Karena rasa rindu yang membuncah James mempercepat kepergiannya ke Hawaii. Doni pun sangat pengertian sehingga ia tidak jadi pulang untuk menengok ibunya. Dony rela demi james yang ingin segera pergi ke Hawaii. Oleh karena itu mereka berdua bekerja sangat keras menyelesaikan urusan yang bersangkutan dengan perusahaan sehingga James bisa meninggalkan Balik Papan secepatnya. Dan Sampai detik ini james belum memberikan kejutan untuk menyenangkan Dela. Salah satunya meminta Dela untuk bercinta dengannya, padahal Dela sangat menantikan momen itu karena gadis itu sangat merindukan James.Namun semalam James sudah membuat hati Dela tersakiti karena James mengabaikannya. James malah bersenang-senang dengan wanita lain. Setelah bercinta dengan Amanda, James mencari wanita lain sebagai partner ranjangnya, celakanya ia bertemu dengan Dela setelah puas bercinta dengan Cheryl. Semalam Dela tidak kuat untuk tidak bertanya Kenapa James yang baru keluar dari hotel. Dela yang curiga merasa cemburu dan
"Aku ingin menengok, Bunda, Yah. Doni bilang, Bunda sedang sakit."Dimas terdiam mendengar permohonan dari James. Sebenarnya Felicia tidak sakit karena penyakit. Namun karena rasa rindu kepada James setelah dua tahun Dimas mengusirnya. Bagaimanapun Felicia dari dulu sangat menyayangi James karena James adalah satu-satunya putra mereka. Namun untuk membuat James bisa menjalani kehidupan yang lebih baik. Terpaksa menggunakan cara kekerasan dengan cara mengusirnya supaya James cepat sadar dan tidak membuat mereka khawatir."Masuklah, temui ibumu. Selama dua tahun ini ibumu selalu bersedih karena kau tidak mau datang untuk mengunjunginya.""Tentu aku ingin mengunjunginya, aku hanya takut kalian tidak mau menemuiku."Dimas masih dengan ekspresi wajah yang sama. Dingin dan tak terbaca. "Kami belum memaafkanmu, tapi karena hari ini aku tidak tega melihat keadaan ibumu yang sakit. Aku izinkan kau untuk masuk ke dalam. Cepat masuk agar ibumu senang dan penyakitnya segera sembuh." Ternyata dug
Bibir James langsung tersenyum melihat Nami yang tertidur dengan tenang di ranjang. Ada kebahagiaan tersendiri melihat gadis itu tidur di dalam rumah sewanya. Langkah kaki James tidak bisa dikendalikan untuk mendekati Nami. Tangannya langsung mengelus rambut Nami yang panjang sebahu.'Lembut, halus, masih sama seperti dulu.' batin James. Namun kemudian sisi hatinya mencibir karena begitu mudahnya dia melupakan dendam yang harusnya dibalaskan.'Tahan James, tahan. Bagaimana bisa lo begitu mudahnya luluh.' umpat James dalam hatinya. Dan kini sisi liarnya keluar. Melihat Nami yang saat ini hanya memakai celana pendek sebatas paha atas. Kulit putihnya yang mulus terlihat menggoda sehingga James bergàirah untuk menyentuhnya. Hampir saja James menyentuh paha Nami jika ia tidak ingat kalau saat ini bukan waktu yang tepat untuk menyentuh Nami lebih jauh. Bisa-bisa Nami marah dan sulit untuk didekati oleh James.James meletakkan tas punggungnya di meja lalu mencuci tangan dan kembali ke ranjang
"Aduh," Patrick mengadu kesakitan karena Nami mencubit perutnya."Jaga matamu, Patrick!" Aku tidak suka kalau kamu memandangku seperti itu." "Aku tidak memandangmu mesum. Aku hanya ….""Hanya apa?""Hanya … tidak ada, Nami, sungguh." ucap Patrick untuk menutupi pikiran mesumnya yang membayangkan tubuh mungil Nami, basah oleh keringat sehingga kaos yang dikenakannya mencetak bentuk tubuhnya. "Sekarang kamu ingin ke mana?" tanya Patrick yang mengikuti langkah Nami."Aku sudah berkata padamu, kan? Kalau aku ingin membeli sarapan untuk nenek.""Oh iya, aku lupa. Baiklah aku akan mengantarmu.""Tidak usah, kau meremehkanku, ya? Aku sudah tinggal lama di sini tapi kamu masih ingin mengantarku seperti anak kecil.""Pikiranmu tidak peka Nami, tawaranku itu hanyalah alasanku untuk berdekatan denganmu. Bagaimana kalau pagi ini kita kencan?" tanya Patrick konyol."Pikiran apa itu? Pagi-pagi kamu sudah membuatku kesal." keluh Nami."Hei, tunggu!" teriak Patrick yang ditinggalkan oleh Nami.'Sial
