Share

Fated
Fated
Author: Cassia

Chapter 1

New York City, 2016.

Aku menatap salju dari balik jendela. Air mata menetes di pipiku. Salju membawa kenanganku kembali, dan membuat hatiku menangis.

Aku tidak tahu siapa orang tuaku. Mereka meninggalkanku di depan pintu sebuah panti asuhan pada malam natal dengan namaku dan tanggal lahirku, yang mereka tulis di selembar kertas.

Hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku punya satu keinginan jauh di dalam hatiku. Aku berharap suatu hari nanti Aku bisa bertemu dengan mereka dan Aku ingin bertanya mengapa mereka tega melakukan itu kepadaku.

“Semuanya segera berkumpul!”

Aku terbangun dari lamunanku dan menghapus air mataku. Aku dan teman-teman sekerjaku segera berjalan mendekat dan berdiri menghadap manajer kami.

Namanya adalah Linda Blonde. Umurnya 28 tahun. Dia memiliki tubuh seksi dengan rambut pendek bewarna pirang. Aku tidak tahu mengapa dia sangat membenciku. Dia tidak pernah lelah memarahiku sepanjang waktu.

Aku bekerja sebagai seorang pelayan restauran di sebuah hotel bintang lima di kota New York. Aku sudah bekerja di tempat ini selama 3 minggu.

“Dengarkan Aku baik-baik. Bos kita, Vincent Gray. Dia akan makan malam disini. Kita harus melayani dia dengan baik. Jika ada dari kalian yang berani membuat masalah, Aku akan segera memecatnya!” Linda berkata sambil memelototiku.

“Iya, Bu,” kami semua menjawab dan membungkuk dengan sopan.

Linda lalu berjalan meninggalkan kami dengan arogan kembali ke ruang kerjanya.

“Ya, Tuhan! Vincent Gray akan kesini! Aku telah melihat fotonya. Dia sangat tampan dan seksi,” teman sekerjaku berkata.

“Dia juga sangat kaya raya. Aku telah membaca artikel tentang dia. Dia adalah pemilik hotel ini dan dia juga memiliki perusahaan properti. Umurnya 28 tahun, dan dia sangat cerdas. Ya, Tuhan! Aku berharap bisa menjadi istrinya,” teman sekerjaku yang lainnya berkata.

“Apa yang kalian lakukan disana! Segera kembali bekerja! Sekarang juga!

Kami menoleh dengan terkejut dan kami melihat Linda sedang memelototi kami dengan wajah marahnya. Kami segera berpencar untuk kembali bekerja.

 “Angela! Berhenti disana!”

Aku menghentikan langkahku saat Linda berteriak kepadaku. Aku menghela nafas, lalu berbalik.

Dia berjalan mendekat dan berdiri di depanku. “Dengarkan Aku! Aku tidak ingin kamu membuat masalah dan mempermalukanku di depan bos kita. Jangan pernah menunjukkan wajahmu. Diam saja di dapur. Mengerti!” dia berkata sambil memelototiku.

Aku hampir tidak bisa mempercayai apa yang baru saja Aku dengar dan Aku merasa lega. Aku sangat takut membuat kesalahan di depan bosku  dan Linda akan dengan senang hati memecatku.

“Iya, Bu!” Aku menjawab dengan senyum ceria di wajahku.

Dia bingung melihatku senang. Dia lalu mencibir kepadaku. “Kamu boleh pergi sekarang!”

Aku membungkuk sopan dan meninggalkannya untuk kembali bekerja.

******

Aku sedang duduk di dapur sambil menyandarkan punggungku ke kursi. Aku merasa sangat lelah. Linda memberikanku banyak pekerjaan sejak pagi. Aku lalu berdiri untuk mengambil minum.

Aku terkejut saat Aku melihat Jessica berjalan masuk ke dalam dapur.

“Angela! Apa kabar? Senang bertemu kamu lagi," dia berkata dan memelukku.

Dia yang menawariku untuk bekerja di tempat ini. Kami pertama kali bertemu saat Aku sedang mencari pekerjaan. Sejak itu, kami tidak pernah bertemu lagi. Aku telah meneleponnya berkali-kali, tapi ponselnya selalu tidak aktif.

