Share

4 – LITTLE STORY OF FLOWIE

“Kalian bekerja sangat baik hari ini. Omset kita naik hingga 40% dari biasanya. Kalian boleh pulang dan beristirahat," kata Bobby mengakhiri briefing malam itu.

Jam menunujukan pukul 11.30 malam. Flowie dan karyawan lain tampak kelelahan. Bagaimana tidak, di akhir pekan seperti ini, jumlah konsumen meningkat dan seperti yang sudah dijelaskan tadi, Rosetta adalah restoran yang diminati. Ya. Rosetta, satu-satunya Restoran ala Spanyol yang ada di kota ini.

“Apa kau besok jadi off Flow?” tanya Erica saat mereka mengambil tas dan barang-barang lainnya di loker.

“Ya. Aku akan pergi dengan Tyo," jawab Flowie dengan senyuman sumringahnya.

“Enak sekali kau dapat jatah off saat gajian,” lanjut Erica sambil memanyunkan bibirnya yang membuat Flowie tertawa.

===

Flowie memasuki rumahnya, sebuah rumah yang kecil dan sempit yang hanya ditempati oleh Flowie, Ibu, adik perempuan laki-lakinya. Dulunya, keluarga ini memiliki kehidupan yang lumayan. Ayahnya, Nichollas Hillebrand, seorang Insinyur Pertambangan yang bekerja sebagai Chief Operational di perusahaan asing yang bergerak di pertambangan. Namun 14 tahun yang lalu, bagaikan mimpi buruk, ayahnya terkena kanker lever stadium akhir.

Keuangan mereka semakin lama semakin terkuras, karena pengobatan ayahnya. Sampai suatu hari mereka harus pindah ke rumah sempit dan kecil ini, karena rumah mereka juga harus dijual. Walaupun pada akhirnya, ayahnya tetap harus pergi meninggalkan mereka tepat 12 tahun yang lalu saat Flowie berumur 11 tahun.

“Apakah Tyo belum pulang juga?” tanya Flowie pada Natalie, adik perempuannya yang hanya berjarak 2 tahun darinya, segera setelah dia meletakkan tas selempangnya di kursi.

“Belum. ponselnya juga tidak aktif. Apa sebaiknya kita cari saja?” tanya Natalie yang dari tadi tidak memalingkan wajahnya dari sulamannya.

“Ha. Bocah itu. Ck!” decak Flowie sebal sambil berkacak pinggang.

Nandityo atau biasa dipanggil Tyo adalah adik lelaki bungsu Flowie. Adik laki-laki yang suka kabur dari rumah. Semenjak kepergian ayah mereka, ibu mereka sibuk mencari uang untuk membesarkan mereka. Karena itu, Tyo yang merasa kurang perhatian, semenjak SMP memiliki sifat yang sedikit sensitif. Kalau saja ibu atau Flowie memarahinya karena suatu hal, dia langsung pergi dari rumah entah ke mana.

“Aku mau ke kebun,” ujar Flowie sambil bergegas menuju menuju pintu keluar.

“Kau tidak makan dulu?” tanya Natalie kini menolehkan wajahnya kepada Flowie.

“Aku masih kenyang,” jawab Flowie singkat.

Natalie memandang iba kepada sang kakak. Setelah tamat SMA, Flowie langsung terjun ke dunia kerja untuk membantu kehidupan mereka dan juga menyekolahkan Tyo. Bahkan dia menjalani dua pekerjaan sekaligus. Dia tidak melanjutkan kuliah walaupun beasiswa bisa dia dapatkan, karena dia merasa kasihan pada ibunya yang menjadi tulang punggung mereka. Dia memutuskan untuk membantu ibu dan adik-adiknya. Sedangkan Natalie, Flowie memaksanya kuliah. Dengan beasiswa, Natalie bisa melanjutkan kuliahnya sekarang.

Untungnya sang ibu, Annabelline, memiliki hobi dan keahlian mengurus bunga, sekarang ibunya memiliki usaha menjual bunga dan bibit-bibit tanaman. Dia memiliki kebun bunga di pinggir jalan. Jangan bayangkan sebuah kebun bunga yang megah, itu hanya kebun sederhana yang dipenuhi dengan bunga-bunga hidup. Di tengah-tengah kebun ada sebuah toko kecil, sederhana namun cantik dan rapi. Annabellin sungguh ahli dalam mendekorasi kebunnya. Bahkan dia bisa membuat buket bunga untuk pengantin, sesuai selera konsumen.

Flowie menghentikan langkahnya, tepat di seberang kebun bunga ibunya. Dia menatap plat di depan kebun itu. "Flowie Flower" bacanya dalam hati. Tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi sedih. Ini adalah satu-satunya tanah peninggalan ayahnya untuk mereka yang masih tersisah. Dari sinilah Annabelline mencari uang untuk membesarkan anak-anaknya. Kebun itu terletak di simpang jalan yang hanya berjarak 200 meter dari rumah mereka. Flowie bergegas melangkahkan kakinya menyebrangi jalan menuju kebun kecilnya.

