya. Sepertinya dirinya harus bisa meminta kekasihnya untuk mengerti keadaan yang menjepit dirinya.

“Aku harus memastikan sesuatu dengan Diah,” dengan sabar, dijawabnya pertanyaan Sari.

“Tentang apa?” Sari masih bertahan dengan cekalannya pada lengan Dion.

“Dia hamil, sama dengan kamu. Aku harus memastikan keadaannya,” sergah Dion, menyentak cekalan tangan Sari. Memaksa perempuan itu melepaskan dirinya.

“Aku mau periksa,” Sari bersikeras menahan langkah Dion.

“Kamu masih antri, tunggu saja,” sergah Dion. Tanpa menggubris kemarahan kekasihnya, dirinya bergegas ke apotek. Dia yakin Diah dan Rika ada di sana.

Benar saja, dia melihat Diah yang duduk termenung sendirian. Entah kemana Rika berada.

Perlahan, Dion mendekati Diah, duduk di sampingnya yang memang kosong.

“Didi,” panggilnya lembut.

Diah menoleh, kemudian menghela nafasnya begitu tahu siapa yang memanggilnya. Kembali berpaling dari wajah yang kini tidak ingin dilihatnya.

“Ada apa?” tanyanya dengan suara datar.

Tidak ada lagi kesedihan, seperti tadi pagi yang dirasakan olehnya. Tidak sanggup untuk marah, karena dirasakannya itu semua tidak berguna.

Dia hanya sedang mempertimbangkan, apakah tetap hamil atau digugurkan.

“Kamu hamil anak kita?” tanya Dion dengan suara tercekat.

Diah mengangkat bahunya, dengan ekspresi wajah yang menampakkan bahwa dia tidak peduli.

Dion menghela nafasnya. Dia menyadari bahwa ibu dari kedua putrinya sedang marah kepadanya.

“Maaf, seharusnya tadi pagi tidak bicara kasar kepadamu,” Dion berkata pelan.

Tetapi Diah tidak meresponnya. Perempuan itu tetap memilih untuk tutup mulut. Tatapan wajahnya menerawang entah kemana.

“Sari hamil, aku harus bertanggung jawab,” kali ini dia memilih bicara jujur, bermaksud meraih kembali hati istrinya.

Diah hanya menganggukkan kepalanya tanpa kata. Dielusnya perut yang masih rata. Begitu tahu pacar Dion sedang hamil, semakin malas rasanya untuk mempertahankan janinnya.

Dion tersenyum melihat pergerakan tangan Diah. Tanpa sadar, dirinya mengulurkan tangannya ke arah perut perempuan berwajah ayu itu

Diah yang melihat gelagat Dion, segera menepis tangan lelaki itu.

“Kamu sudah menalakku, kita bukan mahram,” katanya tegas.

“Masih talak satu, Didi. Kita bisa rujuk,” sergah Dion. Dirinya kesal karena ditolak untuk menyentuh calon anaknya itu.

Diah tersenyum dingin. Kemudian mendengus, menyepelekan perkataan laki-laki tersebut.

“Kalau gitu aku yang akan menggugat cerai,” jawab Diah di sela senyum dinginnya.

Dion terperangah. Menatap Diah dengan ekspresi tidak percaya.

Belum sempat menjawab perkataan Diah, Rika datang dengan wajah marah.

“Ngapain kamu ke sini?” tanyanya dengan suara yang keras.

Dion menghela nafasnya. Belum selesai dirinya bicara dengan Diah, Rika sudah mengganggunya.

“Aku mau bicara dengan istriku, Ka,” jawab Dion dengan suara yang diusahakannya tidak mengganggu pengunjung lain.

Dia menyadari, bahwa diam-diam mereka jadi pusat perhatian untuk malam ini.

“Istri yang sudah ditalak,” sergahnya keras.

Awalnya Rika masih berharap sahabatnya bisa rujuk dengan sang suami. Tetapi kehadiran pelakor yang sudah hamil, membuatnya mengurungkan niatnya.

“Kami masih bisa rujuk,” bantah Dion, Diah menanggapinya dengan tatapan datar.

“Kamu ingin rujuk sama pecundang ini, Di?” tanya Rika memastikan.

Diah menggelengkan kepalanya. Dirinya langsung berdiri begitu namanya dipanggil oleh apoteker.

Suasananya terasa canggung saat Diah pergi ke loket obat. Rika tetap dalam posisi berdiri, melipat dadanya seraya menatap Dion tajam.

Suami Diah itu duduk sambil menundukkan kepalanya. Pusing dengan situasi yang sedang dialaminya.

Diah kembali dengan membawa sekantung vitamin dan suplemen untuk dirinya. Diraihnya tas selempang miliknya. Setelah memasukkan semua suplemen untuknya ke dalam tas, disampirkan ke bahunya.

Diacuhkannya Dion yang terus menatapnya intens.

“Sudah?” tanya Rika begitu dilihatnya Diah sudah tegak berdiri.

“Yuk, pulang Ka,” ajak Diah dengan ekspresi yang sudah tenang.

Mereka pergi meninggalkan Dion begitu saja.

“Di, kita belum selesai bicara,” Dion bergegas mengejar kedua perempuan itu. Tetapi tidak diacuhkan oleh keduanya.

Laki-laki berkulit eksotik itu meraih lengan Diah begitu dapet mensejajarkan langkahnya terhadap sang istri. Mau tidak mau kedua perempuan itu menghentikan langkah mereka.

“Ada apa lagi?” tanya Diah kesal.

“Kita belum selesai bicara,” Dion ngotot berbicara.

“Tentang apa?” datar suara Diah bertanya.

“Kehamilanmu,” Dion terus memaksa.

“Ada apa dengan kehamilanku?”:tanya Diah datar.

“Kita harus rujuk, tetapi ijinkan aku menikah dengan Sari. Dia juga sedang hamil anakku,” Dion berusaha membujuk Diah.

“Silahkan tanggung jawab pada perempuan itu,” sergah Diah, menjawab penjelasan laki-laki itu.

“Iya, aku harus bertanggung jawab pada kalian berdua,” Dion masih terus memaksa.

“Memangnya aku mau hamil?” sarkas Diah.

Dion menatap istrinya dengan waspada.

“Apa maksudmu?”

Namira P

Selamat sore, semoga pembaca suka dengan tulisanku

| 1
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sukaesih
kadang banyak crita yg ga di kelarin
goodnovel comment avatar
Arianto Chen Tan
dasar laki2 setan, smoga gundiknya hamil anak laki2 lain
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status