Share

6. Para Idola

Bel istirahat telah berbunyi. Para murid segera bersiap-siap keluar sebelum Pak Mamat yang bertugas mengunci semua kelas, keburu datang.

 

Belum lima menit Pak Joko keluar dari pintu, terlihat sudah banyak cewek dari berbagai penjuru kelas berdatangan, berdesakan meneriaki nama Kenn dan Tomi.

 

Saat Kenn dan Tomi berjalan hampir sampai pintu, tiba-tiba para cewek itu memisah menjadi dua kelompok dan berebut mendekati mereka. Membuat dua lingkaran mengelilingi Kenn dan Tomi.

 

Aku dan Dara hanya bisa diam—masih di tempat kami duduk—memperhatikan dari jauh.

 

"Liat tuh, Frel. Fans Kenn lebih banyak ketimbang Tomi. Kalah saingan tuh anak," bisik Dara. Aku terkikik geli.

 

Kalau mau jujur, para cewek yang mengelilingi Kenn memang lebih banyak ketimbang Tomi.

 

"Emang pesona Kenn nggak ada yang bisa ngalahin. Benar-benar gantengnya level dewa," ucap Dara, menatap kagum Kenn. Aku hanya diam tak membalas ucapan Dara.

 

Jika mau lebih diamati lagi sih, ada benarnya juga kata Dara. Kenn memiliki rahang tegas, tinggi, hidung mancung, alis tebal, mata tajam, wangi dan jangan lupakan tubuh atletisnya.

 

Sebenarnya sih, aku masih penasaran sama perut six pack nya, hihihi.

 

Tapi Tomi juga cowoknya nggak kalah wangi kok. Biasalah, parfum orang kaya mah nggak usah diragukan lagi. Tomi juga tampan, keren, hidung mancung dan murah senyum.

 

Yang membedakan keduanya, meskipun postur tubuh Tomi tinggi—standarnya anak basket—Kenn jauh lebih tinggi.

 

Aku tebak Tomi tingginya sekitar 175cm, sedangkan Kenn tingginya 185cm hampir sama dengan tinggi Kak Kevan.

 

Kenn cuek, sedangkan Tomi matanya selalu jelalatan tiap ada cewek bening sedikit aja. Tubuh Tomi cenderung agak kurusan, berbeda dengan tubuh Kenn yang proporsional. Tomi orangnya ramah, sedangkan Kenn sudah kasar, galak lagi.

 

"MINGGIR!"

 

Tuh kan, kumat lagi. Apa aku bilang?!

 

"Tapi gue ke sini mau kasih lo kue, Kenn."

 

"Gue juga mau kasih lo cokelat, Kenn."

 

"Ambil punya gue aja. Dijamin enak banget."

 

"Bohong itu Kenn, enakan bekal gue. Gue masakin khusus buat lo."

 

"Ambil ini aja, Kenn."

 

"Jangan, Kenn. Ambil punya gue aja."

 

Terlalu banyak cewek yang mengelilinginya dengan suara-suara bersahutan, entah suara siapa. Kepala ini rasanya mau pecah saking berisiknya.

 

Tiba-tiba mereka terdiam saat Kenn memberikan tatapan tajam. Sorot matanya begitu dingin dan menakutkan. Seketika nyali semua cewek pada ciut.

 

"Apa kurang jelas?" Kenn menyapu pandangan setiap cewek yang ada di hadapannya. "Minggir sebelum kesabaran gue habis. GUE BILANG MINGGIR!!"

 

Astaga, Kenn! Cowok ini galaknya benar-benar nggak ada yang nandingin.

 

Para cewek langsung pucat pasi dan segera memberikan jalan, sedangkan Tomi sudah mendapatkan apa yang dia mau. Semua pemberian fans nggak luput dari genggamannya.

 

Dari dulu Tomi nggak pernah nolak pemberian cewek. Katanya ia nggak pernah tega melihat kekecewaan di wajah mereka.

 

Huh, alasan!

 

Padahal tiap cewek yang ia putuskan secara sepihak, banyak yang nangis dan meraung-raung minta balikan.

 

Aku berlari mendatangi Tomi. "Tom, doain gue, ya. Semoga Kak Kevan nggak bentak gue kayak cowok gila di kelas kita," ucapku sinis sambil melirik cowok brengsek yang ada di sebelah Tomi.

 

Kenn hanya diam, cuek menanggapi sindiranku.

 

Tomi menggenggam lenganku. "Ngapain lo ke sana? Ikut gue aja. Kita ke kantin bareng, gimana? Gue traktir."

 

Mataku langsung berbinar-binar mendengar kata "traktir".

 

Tomi memang sangat tahu kelemahanku. Kalau sudah urusan gratisan, aku paling doyan dan semangat. "Emm, mau sih. Tapi—"

 

"Udah, nggak usah ada kata tapi-tapian. Kita ikutan aja Frel, mumpung gratis loh," potong Dara. Halaah, bilang aja karena ada Kenn.

 

"Jadi, gimana?" tanya Tomi sekali lagi.

 

"Kalo nggak mau nggak usah dipaksa, Tom. Entar malah ngelunjak," sahut Kenn. Nyelekit. Aku menatapnya sengit.