“Kau sudah pulang?” tanya Anna ketika melihat Flowie yang menarik pintu pagar yang cukup tinggi untuk menutup kebunnya. Ya. Sudah saatnya kebun ini tutup. Jam sudah menunjukan pukul 10 malam.

“Sudah,” jawab Flowie datar.

“Tyo sudah pulang?” tanya Anna lagi masih sambil merapikan bunga.

Flowie Mendengus kesal. Tiba-tiba dia teringat akan Tyo.

“Aku akan mencarinya besok. Akan kuhajar dia,” katanya sambil menarik pintu pagar sebelahnya lagi. Kini pintu pagar itu hampir tertutup dan hanya menyisakan cela sebesar badannya untuk keluar masuk.

“Aku akan mencari sekarang. Kau pulanglah deluan temani Natalie,” kata Annabelline kini melepaskan celemek yang melekat pada tubuhnya.

“Sudahlah, ma. Ini sudah jam 10 malam. Aku saja yang cari. Besok siang setelah pulang dari Sport Corner aku akan mencarinya,” kata Flowie kini melilitkan rantai di pagar.

“Tapi sudah 2 hari dia tidak pulang Flow!” seru Annabellin.

“Apa mama lupa, dia pernah pergi 1 minggu waktu dia masih kelas 1 SMA. Dan kita menemukannya sedang mabuk berat di club bersama teman-temannya yang orang kaya itu,” kata Flowie tak kalah berseru kepada ibunya.

Ya. Waktu itu pagi-pagi buta Flowie dapat telpon dari Risca, tetangga sebelahnya yang bekerja di Axel Club, dan mengatakan bahwa dia menemukan Tyo yang sudah sangat mabuk.

“Baiklah. Ayo kita pulang,” kata Anna akhirnya menyetujui dan kemudian Flowie menggembok pagar itu.

===

Suasana Sport Corner tidak terlalu ramai, padahal jam masih menunjukan pukul 2 siang dan ini memberi keuntungan kepada Flowie untuk berpikir keras kemana dia akan mencari Tyo setelah ini. Sport Corner adalah toko peralatan olahraga yang paling besar di kota ini. Mulai dari pakaian, sepatu bahkan alat-alat olahraga semuanya ada dijual di Sport Corner. Flowie telah bekerja di toko ini kurang lebih 1 tahun terakhir.

Seperti janjinya, siang ini Flowie akan mencari adiknya, Tyo. Sebenarnya Flowie sama sekali tidak tau harus mencari Tyo kemana. Dia bahkan tidak mengenal teman-teman Tyo. Setelah mendatangi beberapa club dan tempat-tempat billiard, Flowie berhenti untuk istirahat sebentar. Dia duduk di sebuah bangku panjang, di pinggir jalan. Beberapa bus kota melewatinya, dan tampak anak-anak sekolah berlari. Ya. Sekolah. Seharusnya Flowie mencari ke sekolahnya.

Bell sekolah SMA Glofiny berbunyi tepat jam 4 sore, menandakan waktunya pulang. Flowie yang sedari tadi berdiri di bawah pohon dekat gerbang sekolah itu, mulai siap-siap. Sekolah Glofiny termasuk salah satu sekolah terbaik di kota mereka. Tambahan pelajaran atau ekstrakulikuler membuat murid-murid di sekolah ini bisa seharian penuh berada di sekolah.

Flowie dan Natalie juga tamatan dari Glofiny. Bedanya, Flowie dan Natalie mendapatkan beasiswa sehingga bisa sekolah di situ, sedangkan Tyo, Flowie yang menyekolahkannya di Glofiny, karena Tyo tidak terlalu pintar untuk mendapatkan beasiswa seperti Flowie dan Natalie.

Tyo keluar dari gerbang sekolah dengan temannya yang mengendarai motor Ninja. Tiba-tiba saja motor itu berdecit mengerem ketika Flowie berlari kedepan motor tersebut dan memegang kepala motornya.

“Turun Tyo!” perintah Flowie tegas menatap Tyo yang duduk di boncengan terkejut bukan main melihat aksi sang kakak.

“Sekarang!” sambung Flowie lagi dengan nada naik satu oktaf.

Spontan Tyo turun dari motor Ninja dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Edward, teman Tyo yang yang membawa motor tersebut hanya melongok bingung dan kemudian dia pamit setelah mendapat kode dari Tyo.

Flowie masih memandang adiknya yang dari tadi salah tingkah dalam diam.

“Kenapa kakak bisa sampai disini?” tanya Tyo akhirnya bersuara setelah keheningan yang cukup lama.

Flowie hanya memandangi adiknya yang masih menunduk.

“Apa kau Lapar?” tanya Flowie yang spontan membuat Tyo mengangkat kepalanya dan menatap Flowie bingung.

“Ha?” tanya Tyo memastikan bahwa dia tidak salah dengar.

“Ayo kita makan. Ini sudah sore. Aku bahkan tidak bisa memarahimu sankin laparnya,” ucap Flowie kini menarik tangan Tyo yang masih bengong kebingungan.

Oh tidak! Apakah ini tanda-tanda bahwa Tyo akan segera dibantai oleh Flowie?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status