Share

Chapter 10 - Misunderstanding

Ding…dong…

Terdengar suara bel rumah yang nyaring. Dengan sigap Charlotte beranjak dari sofa, lalu membuka pintu rumahnya. Namun, orang yang menekan tombol belnya adalah petugas dari Badan Intelijen Nasional. Dirinya kebingungan dengan situasi saat ini, sehingga salivanya sulit ditelan dan memiliki firasat buruk mengenai hal ini.

“Nona Charlotte,” panggil ketua tim yang terdengar agak kurang ramah.

“Iya, ada apa berkunjung kediaman saya tiba-tiba?” sahut Charlotte memasang wajah polosnya.

“Kami menerima laporan bahwa Anda terlibat dalam kasus kecelakaan pesawat Pangeran Gabriel, harap ikut dengan kami!”

Kini Charlotte berdiri mematung seperti terkena sambaran petir. Mendengar tuduhannya barusan, membuat dirinya sedikit ketakutan apalagi mengingat ia baru saja mendiskusikan hal ini dengan Violet. Matanya terbelalak dan kepalanya terangkat percaya diri, lalu membantah tuduhannya sopan.

“Barusan Anda mengatakan apa? Saya terlibat dalam kecelakaan pesawat? Bukankah rekaman pesawat terbukti bahwa mesin pesawat yang meledak tiba-tiba?” Charlotte sengaja melontarkan pertanyaannya seperti itu seolah-olah tidak terjadi apapun.

“Kami memiliki bukti bahwa Anda memiliki motif untuk mencelakakan Pangeran, harap tidak memberontak dan ikut dengan kami!”

Para petugas Badan Intelijen Nasional mengepungnya dan memperlakukan seperti seorang tersangka.  Untuk pertama kalinya seorang putri bangsawan dibawa paksa keluar dari kediamannya. Petugas tersebut tidak memedulikan statusnya, karena mereka hanya memercayai bukti yang dimilikinya entah di dapat dari mana.

Mengamati temannya diperlakukan kasar tiba-tiba dan juga memberikan tuduhan palsu, dengan kakinya lincah Violet beranjak dari sofa berlari menghampiri temannya yang akan diseret paksa. Ia langsung melepaskan genggaman erat tangannya dan melindungi Charlotte dari depan dengan tatapan tajam.

“Lepaskan teman saya!”

“Apa yang barusan Anda lakukan?” ketus ketua tim penyidik.

“Beraninya Anda berbuat lancang pada Nona Charlotte! Apakah Anda tidak tahu, wanita tepat di sebelah saya adalah tunangan Pangeran Gabriel?” bentak Violet mendengkus kesal sambil merentangkan kedua tangannya lebar, menghadang jalan para petugas tersebut.

“Entah dia adalah tunangan Pangeran atau tidak, tetap saja harus mengikuti aturan hukum. Untuk sementara ini, kami akan menginterogasi Nona Charlotte terlebih dahulu!”

Helaan napas lesuh dihembuskan dari rongga mulut Charlotte. Tangan kanannya menyentuh pundak sahabatnya, mengulum senyuman percaya diri sambil mendekatkan bibirnya pada daun telinganya.

“Aku akan baik-baik saja. Kau tidak perlu terlalu mencemaskanku,” bisiknya pelan.

“Tapi kalau seandainya terjadi sesuatu yang tidak terduga padamu, gimana? Ini semua kelihatannya sangat janggal.”

“Kita tidak mungkin melawannya. Kalau seandainya aku melawan, aku sudah terlihat seperti tersangka sesungguhnya. Kia tidak boleh bertindak gegabah. Untuk saat ini, sebaiknya kita menuruti aturan saja. Aku juga tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya sekarang.”

“Nanti ibumu bisa syok, jika mengetahuinya.”

“Tolong sampaikan saja padanya bahwa aku dipanggil sebentar karena ada urusan penting.”

“Tapi—”

Belum selesai membalas perkataannya, para anggota Badan Intelijen Nasional membawa Charlotte paksa keluar dari rumahnya. Kedua tangannya tidak diborgol, namun digenggam erat seperti diikat tali supaya tidak bisa kabur ke manapun. Sementara violet menduduki sofanya lemas sambil mengacak-acak rambutnya seperti orang tidak waras.