 

Sabar Frel, sabar, jangan kepancing.

 

Aku kembali menatap Tomi. "Sorry, Tom. Gue kayaknya belum bisa, deh. Lain kali aja, ya?" Sebenarnya berat banget nolak. Kan sayang bisa irit uang jajan. "Gimana kalo besok? Mau, ya, ya...?" Aku berkedip sambil memohon, menyatukan kedua tanganku. Tak lupa juga aku tersenyum manis.

 

Biasanya kalau sudah begini siapa pun nggak akan sanggup menolakku, termasuk Tomi.

 

"Ya, udah, sana gih pergi. Besok gue traktir lagi," jawab Tomi sambil tersenyum lembut.

 

Yeay ... kuangkat kedua tanganku ke atas.

 

Aku senang banget, saking senangnya kutarik leher Tomi ke bawah supaya menunduk dan kukecup pipi kanannya. Kenn melotot, sedangkan Tomi tergelak di tempat.

 

Kalian jangan mikir yang aneh-aneh!

 

Kalau lagi senang banget kayak gini, sudah menjadi kebiasaanku, kalau nggak meluk, pasti kukecup semua orang terdekatku. Di sini bukan asal orang, tapi hanya untuk orang yang membuatku nyaman dan kukenal.

 

***

 

Aku berjalan cepat ke ruang kelas Kak Kevan. Kutarik paksa Dara untuk ikut denganku. Tak kuhiraukan Dara yang sedari tadi protes dan marah-marah nggak jelas.

 

Selain keren, ganteng, cool, wangi, hidung mancung, mata yang indah, selalu bersikap tenang, dan mempunyai senyuman yang memikat, Kak Kevan juga orangnya selalu ramah kepada siapa aja.

 

Dari kejauhan aku melihat banyak cewek yang berada di depan pintu kelas XII IPA 1. Kupercepat lagi jalanku, bahkan saat ini aku sudah melepaskan genggaman tangan Dara dan memilih berlari lebih dulu ke arah kerumunan itu.

 

Aku melihatnya. Di sana, di tengah kerumunan cewek. Kak Kevan berdiri bingung melihat cewek-cewek di sekitarnya menyebut namanya dengan semangat membabi buta.

 

Kak Kevan menghela napas pasrah. Ia hanya tersenyum dan mencoba meminta semua minggir dengan nada sopan. Namun, bukannya mendapat jalan keluar, para cewek itu malah berteriak histeris dan semakin mendekat.

 

"Kevaaan, lama kita nggak ketemu. Lo makin cakep aja, sih."

 

"Kak Kevaaaaan, i miss youuuuu."

 

"Kev, gue mau dong jadi pacar lo."

 

"Kak Kevan, liat kemari dooong."

 

Dan, bla, bla, bla....

 

Layaknya artis yang dikerubungi para penggemar, bahkan fans Kak Kevan jauh lebih banyak ketimbang fans Kenn dan Tomi. Barangkali karena dari awal Kak Kevan sudah menjadi idola di sekolah ini, makanya pengagumnya pada berjubel. Sementara Tomi dan Kenn masih baru sehingga banyak cewek yang belum tahu. 

 

Aku sampai melongo. Gimana caranya menerobos?

 

Badan kecilku ini rasanya mustahil bisa menembus ke dalam dengan keadaan selamat.

 

Kasihan Kak Kevan, nggak punya jalan keluar. Aku harus gimana, ya?

 

Aha! Aku tahu.

 

"KAK KEEEVAAAAAN!!!" teriakku super kencang.

 

Kukeluarkan seluruh tenaga untuk meneriakkan namanya. Sampai-sampai Dara yang baru datang dan cewek-cewek di dekatku kontan menutup telinga dan menatapku aneh. Dikira mungkin aku sudah gila. Tapi apa peduliku?!

 

Sekali lagi aku berteriak keras kayak orang kerasukan dan melompat-lompat sambil melambaikan tanganku ke atas. Kak Kevan melihatku, ia tersenyum lebar ke arahku.

 

Secara perlahan, para cewek menoleh mengikuti arah pandang Kak Kevan. Semua tertuju padaku. Kesempatan ini digunakan Kak Kevan untuk menerobos ke luar dengan mudah.

 

"Hai, Kak Kevaaan...," sapaku ceria.

 

Kak Kevan membalasku dengan senyum lembut dan mengacak rambutku gemas. Kemudian Kak Kevan menggenggam tanganku, mengajakku berjalan menjauh menuju kantin.

 

Aku melongo tak percaya. Ini bukan mimpi, kan?

 

Aku memandang ke bawah, ke arah tangan kami yang saling bertautan. Tak lama setelah aku tersadar, aku tersenyum dan segera menggenggam balik tangan Kak Kevan tak kalah eratnya.

 

Jangan tanyakan bagaimana reaksi para cewek yang ada di belakang kami. Yang jelas, terdengar mereka berteriak lebih histeris lagi, mengumpat lebih gila lagi, merasa tak terima, atau mugkin sebentar lagi akan muncul dendam kesumat lainnya yang ditujukan khusus untukku.

 

Tapi sekali lagi, apa peduliku?!

 

...........................***..............................

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tami Andriani
lope lope dehh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status