Dia melepaskan pelukannya dan melihat ke mataku. “Apakah kamu senang bekerja disini?”

Aku tidak tahu harus berkata apa jadi Aku hanya berusaha tersenyum kepadanya.

Dia tersenyum balik kepadaku. “Aku tahu kamu akan senang bekerja di sini.”

Dia tiba-tiba memegang tanganku. “Ayo, ikut Aku.”

“Tunggu! Kamu mau bawa Aku kemana?” Aku bertanya saat dia menuntunku keluar dari dapur.

Kami menghentikan langkah kami, menghadap meja makan. Seorang pria memakai jas hitam sedang duduk disana dengan matanya tertuju ke padaku. Dia memiliki rambut pendek bewarna coklat dan mata biru yang sangat indah.

Jantungku tiba-tiba berdebar kencang, dan Aku tidak bisa berkedip menatap wajahnya yang sangat tampan.

“Bos, ini Angela Lee. Dia adalah gadis yang kuceritakan padamu,” kata Jessica sambil tersenyum.

Aku terkejut ketika Aku mengetahui bahwa dia adalah bosku.

Dia memberiku senyumnya yang tampan dan meletakkan jari telunjuknya di bibirnya. Jantungku berdetak semakin cepat dan semakin cepat ketika matanya yang penuh nafsu menjelajahi seluruh tubuhku. Matanya seolah memberitahuku bahwa dia sangat ingin menikmati setiap inci diriku. Tiba-tiba aku merasa takut padanya. Aku menghindari matanya dan melihat ke bawah.

“Kamu benar. Dia sama cantiknya dengan bidadari," katanya dengan suara serak.

Aku mengangkat wajahku untuk menatapnya. Aku menahan napas ketakutan saat melihat matanya yang mendominasi mencengkeram mataku.

Jessica tersenyum padanya. Dia tampak lega setelah mendengar apa yang dikatakan bos kami.

Aku melihat Linda dan rekan-rekan kerjaku yang berdiri tidak jauh dariku, menatapku dengan mata marah dan cemburu seolah-olah mereka ingin memotong tubuhku menjadi potongan-potongan kecil.

Bosku lalu meminum anggurnya dan bangkit dari kursinya. "Angela, bawa tasku bersamamu," katanya tanpa menatapku. Lalu dia berjalan menuju ke pintu keluar.

Aku berdiri diam dalam kebingungan dengan mulut tertutup.

“Kenapa kamu masih berdiri di sini? Ambil tasnya sekarang!” Jessica berkata, meninggikan suaranya.

“Y-ya,” jawabku gugup. Aku segera mengambil tas kerja mewah berwarna hitam yang ada di kursi makan dan berlari mengejar bosku.

Aku mengatur napas saat aku berdiri di belakangnya. Kami sedang menunggu lift. Pintu lift terbuka dan tidak ada orang di dalam. Kami kemudian berjalan masuk ke dalam lift.

Aku berdiri di belakangnya saat dia menekan tombol lift ke lantai paling atas. Dia tidak mengatakan apapun, hanya berdiri diam sambil menatap pintu lift.

Aku menggigit bibirku dan memejamkan mataku. Aku terus berkata kepada diriku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dia tidak akan melakukan hal buruk padaku. Dia hanya memintaku untuk membawakan tasnya.

Aku membuka mataku, dan aku merasa waktu telah berhenti berdetak. Ketakutan dan keheningan mencengkeramku, membuat jantungku berdetak kencang.

Aku kemudian menatapnya dengan seksama. Dia memiliki tubuh yang sempurna. Dia sangat tinggi. Tinggiku hanya mencapai bahunya. Aku mencium bau cologne-nya di hidungku. Baunya sangat harum; Aku menyukainya.

Pintu lift terbuka, dan dia berjalan keluar. Aku segera mengikutinya sebelum pintu itu tertutup.

Dia berhenti di depan pintu sebuah Penthouse. Dia mengambil kartu dari saku jaketnya dan membuka pintu itu. Dia berjalan masuk tanpa mengatakan apapun kepadaku, membiarkan pintu terbuka.