Setibanya di ruang interogasi, Charlotte duduk berhadapan dengan ketua tim penyidik, memasang raut wajah polosnya, karena ia harus tampil percaya diri untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah sama sekali. Di benak pikirannya saat ini, sebenarnya juga ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Di tengah perbincangannya dengan Violet di kediamannya mengenai pelaku dibalik insiden kecelakaan pesawat, kenapa tiba-tiba bisa terdapat laporan bahwa dirinya terlibat dalam insiden ini. Padahal ia baru saja membicarakannya, namun sudah ditangkap di luar dugaan.

Dahinya mengernyit, ia terus berpikir keras mengenai semua kejanggalan masalah yang dihadapinya sekarang. Terutama sorot matanya memandangi sekeliling ruang interogasi yang kedap suara, ditambah AC ruangan ini sangat dingin, seperti dirinya merupakan seorang tersangka kasus pembunuhan. Maka dari itu, suhu ruangannya sengaja diatur paling rendah oleh petugas untuk membuatnya sedikit gugup dalam proses interogasi.

“Nona Charlotte,” panggil ketua tim penyidik berwajah serius.

“Kenapa Anda memanggil saya ke sini?” Charlotte menyahutinya seperti tidak bersalah sama sekali, masih bisa melipat kedua tangannya di depan dada.

“Bukankah sebelumnya sudah dikatakan, kami memiliki bukti bahwa Anda memiliki motif untuk mencelakakan Pangeran Gabriel.”

“Kalau begitu, di mana buktinya? Sebelum memberikan kesimpulan sembarangan, sebaiknya Anda berpikir secara matang terlebih dahulu,” seloroh Charlotte mengangkat alisnya.

Ketua tim penyelidik mengeluarkan sebuah laptop, memperlihatkan kepada Charlotte yaitu sebuah rekaman CCTV. Charlotte membulatkan matanya dengan sempurna ketika memandangi rekaman CCTV tersebut merekam dirinya dan calon suaminya sedang bertengkar cukup hebat.

“Apa…maksudnya ini?” tanya Charlotte sedikit gugup.

“Ini rekaman CCTV membuktikan bahwa Anda bertengkar dahsyat dengan Pangeran Gabriel sebelum terjadinya insiden pesawat. Selain itu, kami juga mendapatkan laporan dari anonim bahwa Anda sangat membenci Pangeran hingga tidak ingin melihatnya lagi,” jelas ketua tim penyidik panjang lebar.

Tangan kanan Charlotte terkepal kuat, rasanya ingin mencengkeram leher ketua tim penyidik yang baru saja mengatakan hal yang tidak sepantasnya dilontarkan dari mulutnya. Matanya mulai memerah, ia menarik napasnya panjang, menghembuskannya dalam.

“Beraninya Anda berkata lancang! Apakah telinga Anda rusak, tidak mendengar penjelasan sahabat saya tadi!” sarkas Charlotte amarahnya meledak.

“Kalau seandainya Anda percaya diri bahwa bukan Anda adalah pelakunya, bisa tolong jelaskan maksud dari rekaman CCTV ini? Jika Anda menjelaskan semuanya pada kami, kemungkinan Anda tidak akan dijatuhi hukuman berat.”

Charlotte bergeming sejenak, menyilangkan kakinya sambil merenungkan pertikaian yang diperbuat bersama calon suaminya, memang terdengar menyakitkan. Mengingat kejadian tersebut, membuat dirinya ingin memutar waktu dan mengubah masa lalunya supaya tidak mengalami penyesalan besar sekarang. Secara terpaksa, ia harus menceritakannya pada ketua tim penyidik supaya tidak dicurigai sebagai tersangka.

“Baiklah, saya akan menceritakan kejadiannya pada Anda. Tapi dengan syarat, jangan asal menuduh saya!”

“Saya harus mendengarkan kejadian sebenarnya dulu, baru bisa memutuskannya.”