"K-kak Oliver," Nami tergagap memanggil nama James.James menatap Nami dalam lalu menyingkirkan anakan rambutnya yang berada di dahinya. Gerakan tangannya begitu pelan dan jari-jarinya sempat menyentuh kulit wajahnya Nami. Jantung Nami seolah berhenti berdetak. Rasa asing yang menelusup di dadanya begitu menyiksa."Nami," James memegang dagu Nami lalu mendekatkan wajah mereka berdua. Suara jantung keduanya terdengar keras, saling bersahutan seperti irama sebuah lagu.Nami menutup kedua matanya. Kedua tangannya mengepal erat. Jantungnya semakin berdebar dan tubuhnya menegang. Suara deru napasnya juga terdengar jelas.Kali ini James sudah tidak tahan lagi, ia ingin mencium Nami. Melihat kepasrahan Nami membuat James semakin ingin melanjutkan niatnya. Bibir mungil Nami ingin segera dikulumnya.'Ya Tuhan, kenapa aku diam saja. Kenapa tubuh ini pasrah. Apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku.' batin Nami yang tidak tahu dengan perasaannya yang begitu mudah jatuh ke dalam pesona James begi
"Pfft…." Nami menyemburkan spaghetti yang di mulutnya karena tebakan James hingga ke piring yang berisikan spaghetti."Maaf, aku tidak sengaja." Nami berusaha membersihkan bekas Spaghetti yang disemburkannya."Sebaiknya jangan dimakan, ganti dengan spaghetti yang baru." Nami segera berdiri dan panik ingin mengganti spaghetti yang berada di piring. Ia merasa tidak enak karena spaghetti yang sedang mereka nikmati terkena semburan mulutnya."Nami tenang, tenang lah. Tidak apa-apa, spaghetti ini masih bisa dimakan.""Tapi…." Nami menatap James dengan penasaran. Bolehkah dirinya berharap jika James menyukainya sehingga spaghetti yang tersembur oleh mulutnya tetap dimakan tanpa rasa jijik."Tambah lagi," James menyodorkan piringnya kepada Nami."Kak Oliver, Kakak …." Nami tidak sadar jika James sudah melahap habis spaghetti yang berada di piring."Aku masih lapar," James menjilat bibir bawahnya. Wajah Nami langsung memerah, seperti terbakar karena ulah James yang memesona."B-baiklah" Nami s
Nami terkejut karena melihat keberadaan James yang sudah berada di belakangnya."Aku sudah berdiri di sini dari tadi." James yang tidak sabar menunggu kedatangan Nami, memutuskan untuk mencari keberadaan gadis itu. James dari jauh mengamati Nami yang baru saja pulang dari pesta bersama neneknya. Ia sangat kecewa karena Nami mengingkari janjinya. Padahal Nami pulang ke rumah lebih awal. Namun tidak mau mengunjunginya. James menghabiskan waktunya di luar rumahnya Nami sambil memikirkan rencana berikutnya.Tidak disangka satu jam kemudian James melihat Nami keluar dari rumahnya. James diam-diam mengikuti Nami dari belakang. Ternyata Nami menuju ke rumahnya dan semua yang dikatakan Nami tadi didengar jelas oleh James. Tentu saja James merasa senang karena Nami sedang memikirkannya."Kak Oliver, kenapa kakak ada di luar?""Aku tidak bisa tidur sehingga mencari udara segar sambil menikmati pantai.""Oh," Nami lalu terdiam."Lalu kenapa kamu berada di luar?""A-aku hanya….""Nami kehabisan ka
"Nami," James tubuhnya menegang karena saat ini Nami membuka matanya sambil menatap James."A-aku," James kehilangan kata-kata. Seharusnya iya mengecek keadaan Nami. Apakah gadis itu benar-benar tidur atau pura-pura saja. Namun dengan cerobohnya iya mengatakan rahasia pentingnya."Kak Oliv, panggil Nami sekali lagi namun kemudian mata gadis itu tertutup lalu kepalanya jatuh di dadanya James. Jantung James berdetak lebih kencang dengan pelan-pelan ia menyentuh bahunya Nami sambil mengguncangnya pelan."Nami, Nami, kamu tidak tidur, kan?" tanya James yang merasa was-was."Nami," James meremas pundak Nami untuk menguji kesadaran gadis itu. Namun hanya suara embusan napas yang keluar dari mulutnya Nami yang sedikit terbuka.James seperti tidak percaya, baru saja dirinya sangat khawatir karena Nami bangun setelah mendengar pengakuan rahasianya. Namun sekarang gadis itu sudah terlelap dalam tidurnya bahkan tidak bisa dibangunkan. Mungkinkah Nami mempunyai kebiasaan seperti ini? Yang kalau s