Aku berdiri diam; Aku terus bertanya pada diriku apa yang harusku lakukan. Aku takut untuk masuk ke dalam dan Aku tidak mau.

"Angela, masuklah. Taruh tas itu di atas meja," dia berkata dari dalam ruangan.

“Y-ya, Pak,” jawabku.

Aku menarik napas dalam-dalam dan memaksa kakiku untuk berjalan masuk.

Aku hampir tidak percaya apa yangku lihat ketika Aku berada di dalam ruangan. Penthouse ini sangat indah, besar, dan mewah. Ada tiga kamar tidur mewah, tiga kamar mandi, dua kamar rias, perpustakaan, dapur, ruang makan, dan ruang tamu yang berfungsi ganda sebagai ballroom.

Dan ada juga kolam renang dengan taman luar ruangan yang sangat indah. Aku bisa melihat seluruh Kota New York dengan lampu-lampu indahnya dari jendela kaca besar di ruangan ini.

Di sini hangat, meskipun di luar sedang turun salju. Aku tersenyum melihat pohon Natal yang indah di samping perapian.

"Apa kamu suka tempat ini?"

Aku berbalik dengan terkejut. Aku melihat bosku sedang duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. Jari telunjuknya berada di bibirnya sementara matanya tertuju ke mataku.

Aku ketakutan melihat caranya menatapku. Aku menghindari matanya dan segera meletakkan tas di tanganku ke atas meja.

Aku berjalan dan berdiri menghadapnya. “Pak, apakah ada lagi yang bisa Aku bantu?” Aku bertanya dengan sopan.

"Katakan padaku. Berapa banyak kamu ingin di bayar? Aku menginginkanmu sekarang," katanya sambil terus menatapku.

Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Aku merasa sangat sedih dan terhina. Aku mencoba yang terbaik untuk tidak menangis.

“Aku minta maaf Pak. Aku bukan wanita seperti itu. Jika Anda tidak lagi membutuhkan bantuanku, maka Aku akan kembali bekerja, ”kataku dan membungkuk dengan sopan.

Dia tiba-tiba berdiri dari sofa, meraih lenganku, dan membawaku ke tempat tidur.

“Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!” kataku dengan panik.

Jantungku hampir berhenti berdetak saat dia membaringkan tubuhku dengannya di atasku. Dia melepas dasinya dan mengikat kedua tanganku dengan itu ke kepala tempat tidur. Dia dengan paksa membuka kancing bajuku dan melepas braku.

Aku terus meronta untuk melepaskan diriku tapi Aku tidak bisa.

Aku menahan napas kesakitan saat tangannya meremas payudaraku dengan erat sementara mulutnya mengisap dan menjilat putingku dengan rakus. Nafas nafsunya di kulitku. Aku merasakan p*nisnya yang keras di pahaku.

Dia kemudian memindahkan tangan kanannya dari payudaraku ke bawah rok pendekku. Tangannya merayap naik ke pahaku dan menyelip di bawah celana dalamku dan memainkan jarinya di sekitar pintu masukku.

“Tolong hentikan. Tolong... aku takut,” kataku sambil menangis. Aku merasa sangat tidak berdaya, tubuhku terus bergetar.

Dia berhenti memperkosaku ketika dia melihat air mataku. Dia berjuang untuk mengendalikan nafsunya sambil terus menatap mataku.

“Mengapa? Mengapa kamu tidak ingin melakukan ini? Aku akan memberikanmu banyak uang dan semua yang kamu inginkan,” katanya dalam kebingungan sambil mengatur napasnya.

“Aku tidak menginginkan uangmu. Tolong... lepaskan aku. Aku mohon,” kataku dengan isak tangis.

Dia terdiam melihatku menangis; Aku melihat kesedihan di matanya. Aku terkejut saat dia dengan lembut menyeka air mata di pipiku.

Dia kemudian melepaskan ikatanku dan turun dari tempat tidur. Dia berjalan menjauh dariku, tanpa mengatakan apapun.

Aku segera bangun dari tempat tidur, mengancingkan bajuku sambil berlari keluar kamar, menahan kesedihan dan ketakutanku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status