“Jadi sebenarnya…”

***

Kejadian pada saat Charlotte dan Gabriel melakukan pertengkaran cukup hebat selama mereka menjalin hubungan asmara. Namun, pertengkaran ini timbul karena adanya kesalahpahaman, sehingga membuat hati Charlotte sedikit tersakiti.

Saat itu sedang digelar acara perjamuan makan malam bersama di istana untuk merayakan pernikahan Pangeran yang akan berlangsung dalam waktu dekat. Charlotte telah menunggu sang Pangeran di dalam istana, namun tidak berkunjung datang selama beberapa menit. Maka dari itu, ia memutuskan untuk mencarinya di taman istana sambil mengangkat gaun malamnya dengan anggun.

Namun ketika ia tiba di taman istana, langkah kakinya terhenti ketika memandangi pemandangan yang sangat tidak enak dilihat sekarang. Hatinya seperti terkena sambaran petir menatap posisi Perdana Menteri Agnes seperti sedang mencium pipi kanan Pangeran. Tanpa disadari, langkah kakinya mundur menimbulkan suara hentakan, sehingga Perdana Menteri Agnes menjauhkan wajahnya dari Pangeran, lalu sorot matanya beralih pada Charlotte.

Sedangkan Pangeran Gabriel memandangi tunangannya yang terlihat gugup, langsung berlari menghampirinya.

“Charlotte, ini bukan seperti yang kau bayangkan,” lontarnya berusaha meraih sang kekasih.

Langkah kaki Charlotte semakin mundur lemas, air matanya mulai berlinang pada kelopak matanya sambil memegangi dadanya.

“Tidak ada yang harus kau jelaskan, Gabriel.”

Gabriel menggenggam tangannya dari belakang, mencegahnya pergi. Tapi Charlotte memberontaknya dengan melepaskan genggaman tangannya kasar.

“Lepaskan aku!”

“Kau pasti marah besar begini karena kau berpikir bahwa Agnes menciumku barusan!”

“Lalu apakah itu benar?” Charlotte semakin meninggikan nada bicaranya, memelototinya tajam.

“Aku tidak mungkin membiarkannya melakukan hal kotor begitu!”

“Tapi kenapa kau tadi membiarkannya mencium pipimu? Apakah kau tidak memikirkan perasaanku saat ini?”

“Yang tadi itu, dia bermaksud berbisik denganku.”

“Kalian berdua berada di taman sendirian, kenapa harus berbisik? Tidak ada yang ingin mendengar percakapan kalian!”

“Aku sungguh tidak membohongimu, Charlotte.” Gabriel memasang wajah memelas sambil menggarukkan kepalanya kesal.

“Aku tidak suka calon suamiku merahasiakan sesuatu penting dariku, kau hanya bisa menyakiti perasaanku sekarang!” bentak Charlotte hingga matanya mulai terlihat sembab.

“Charlotte, kumohon percaya denganku!”

“Untuk saat ini, aku tidak ingin melihat wajahmu. Aku sedikit membencimu.”

Charlotte membalikkan tubuhnya ke belakang, menghindari kekasihnya sambil menyeka air mata terus membanjiri pipinya. Namun langkah kakinya dihentikan sang Pangeran. Tangan kanannya ditarik dari belakang sehingga membuat tubuhnya kembali menghadapnya lagi. Lengan kekar Pangeran memeluk tubuh tunangannya, lalu mendaratkan bibirnya pada bibir lembut sang tunangan melakukan ciuman mesra sampai dirinya puas.

Hanya berdurasi singkat, Charlotte langsung melepas tautan bibirnya dan membalikkan tubuhnya lagi.

“Kenapa kau menghindariku? Padahal barusan aku sudah membuktikan bahwa aku sangat mencintaimu!” pekik Gabriel lantang.

“Aku tahu kau sangat mencintaiku, tapi untuk saat ini biarkan aku sendiri. Aku tidak ingin melihatmu!” ketus Charlotte berhati dingin sekarang.

“Kau harus selalu mengingat dalam pikiranmu, bahwa bibirku ini hanya boleh berciuman denganmu saja!”

Charlotte tidak memedulikannya sama sekali, ia tidak menolehkan kepalanya dan meninggalkan kekasihnya sendirian di taman.

“Selamat tinggal, Gabriel.”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status